Setelah diam cukup lama, wanita paruh baya itu mulai bersuara.
"Sayang, siapa pria ini?" tanya wanita paruh baya itu kepada putrinya yang kebinggungan entah dari mana harus menjelaskannya semua ini kepada ibunya.
Romeo mengulurkan tangannya pada wanita itu.
"Saya kekasih Ruster dan sebentar lagi akan menjadi menantu anda," Romeo memperkenalkan siapa dirinya kepada ibu Ruster yang semakin terkejut.
Ibu Ruster terkejut dengan apa yang di katakan oleh Romeo. kemudian, menyambut tangan Romeo, lalu mempersilahkan Romeo masuk ke dalam ruang tamu.
Ruster berjalan masuk kedalam. di iringi dengan Ibu Ruster menatap putrinya dan pria yang baru pertama kali bertamu kerumahnya. Karena selama ini Ruster tidak pernah mengajak pria untuk menemuinya.
"Apa karena kena aku desak, maka ia mulai terbuka untuk memperkenalkan pacarnya?" batin ibu Ruster.
"Namamu siapa?" tanya ibu Ruster pada Romeo yang duduk di hadapanya.
"Romeo Van Diora, tujuan saya kemari ingin melamar putri ibu untuk menjadi pendamping hidup saya," jelas Romeo dengan maksud kedatangannya dan langsung ke inti pembicaraan.
Wajah Ruster memerah, melirik pada sang ibu yang terkejut.
"Ruster apa semua ini benar?" tanya Sang ibu yang melihat ke arah Ruster dengan tatapan tidak percaya.
"Benar bu," jawab Ruster pelan.
Wanita itu menghela nafasnya, hanya tersenyum menghias wajah tuanya yang banyak keriputan dan kelelahan.
"Kalau kau mau menerima Ruster apa adanya dan berjanji untuk membahagiakannya, ibu cuma bisa merestui hubungan kalian berdua.”
"Tentu saja aku akan menerima Ruster apa adanya dan kami akan secepatnya melangsungkan pernikahan," balas Romeo yang membuat kedua wanita tergangga kaget bukan mainnya.
“Kamu yakin?” tanya Ruster dengan wajah tidak percayanya.
“Tentu saja, lebih cepat maka lebih baik bukan?” Romeo bertanya balik dengan senyuman beracunnya. jika di tunda-tunda, takutnya makin gawat dan berbahaya.
Ruster mengangguk dengan wajah merah padam. menandakan ia siap menikah, karena lelah di tanya kapan menikah terus sama para tetangga dan para pekerja yang seprofesi dengannya.
Mata ibu Ruster masih melirik ke arah putrinya dengan banyak pertanyaan. tapi tidak ia tanyakan, karena melihat Ruster yang sedang berbahagia dengan hati berbunga-bunga.
Jam menunjukan pukul 9 malam, Romeo merasa harus segera pergi untuk mencari kembarannya yang ia tinggalkan di klub malam tanpa kabar. sekaligus takut Raven kembali membunuh orang dan membuat keributan di dalam klub malam milik Vio.
“Sepertinya, saya permisi untuk pulang. Mengingat waktu sudah sangat larut malam dan rasanya tidak sopan berlama-lama di sini!” ucap Romeo dengan ujung mata yang melirik ke berapa orang di luar rumah Ruster yang kepo yang semakin bertambah banyak. Tepatnya, orang kepo itu berusaha melirik ke dalam rumah untuk melihat apa yang terjadi.
Tipe yang seperti itu, yang membuat Romeo risih dan sungguh tidak ada etika sama sekali. Terhadap tamu dan pemilik rumah.
“Aku antar kamu keluar dari rumah!” tawar Ruster kepada Romeo dan sekaligus ada yang mau di bicarakan dengan Romeo di luar.
Sebenarnya Romeo mau menolak tawaran Ruster, tapi ia tidak enak kepada ibu Ruster yang juga mendukung keputusan Ruster untuk mengantarnya keluar dari dalam rumah.
Keduanya keluar bersama-sama dengan bergandengan tangan dan di tatapi oleh berapa warga sekeliling. dengan bisik-bisikkan yang membuat RUster merandang dan semakin menambah kesan buruk dirinya terhadap Romeo. seolah dirinya, mencari pria kaya untuk lepas dari kemiskinan secara instan.
