LOGINKhatulistiwa merupakan sebuah kerajaan modern dengan sistem pemerintahan demokrasi. Negeri yang kaya sumber daya alamnya, tetapi semua itu tidak untuk kesejahteraan rakyat, semuanya habis masuk ke dalam perut rakus para penguasa. Rein yang seorang aktivis mahasiswa, sering mengkritisi tindakan pemerintah. Ia kerap melakukan diskusi isu kebijakan dan ikut serta menyuarakan keadilan lewat aksi unjuk rasa. Berhadapan dengan aparat langsung adalah makanan sehari-harinya. Suara misterius yang entah darimana datangnya, tiba-tiba saja muncul di kepala Rein. Entitas tidak berwujud itu mengaku bernama Sistem Keadilan Surgawi. Sistem tersebut memberikan beragam misi kepada Rein yang mengarah pada mengngungkap kejahatan para pejabat dan penguasa korup. Entitas itu juga memberinya berbagai kekuatan ntuk menunjang semua keberhasilan tugas yang diemban. Atas bantuan sistem Rein berjanji, akan mengembalikan keadilan yang telah lama hilang di khatulistiwa.
View More“Rein! Bangun! Ayo cepat mundur sebelum polisi datang dan memukuli kita!”
Semua gabungan mahasiswa dari berbagai universitas yang saat itu mengikuti demo, berhamburan kocar-kacir setelah pihak aparat menembakkan gas air mata. Sementara salah satu peserta aksi, yakni Rendi atau sering dipanggil Rein tergelak tak sadarkan diri. “Joko! Bantu aku membawa Rein.” Mahasiswa bertubuh tinggi besar itu kemudian berhenti sejenak ketika salah satu rekan seperjuangannya memanggil. Ia berbalik arah dan mengangkat tubuh Rein yang tidak sadarkan diri. Asap gas air mata sudah memenuhi lokasi, semua mahasiswa yang menuntut keadilan sudah berhamburan mundur ke tempat aman. Beberapa ada yang merasakan efeknya seperti sesak napas dan beberapa ada yang pingsan. “Pasta giginya bang, pasta gigi.” salah satu dari peserta aksi berkeliling sambil membawa pasta gigi dan juga air bersih. Ia memberikannya kepada orang-orang yang terkena dampak. Seperti mengguyur wajah dengan air kemudian mengoleskan pasta gigi di bawah mata. Sementara itu Rein sudah dievakuasi oleh kawan-kawan se kampusnya sendiri, ia diletakkan di emperan sebuah gedung yang ada agak lumayan jauh dari pusat demo. Tidak lama kemudian dirinya mulai tersadar, kepalanya sedikit pening. “Kak Rein! Akhirnya kamu sadar juga.” “Ba... Bagaimana yang lainnya? Apakah para pejabat keparat itu sudah muncul dan mau mendengarkan tuntutan kita?” tanyanya dengan suara parau. “Pulihkan dulu tubuhmu, Bung. Baru kita akan berjuang bersama-sama lagi.” Mereka hidup di sebuah kerajaan modern yang bernama Khatulistiwa. Negeri yang korup, semua dipimpin oleh para pejabat bedebah yang hanya memikirkan isi perut mereka tanpa tahu penderitaan rakyatnya. Rein merupakan anggota Badan Eksekutif Mahasiswa yang berasal dari Universitas Kanguru Merah. Ia merupakan kepala biro sosial politik dan menjadi salah satu koordinator dalam aksi demo hari ini, bersama dengan sahabatnya Joko yang menjadi Ketua BEM. “Woy para polisi biadab itu mengejar sampai ke sini,” ujar salah satu mahasiswa memakai almamate berwarna hijau yang berlari dari arah timur. Tentu membuat Rein dan rekan-rekannya menjadi panik. Mereka semua bangkit berdiri, termasuk Rein. Efek pingsan tadi masih terasa, kepalanya pening. Ia bahkan sampai memegang pundak rekannya hanya sekedar membantunya berdiri. Polisi yang dibawa tiga truk pengangkut penuh sudah tiba. Semuanya jelas sangat panik, tetapi hanya satu yang pasti yakni semua mahasiswa Universitas Kanguru Merah kompak. Mereka berdiri tegak melindungi dua orang koordinator aksi yang berasal dari kampus mereka. Polisi yang menjadi keamaan di aksi tersebut, tampaknya tidak pandang bulu. Mereka membabi buta menyerang semua para mahasiswa itu menggunakan pentungan yang mereka bawa. Dengan kejinya para bajingan itu menganiaya, walau lawannya sudah tumbang tidak berdaya. “Lindungi Rein dan Joko apapun yang terjadi, aku tahu mereka yang diincar.” Benar