“Bisa jadi, kan aslinya terbuat dari jantung Kakek Karlos dan bisa saja pandora heart pergi menyusul kakek Karlos ke alam kematian. Sewaktu Kakek Karlos masih hidup. Kita hanya di perlihatkan duplikat yang mirip dengan aslinya,” jelas Raven yang mencoba mengingat-ingat kemasa lalu. di mana Zeus di perintahkan oleh Kakeknya untuk memperlihatkan Pandora heart sebesar jantung manusia kepada dirinya dan Romeo. Kemudian kakek Karlos mengatakan kepada mereka berdua. Bahwa pandora Heart tidak berguna lagi di masa kini dan keturunan mendatang. Karena iblis dalam pandora Heart sudah menghilang, saat tujuan pandora heart terselesaikan dan semua akan menjadi legenda dan mitos di masa depan maupun seterusnya.
“Lalu untuk apa, musuh mengincar pandora heart lagi? Seharusnya mereka sudah tahu, kalau Pandora heart yang asli sudah menghilang lama?” tanya Romeo yang masih belum mengerti bagian ini, sehingga ia dan kembarannya selalu menjadi incaran para musuh. Karena di anggap sebagai pewaris Pandora heart di masa kini.
“Bisa jadi mereka tidak percaya dengan apa yang terjadi. tepatnya menganggap keluarga Van Diora hanya seorang penipu dari masa ke masa untuk melindungi pandora Heart asli,” jelas Raven yang sudah menguapyang menandakan sudah mengantuk berat. sampai mengusap kedua matanya dengan jemari.
Tatapan mata Romeo melihat ke arah Raven sejak tadi. ia tahu Raven sudah lelah dan capek.
“Ayo kita pergi tidur, kedepan kita beda kamar untuk berapa minggu. Sampai tujuan kita berhasil,” saran Romeo yang di tangkapi dengan wajah cemberut oleh Raven. Ia tidak terima harus berpisah kamar dengan kembarannya dari janin sampai sekarang yang selalu bersama-sama karena seorang wanita yang akan hadir dalam kehidupan mereka tak lama lagi. Wanita yang katanya masih polos dan perawan. Dengan status istri Romeo Van Diora.
“Ck ck ck, aku akan melihat wanita itu bisa sampai mana bertahan dengan Romeo!” batin jahat Raven dengan taktik busuknya untuk mengusir setiap wanita yang tidak baik, yang hadir dalam kehidupan Romeo. tepatnya, Romeo hanya milik dirinya seorang dan tidak ada boleh yang memilikinya.
***
Siang hari yang cerah, Sebuah taxi berhenti di depan gedung perkantoran yang menjulang tinggi dengan segala kemewahan terlihat dari desain gedung perkantoran tersebut. Ruster keluar dari dalam taxi online, menengadahkan kepalanya menatap ketinggian gedung itu sampai terkagum-kagum melihat tulisan nama perusaha terpapang dengan ukuran besar.
"Van Diora, ini kah nama perusahan tempat Romeo bekerja?" gumam Ruster dengan wajah polosnya. yang mengira Romeo adalah seorang pekerja di perusahan sebesar ini.
Ruster melangkah bingung memasuki area perkantoran, pandangannya memperhatikan sekeliling ruangan yang karyawannya terlihat super sibuk sana sini. rasa ingin bertanya kepada mereka, menjadi tidak bisa. karena para karyawan berjalan dengan langkah super cepat.
Ruster berdiri tidak bergeming, bingung harus melangkah ke arah mana. lalu bagaimana ia bisa menemui Romeo.
"Nona anda sedang mencari siapa?" tanya seorang wanita dengan stelan pakaian kantornya menghampiri Ruster yang kebinggungan sejak tadi. yang di anggap sungguh mencurigakan.
"Saya ingin bertemu dengan tuan Romeo,” jawab Ruster jujur dengan maksud kedatangannya saat ini dan memperlihatkan kartu nama yang di tangannya kepada karywan yang menyapanya barusan itu.
Wanita itu mengangkat alisnya ke atas memperhatikan penampilan Ruster yang sangat sederhana tanpa make up di wajah. Dengan memperlihatkan sudut bibir yang mencibir penampilan wanita di depannya.
“Maksudmu CEO Romeo, nama anda siapa?" Tanya wanita itu dengan mata melihat kartu nama khusus yang di tangan Ruster.
"Ruster Heart,” balas Ruster dengan senyuman yang di anggap menjijikkan oleh wanita berpakaian stelan kantoran minim.
"Ikut dengan saya, CEO Romeo sudah menunggu kedatangan anda!" kata wanita itu melangkah yang di iringi Ruster di belakangnya.