Jalan berapa langkah, keduanya sampai di depan gang yang menuju ke arah mobil Romeo. Sebelum masuk ke dalam mobilnya Romeo menatap Ruster, kemudian ia memberikan kartu namanya pada Ruster yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. tepatnya, istri untuk sebuah game permainan baru untuk menghilangkan kebosanan.
"Besok aku tunggu kamu di dalam kantor pada jam makan siang. Aku harap kamu berminat untuk datang," kata Romeo dengan wajah berharapnya.
"Iya, aku akan datang!” balas Ruster dengan suara pelan.
"Aku ingin mengenalkan dirimu dengan kakakku. untuk merestui pernikahan kita," ucap Romeo dengan wajah seriusnya. Yang membuat hati Ruster semakin bergetar hebat.
"Kedua orang tuamu dimana?" tanya Ruster spontan.
"Kedua orang tua ku sudah tiada,” kebohongan Romeo, karena ia tidak ingin melibatkan ibunya yang sudah hidup bahagia dengan kedua ayah mereka di masa tua. Di salah satu desa terpencil di perdalaman Inggri. alasan kedua menghindari amukkan ibunya yang sungguh menakutkan.
Dalam hati, Romeo berdoa kata maaf beribu-ribu kali. karena tidak sengaja menyebut ibu dan kedua ayahnya sudah tiada. jika sampai ketahuan Raven, entah gimana lagi nasibnya.
"Maaf."
"Tidak perlu meminta maaf! Kau hanya bertanya tentang hal yang tidak kau ketahui," ucap Romeo yang masuk kedalam mobilnya. Di tatapi oleh Ruster dengan tatapan rumit.
"Besok aku tunggu kedatanganmu,” lanjut Romeo dengan senyumannya, ketika ia menutup pintu mobil Mayback hitam edisi terbatas tersebut.
Mobil perlahan berjalan menjauh dari hadapan Ruster.
Saat ini, Ruster hanya bisa menatap nanar kepergian Romeo. fikiran dan perasaannya bercampur aduk menjadi satu, antara tidak percaya dan senang. mungkin ini namanya jodoh tidak terduga dan rasa takut juga menyelip masuk ke dalam hatinya semakin mendalam.
"Tuhan terimakasih,” gumam Ruster menatap langit gelap yang di penuhi bintang-bintang yang berbagai ukuran yang menghiasi langit malam. Tanpa menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya. bahwa permainan game terlarang akan di mulai oleh kedua kembar gila dan nasibnya yang di permainkan oleh iblis.
***
Sepanjang perjalanan, Romeo mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan melihat data di gps yang menuju ke klub malam milik Vio.
"Semoga Raven tidak aneh-aneh lagi hari ini," batin Romeo yang gusar memikirkan keberadaan kembarannya.
Sesampai di klub malam, Romeo tidak menemukan kembaranya di manapun. perasaanya mengatakan keberadaan Raven pasti sudah pulang kerumah untuk mengejarkan dokumen perusahan wine yang ia terlantarkan sejak pagi.
"Semoga saja, benaran di rumah."
Romeo berlari tergesah-gesah masuk ke dalam mobilnya yang terpakir di depan klub malam dan mobil Mayback hitam melaju ke arah salah satu perumahan elit yang penuh kemewahan. tepatya lahan itu hanya milik keluarga Van Diora dan tidak ada seorangpun yang menepatinya. selain rumah besar berdiri dengan kokoh di kelilingi hutan pinus yang lebat. yang memisahkan dengan satu rumah di sebelahnya. yaitu rumah keluarga Vollente yang tidak ada penghuni selain berapa pelayan yang kadang datang untuk membersihakn rumah tersebut dari debu dan kotoran lainnya.
Mobil sport mewah terlihat memasuki sebuah pakiran mobil di kediaman Van Diora. Romeo memakirkan mobilnya di samping mobil Raven dan ia keluar dengan tergesah-gesah. tepatnya sambil berlari kecil menuju pintu utama.
"Selamat pulang tuan," sapa Jimmy pada Romeo.