saja dugaan yang mereka takutkan, sekarang benar-benar menjadi kenyataan. Beberapa polisi bertubuh tinggi besar berusaha masuk menembus kerumunan dan langsung memegangi lengan Rein dan juga Joko. Ternyata ada juga yang menyamar, mereka berpakaian layaknya mahasiswa dengan almamaternya. Namun ikut bergerak menangkap para koordinator aksi. “Woy, Pak! Jangan semena-mena. Mau dibawa ke mana teman-teman kami ini?” Bukannya menjawab pertanyaan, mereka justru melayangkan pukulan pentungan kepada si penanya. “Polisi keparat, kalian itu rakyat seperti kami. Gaji kalian juga berasal dari pajak kami, bukannya bela rakyat malah lindungi para pejabat!” Bogem mentah melayang ke mulut seorang mahasiswa yang protes, para gerombolan keamaanan itu kemudian membawa beberapa orang pendemo. Termasuk juga para koordinator yakni Rein dan Joko. Rein diperlakukan tidak manusiawi, saat penangkapan dan menuju mobil bahkan ia di seret selama perjalanan dan ditendang beberapa kali ke aspal. Sampai pada akhirnya mereka semua sampai di kantor polisi. Awak media semuanya turut hadir, tetapi hanya dibatasi sampai di pagar kantor polisi. Semua anggota massa aksi juga ikut serta menggeruduk gedung kantor polisi untuk memberi dukungan kepada kawan seperjuangan. “Biarkan kami masuk woy! Apa yang kalian lakukan kepada rekan-rekan kami?” Sementara Rein yang berada di dalam kantor, tengah disiksa oleh beberapa anggota oknum polisi. Bogem mentah dan benda tumpul melayang menuju kepalanya. Di tengah kesadarannya yang mulai menurun, suara misterius muncul di kepalanya. “Selamat datang di sistem keadilan surgawi tuanku, Rein! Anda mendapatkan 20 exp karena telah menyelesaikan misi ikut aksi demo dan 80 exp karena telah menjadi koordinator aksi.”“Bolehkah saya masuk ke dalam kebun?”“Saya penjaga kebun ini, Mas. Sampeyan mau ngapain memangnya masuk.”Walau tidak bisa dijelaskan dnegan akal sehat, tetapi Rein mencoba untuk memahamkan bapak-bapak yang ada di sampingnya pelan-pelan. Sungguh semua yang ia katakan, tidak bisa masuk ke dalam logika.Negosiasi lama dilakukan, akhirnya ia berinisiatif memberi uang sebagai pelicin. “Begini saja deh, Pak. Kamu kukasih uang rokok, nanti ke dalam kebunnya juga ditemani kamu. Misal takut aku berniat jahat.”Bapak-bapak itu terdiam sejenak, ia mengelus jenggotnya yang berwarna putih. Beliau kemudian setuju dan mengangguk. Wajah Rein berseri-seri bahagia, ia kemudian mengambil dompet dan memberikan uang sebesar dua puluh lima ribu.“Nanti saja, Mas. Mari saya antar masuk.”Tangan kekar itu mengambil kunci dalam saku celananya, ia kemudian membuka gembok yang membelenggu gerbang. Ketika sudah terbuka, si bapak masuk duluan yang diikuti oleh Rein jalan di belakangnya.Rein kemudian melihat po
“Bawa saja coba pegang.”Secepat kilat, Rein menikamkan gunting yang ada di meja ke perut temanya itu. Joko yang kaget, segera melompat ketakutan. “Woy, gila! Mau membunuhku ya?” Tangannya meraba-raba perut bekas tusukannya.Ternyata tidak ada luka sedikitpun di sana, hanya saja kaos yang ia kenakan robek. Ia juga baru sadar, masih menggenggam erat batu yang diberikan Rein. “Sudah sini sekarang giliranku mencoba, aku genggam batunya lalu kamu tusukkan benda tajam.”Joko menuju dapur yang ada di belakang gedung pusat kegiatan mahasiswa, ia mengambil sebilah pisau. Menurutnya benda itu sangat tajam, soalnya baru dibeli anak-anak minggu lalu. “Pakai ini coba ya, Rein.”Rein kali ini bahkan sampai buka baju, sekarang ia bertelanjang dada. Dirinya sangat yakin, jika item tersebut akan memberi ability kekebalan baginya. Seperti yang sistem aneh itu katakan. Joko mulai menikamkan pisau ke perut kawannya.Sungguh di luar nalar, benda tajam itu tidak dapat menembus kulit perut dari Rein. Ujun
