Aerin membeku di bangkunya, jantungnya berpacu seiring dengan napas yang tertahan. Pertanyaan Kaleb,“Apa hubungan kalian berdua?” menggema di tengah kantin yang ramai. Liz menatapnya bingung, ia tak bisa banyak membantu. Aerin menarik napas panjang, memutar otak, mempertimbangkan berbagai konsekuensi. “Kaleb, Ronn hanyalah wali akademikku di sini,” jawab Aerin, suaranya berusaha keras terdengar tenang, meskipun ada getaran halus. “Aku hanya kelelahan dan beliau, sebagai waliku, mengantarku ke rumah sakit. Itu saja.” Kaleb tertawa sinis. Tawa itu tidak menyenangkan. “Walimu? Itu klise sekali, Aerin. Jika dia hanya walimu, kenapa dia menggendongmu? Bahkan menerobos masuk ke asrama All-Female, yang jelas-jelas mempunyai aturan ketat tentang pengunjung pria,” “Aerin menginap di kamar asramaku, karena kemalaman pulang. Dia kehujanan dan kelelahan. Sehingga malam itu Aerin demam,” Akhirnya Liz angkat bicara, mengangkat separuh beban Aerin detik itu. “Esoknya, Dr. Nathaniel menanyaiku
Terakhir Diperbarui : 2025-10-18 Baca selengkapnya