"Di mana Raven," tanya Romeo yang berjalan dengan langkah lebar memasuki ke dalam rumah sebesar istana. "Tuan Raven ada di dalam ruang kerja," balas Jimmy yang menutup pintu utama. “Ternyata sudah pulang,” gumam Romeo yang bergegas ke ruangan kerja untuk mencari keberadaan Raven yang merupakan kembarannya. Pintu di buka sangat perlahan, Romeo menatap sang kakak yang terlihat sibuk dengan beberapa dokumennya. Mimik wajahnya selalu terlihat datar, tampan dan berkarisma. Serta aura dingin mengelilingi tubuhnya. "Kenapa kau tidak masuk?" ucap Raven melirik pada Romeo yang setengah tubuh bersandar di tiang pintu. Romeo menyunggingkan senyumnya melangkah mendekati kakaknya dan duduk di seberang meja dengan tangan bersedekap di dada. "Ada apa?" tanya Raven yang menutup dokumennya. ia menatapi adiknya dengan tatapan heran dan curiga. karena tidak biasanya Romeo senyum-senyum sendiri seperti ini. "Aku menemukan wanita yang cocok u
“Bisa jadi, kan aslinya terbuat dari jantung Kakek Karlos dan bisa saja pandora heart pergi menyusul kakek Karlos ke alam kematian. Sewaktu Kakek Karlos masih hidup. Kita hanya di perlihatkan duplikat yang mirip dengan aslinya,” jelas Raven yang mencoba mengingat-ingat kemasa lalu. di mana Zeus di perintahkan oleh Kakeknya untuk memperlihatkan Pandora heart sebesar jantung manusia kepada dirinya dan Romeo. Kemudian kakek Karlos mengatakan kepada mereka berdua. Bahwa pandora Heart tidak berguna lagi di masa kini dan keturunan mendatang. Karena iblis dalam pandora Heart sudah menghilang, saat tujuan pandora heart terselesaikan dan semua akan menjadi legenda dan mitos di masa depan maupun seterusnya. “Lalu untuk apa, musuh mengincar pandora heart lagi? Seharusnya mereka sudah tahu, kalau Pandora heart yang asli sudah menghilang lama?” tanya Romeo yang masih belum mengerti bagian ini, sehingga ia dan kembarannya selalu menjadi incaran para musuh. Karena di anggap sebagai pewaris
"Ven, ini Ruster yang akan menjadi calon istriku!" sahut Romoe yang menghampiri Raven yang duduk di kursinya yang sedang sibuk bolak-balikkan kertas di salah satu dokumen penting. sekaligus memperkenalkan calon istrinya kepada Raven. Tatapan Raven dan Ruster bertemu, Ruster terdiam memperhatikan pria di depannya dengan wajah terkesan dingin dan tidak bersahabat sama sekai. Meskipun memiliki wajah yang tampan seperti wajah Romeo. tepatnya, mirip dengan wajah Romeo. Raven berdiri merapikan jas di kenakannya. kemudian, menyodorkan tangan kanannya pada Ruster. "Raven Van Diora," ucap Raven yang memperkenalkan dirinya dengan sikap dinginya yang membuat Ruster merinding. Ruster tersenyum menyambut tangan Raven. merasakan genganggaman hangat pria itu, membuat Ruster merasakan keanehan yang sulit di ungkapkan dengan kata-kata. "Ruster Heart,” balas Ruster dengan sikap ramahnya. "Senang berkenalan dengan mu, karena kau akan menjadi
Wanita kasir itu melihat Romeo mengandeng tangan Ruster dengan melangkah ke arah mobil Mayback hitam yang terpakir di depan butik. kemudian membukakan pintu untuk wanita itu masuk ke dalam. "Sial, kenapa dia lebih beruntung dari aku," decak wanita kasir itu dengan nada cemburu kepada Ruster yang mendapatkan pria tampan dan kaya raya. Setelah Ruster masuk ke dalam mobil. Romeo berjalan memutar mobilnya dan ia langsung duduk di bagian pengemudi. tidak lupa, ia memasangkan tali pengaman di tubuh Ruster demi keselamatan berkendaraan. Mobil berlaju membela kota Los Angels dan Romeo mulai mengeluarkan topik pembicaraan untuk menghilangkan suasana canggung. "Ibu dan adikmu sudah ku tempatkan di rumah yang baru. Yang barusan aku beli hari ini, tepatnya pagi tadi. apa kau ingin pergi melihat mereka?” jelas Romeo yang memberitaukan kepada Ruster apa yang telah di lakukan oleh Raven yang menyamar menjadi dirinya. Selama Romeo menemani Ruster belanja hari i