“Tak kan kubiarkan, kau mengambil benda itu!” suara makhluk itu besar dan menggelegar. Namun Rein tidak bisa mundur, sudah sejauh ini ia berjalan kaki dari indekosnya. Ia harus berhasil mengambil item itu.Makhluk itu tinggi besar, bahkan ukuran tubuhnya jauh dari manusia. Badannya berwarna hitam dan matanya merah menyala. Entitas asing itu mulai mendekat, dengan cepat ia mengarahkan tinjunya tepat ke arah badan Rein.Pemuda itu berguling ke arah samping, ia berhasil menghindarinya. Rein yakin jika tangan sebesar itu mengenai tubuhnya, pasti dadanya akan hancur dan kepalanya akan terpisah dari tubuh mungilnya.“Akan kuhabisi kau, Manusia!” suara itu kembali menggelegar memekakkan telinga.Rein baru ingat, tutorial yang diberikan oleh sistem tadi, cara mengalahkan makhluk itu dengan cara memukulnya menggunakan batang pohon kelor. “Di sana, aku harus mengambilnya beberapa,” gumamnya setelah pandangan matanya menjelajah.Ia kembali melompat ke samping kanan, ketika pukulan dari makhluk i
“Ada dua jenis item yang bisa kamu kupulkan, yakni artefak kuno dan juga energi alam.”Rein mengikuti sumber cahaya yang menjulang sampai ke atas langit. Sampai di jalanan gang depan indekosnya, ia sedikit dibuat bingung, pasalnya ada beberapa titik cahaya di sana. Ia kemudian memutuskan, untuk pergi ke yang terdekat.Cahaya itu mengarah pada sebuah jurang yang ada di sebelah timur kampusnya. “Ke mana letak dari benda itu? Arah timur dari fakultas teknik? Bukankah di sana hanya ada jurang dan juga hutan kecil.” Ia berjalan sambil terus mendongak ke arah atas.Hanya berbekal sandal japit, kaos oblong, dan celana jeans pendek. Pandangannya fokus ke atas dan pastinya yang bikin aneh sambil berbicara sendiri. Pokoknya sudah seperti orang gangguan jiwa.“Woy hati-hati kalau jalan, mata dipakai dong,” teriak salah satu pengendara motor yang hampir menabraknya. Jujur saat ini Rein benar-benar tidak peduli akan keadaan sekitar. Ia hanya fokus, dengan tujuan benda tersebut.Langkah kakinya men
“Pukuli saja, pukuli!” ujar mereka semua, kemudian puluhan bogem mentah melayang ke kepalanya. Ada beberapa yang menjambak rambutnya. Sementara Rein sudah mengamankan barang bukti berupa bom molotov.“Si gondong itu lepas!”“Dia menghilang!” Teriak beberapa orang yang ada di sana, termasuk bapak-bapak yang memeganginya. Rein yang tepat berada di sampingnya, menoleh ke arah si gondrong. Ternyata benar-benar menghilang bak ditelan bumi.Rein bahkan sampai mencari-cari membelah lautan manusia, tetapi tidak juga menemukannya. Sungguh di luar nalar manusia. Ia kemudian naik ke atas podium yang dibawa oleh mobil bak terbuka untuk menyusul Joko.Ia berbisik ke telinga kawannya itu, agar berhati-hati. Banyak penyusup yang membuat onar di kondisi seperti ini. “Selamat kamu mendapatkan exp sebesar 400. Sekarang statusmu level 0 dengan perolehan 500 exp.”Sistem aneh itu menambahkan, jika Rein tadi hanya perlu mengungkap si provokator. Ia masih belum cukup kekuatan untuk menangkap dan melawan si
“Atau mungkin otakmu sudah geser gara-gara dipukuli para polisi itu.”Rein tidak melanjutkan perkataannya, ia hanya diam. Mungkin kawan-kawannya benar, itu hanya khayalannya saja. Diskusi berlanjut mereka memiliki rencana untuk unjuk rasa berikutnya, agar berdiskusi secara damai dengan Kepala Distrik maupun dewan distrik.“Ya sudah aku pamit pulang ke kosan dulu lah, pusing kepalaku,” ujar Rein. Ia melenggang pergi dari emperan gedung fakultas pulang menuju ke indekosnya. Ia membuka gagang pintu kamar sederhana itu, kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur.Ia hanya menatap langit-langit kamarnya, plafon bolong-bolong dan juga cat dinding usang sudah menjadi pemandangannya sehari-hari. Rein sengaja menyewa tempat murah ini, dengan keadaan ekonominya.“Sistem keadilan surgawi,” gumamnya pelan dengan nada tidak bersemangat. “Sudah kuduga ia hanya khayalanku saj dan tidak akan muncul.”“Selamat datang kembali di sistem keadilan surgawi tuan. Nama Rendi Joseph, level 0 dengan perolehan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments