“Dada satu titik, kemaluan, dan juga leher,” gumamnya. Ia berusaha melancarkan pukulan tepat ke arah titik yang dituju. Namun sia-sia, orang itu gerakannya sangat cepat. Ia dengan mudah mengelak dan melancarkan serangan balasan, berupa pukulan bertubi-tubi ke perut Rein.Rein kembali terpelanting ke belakang, ia memegangi perutnya sambil meringis kesakitan. Pandangannya agak kabur. Ia memicingkan matanya, melihat sang lawan masih berdiri gagah di depan sana.“Sial! Walaupun aku bisa melihat titik lemahnya, tetapi jika kecepatanku kalah akan sia-sia.”Seperti tidak memberinya kesempatan, pria itu berlari ke arah Rein. Ia melancarkan serangannya bertubi-tubi. Antara hidup dan mati, otaknya kini berputar. Ia mendapat sebuah ide, bagaimana cara untuk melawan.Rein sengaja menerima pukulan dan tendangan bertubi-tubi tersebut. Ia lantas menangkap tangan kanannya dan memegang dengan kuat. “Ketika tubuhmu sudah terkunci, kesempatan bagiku untuk menyerangmu,” ujar Rein menyeringai.Pria itu je
Last Updated : 2025-11-09 Read more