"CEO, jadi Romeo seorang CEO di perusahan ini?" batin Ruster yang super kaget.
Mereka berdua masuk ke dalam lift menuju lantai atas. Kemudian, Pintu lift terbuka dengan angun wanita itu melangkah duluan menunjukan ruangan Romeo berada. yang di ikutin oleh Ruster dari arah belakang dengan jantung berdebar-debar. berharap kedatangannya tidak menganggu pekerjaan Romeo atau mempermalukannya. mengingat pakaian yang ia pakai sangat sederhana sekali.
Tok tok tok
Wanita itu mengetuk pintu ruangan CEO Romeo.
“Masuk!” suara terdengar dari dalam ruangan.
"CEO Romeo berada di dalam, anda silahkan masuk saja." Kata wanita itu berlalu pergi dengan memperlihatkan wajah tidak senangnya kepada Ruster.
Dengan canggung Ruster membuka ganggang pintu, mengintip di celahnya memperhatikan sekeliling ruangan yang di desain dengan corak putih dan abu-abu pudar di setiap ukiran di dinding.
"Romeo!" sapa Ruster pada pria yang berdiri yang membelakanginya. pria itu terlihat sibuk mencari sesuatu di rak bukunya. tepatnya ia menyembunyikan berapa alat pemuas nafsu yang di kirim oleh Jack untuk mengerjainnya.
Romeo menoleh pada Ruster. lalu melangkah menghampiri Ruster dengan senyuman lembut .
"Sayang, akhirnya kau datang! aku menunggumu sejak tadi," ucap = Romeo membimbing Ruster duduk di sofa tamu dengan sikap seperti kekasih benaran.
"Kau mau minum sesuatu?" tawar Romeo ramah.
"Tidak perlu Romeo," tolak Ruster halus.
Romeo tersenyum, menatap wajah Ruster yang duduk di sampingnya. perlahan tangan Romeo merapikan rambut Ruster. menyampingkannya ke belakang telinga wanita itu. untuk melihat wajah Ruster secara jelas.
Ini pertama kalinya, Romeo melihat wajah wanita tidak memakai make up sama sekali dan kulit wajahnya terlihat halus. padahal wanita lain, memakai make up sampai menor dan seperti semen yang di tumpuk-tumpuk dan saat senyum. terlihat retak di sudut bibir atau di bawah garis mata.
"Kau gugup?" tanya Romeo.
"Sedikit, apakah kau berkerja di sini?" balas Ruster dengan pertanyaan baliknya.
"Ya, aku dan kakakku adalah CEO pemilik perusahaan ini!" balas Romeo yang masih dengan senyuman lembutnya yang mematikan dan secara terang-terangan membocorkan status kedudukan di dalam perusahan Van Diora.
Jantung Ruster semakin berdetak kencang, setiap kali melihat senyuman Romeo yang melelehkan hatinya. Bahkan merasakan getaran aneh di dalam tubuhnya dengan bagian bawah mendenyut hebat.
"Mari ku kenalkan dengan kakakku. aku yakin dia pasti senang melihatmu, ucap Romeo yang berdiri dengan menarik tangan Ruster dengan lembut.
Ruster membalas dengan senyuman manis kepada Romeo yang mengajaknya untuk menemui kakak Romeo di ruangan lain.
keduanya melangkah keluar dari ruangan, berjalan di koridor tidak lama berhenti di depan sebuah pintu yang langsung di buka oleh Romeo.
"Ini ruangan kakakku, dia suka ketenangan. Jadi kantornya agak jauh dariku," ucap Romeo yang mengajak Ruster masuk ke dalam.
Ruster menatap sekeliling ruangan, kali ini dengan desain corak serba putih yang terkesan dingin. Dari tirai hingga berapa peralatan berwarna putih semua. Kecuali meja kerja dan sofa yang berwarna cream pudar.