Di kursi paling jauh, raven duduk seorang diri dengan kedua tangan terkepalkan. Ia tidak terima Romeo sudah menikah dengan Ruster walau pernikahannya palsu. tetap saja ia tidak terima dan merasa kehilangan sesuatu dari bagian penting hidupnya. upacara pemberkataan selesai dan bersamaan setetes air mata Raven berjatuhan dari kedua matanya yang biru terang seperti biru langit. Ada rasa kehilangan dalam hati Raven saat ini, sesuatu yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata. Yang pasti sangat sesak dan pedih di dalam dadanya. Seperti di paku oleh ribuan paku secara bersamaan atau jantungnya di keluarkan secara paksa dari tubuhnya. Yang pasti, Raven tidak tahu. ia hanya ingin segera menghilang dari ruangan gereja atau secepatnya menghilang agar rasa sakit di tubuhnya tidak terasa lagi. Raven pergi dengan mencengkeram baju di dadanya dengan cengkeraman kuat. “Ini sangat menarik kek kek kek,” tawa jahat dari seorang yang menyamar di antara tamu undangan palsu
Dengan senang hati Ruster membalas ciuman Romeo, sebelum menjelang pernikahan dia membaca buku novel erotis yang tentang malam pertama sepasang pengatin agar ia sudah siap untuk melayani kebutuhan biologis Romeo. Bahkan ia juga melihat berapa video khusus dewasa. sambil memperlajari setiap trik di dalam video tersebut. “Aku sudah tidak tahan,” bisik Romeo dengan suara seraknya yang sensual. Dengan sebelah tangan meraba-raba sleting gaun pernikahan untuk di lepaskan. mendapatkan keberadaan sleting gaun, Romeo langsung menarik sletingnya menurun. Ruster berdesir, saat Romeo melepaskan gaun pengatinnya yang pelahan meluncur turun dan tergolek di antara mata kaki Ruster. Romeo tidak hentinya melumat bibir Ruster dengan rakus. seperti yang ia lakukan kepada para jalang. hingga Ruster hampir kehabisan nafas karena ulah Romeo yang sungguh liar. Romeo terkekeh menjilat leher Ruster sampai ke daun telinganya sambil mendengar desahan kecil yang lolos dari bibir R
Suara decakan lidah dengan inti Ruster saling beradu mengisi ruangan kamar yang hening. Ruster hampir mengejang mendapatkan orgasme, keringat mulai mengalir dipelipisnya. Dengan nafas tersengal-sengal. ia masih berusaha menolak sentuhan Romeo yang semakin membuatnya semakin mengila sejak tadi. "Meo..." pekik Ruster yang semakin tidak terkendali dengan rasa di tubuhnya. rasa yang membuatnya mengila. tepatnya sangat gila, untuk menerima semua ini. kepalanya sampai pening dengan rasa yang semakin mengairahkan yang semakin membuatnya menginginkan lebih dan lebih. tapi dalam hati, Ruster takut untuk melakukannya. ia takut kesakitan dan akan menjadi ketakutan. Romeo mentapi wajah Ruster yang merah mengoda yang tidak berdaya atas apa yang di rasakan barusan. Tepatnya, kenikmatan yang di berikan oleh Romeo kepada Ruster barusan. yang merupakan pertama kali untuk Ruster. "Kau suka?" tanya Romeo kembali menyambar bibir Ruster dengan gemasnya, kemudian menurun dengan hi
Romeo tersenyum, ia menaruh kepalanya di ceruk leher Ruster dan mulai memompa dengan cepat pinggulnya untuk menghujam Ruster semakin dalam untuk memberikan kepuasan nikmat pada ubuh Ruster. Desahan demi desahan dari Ruster semakin menghiasi ruang kamar. tanpa mereka sadari, dari celah pintu seseorang menatapinya dengan mata bergairah tinggi. orang itu memilih kembali ke dalam kamarnya. sebelum ia hilang kendali dan menerjang masuk ke dalam yang bisa berakibat fatal dan mengagalkan semuanya. Gairah Romeo seakan meletup. Begitu gagah di atas tubuh ramping wanita yang kini terdorong-dorong ke atas tubuhnya. “Aku keluar...arhhhhh...” “Sayang, intimu begitu ketat. Sungguh mencengkeram milikku,” ucap Romeo yang menghentikan hujamnya sejenak. Untuk memberikan ruang waktu untuk Ruster menikmati orgasme pertamanya yang di lakukan oleh rudalnya. Ruster yang menikmati setiap hentakkan dari Romeo. hanya bisa bernafas erengah-engah sambil mengikui setiap i