"Ven, ini Ruster yang akan menjadi calon istriku!" sahut Romoe yang menghampiri Raven yang duduk di kursinya yang sedang sibuk bolak-balikkan kertas di salah satu dokumen penting. sekaligus memperkenalkan calon istrinya kepada Raven. Tatapan Raven dan Ruster bertemu, Ruster terdiam memperhatikan pria di depannya dengan wajah terkesan dingin dan tidak bersahabat sama sekai. Meskipun memiliki wajah yang tampan seperti wajah Romeo. tepatnya, mirip dengan wajah Romeo. Raven berdiri merapikan jas di kenakannya. kemudian, menyodorkan tangan kanannya pada Ruster. "Raven Van Diora," ucap Raven yang memperkenalkan dirinya dengan sikap dinginya yang membuat Ruster merinding. Ruster tersenyum menyambut tangan Raven. merasakan genganggaman hangat pria itu, membuat Ruster merasakan keanehan yang sulit di ungkapkan dengan kata-kata. "Ruster Heart,” balas Ruster dengan sikap ramahnya. "Senang berkenalan dengan mu, karena kau akan menjadi
Wanita kasir itu melihat Romeo mengandeng tangan Ruster dengan melangkah ke arah mobil Mayback hitam yang terpakir di depan butik. kemudian membukakan pintu untuk wanita itu masuk ke dalam. "Sial, kenapa dia lebih beruntung dari aku," decak wanita kasir itu dengan nada cemburu kepada Ruster yang mendapatkan pria tampan dan kaya raya. Setelah Ruster masuk ke dalam mobil. Romeo berjalan memutar mobilnya dan ia langsung duduk di bagian pengemudi. tidak lupa, ia memasangkan tali pengaman di tubuh Ruster demi keselamatan berkendaraan. Mobil berlaju membela kota Los Angels dan Romeo mulai mengeluarkan topik pembicaraan untuk menghilangkan suasana canggung. "Ibu dan adikmu sudah ku tempatkan di rumah yang baru. Yang barusan aku beli hari ini, tepatnya pagi tadi. apa kau ingin pergi melihat mereka?” jelas Romeo yang memberitaukan kepada Ruster apa yang telah di lakukan oleh Raven yang menyamar menjadi dirinya. Selama Romeo menemani Ruster belanja hari i
Di kursi paling jauh, raven duduk seorang diri dengan kedua tangan terkepalkan. Ia tidak terima Romeo sudah menikah dengan Ruster walau pernikahannya palsu. tetap saja ia tidak terima dan merasa kehilangan sesuatu dari bagian penting hidupnya. upacara pemberkataan selesai dan bersamaan setetes air mata Raven berjatuhan dari kedua matanya yang biru terang seperti biru langit. Ada rasa kehilangan dalam hati Raven saat ini, sesuatu yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata. Yang pasti sangat sesak dan pedih di dalam dadanya. Seperti di paku oleh ribuan paku secara bersamaan atau jantungnya di keluarkan secara paksa dari tubuhnya. Yang pasti, Raven tidak tahu. ia hanya ingin segera menghilang dari ruangan gereja atau secepatnya menghilang agar rasa sakit di tubuhnya tidak terasa lagi. Raven pergi dengan mencengkeram baju di dadanya dengan cengkeraman kuat. “Ini sangat menarik kek kek kek,” tawa jahat dari seorang yang menyamar di antara tamu undangan palsu
Dengan senang hati Ruster membalas ciuman Romeo, sebelum menjelang pernikahan dia membaca buku novel erotis yang tentang malam pertama sepasang pengatin agar ia sudah siap untuk melayani kebutuhan biologis Romeo. Bahkan ia juga melihat berapa video khusus dewasa. sambil memperlajari setiap trik di dalam video tersebut. “Aku sudah tidak tahan,” bisik Romeo dengan suara seraknya yang sensual. Dengan sebelah tangan meraba-raba sleting gaun pernikahan untuk di lepaskan. mendapatkan keberadaan sleting gaun, Romeo langsung menarik sletingnya menurun. Ruster berdesir, saat Romeo melepaskan gaun pengatinnya yang pelahan meluncur turun dan tergolek di antara mata kaki Ruster. Romeo tidak hentinya melumat bibir Ruster dengan rakus. seperti yang ia lakukan kepada para jalang. hingga Ruster hampir kehabisan nafas karena ulah Romeo yang sungguh liar. Romeo terkekeh menjilat leher Ruster sampai ke daun telinganya sambil mendengar desahan kecil yang lolos dari bibir R
Suara decakan lidah dengan inti Ruster saling beradu mengisi ruangan kamar yang hening. Ruster hampir mengejang mendapatkan orgasme, keringat mulai mengalir dipelipisnya. Dengan nafas tersengal-sengal. ia masih berusaha menolak sentuhan Romeo yang semakin membuatnya semakin mengila sejak tadi. "Meo..." pekik Ruster yang semakin tidak terkendali dengan rasa di tubuhnya. rasa yang membuatnya mengila. tepatnya sangat gila, untuk menerima semua ini. kepalanya sampai pening dengan rasa yang semakin mengairahkan yang semakin membuatnya menginginkan lebih dan lebih. tapi dalam hati, Ruster takut untuk melakukannya. ia takut kesakitan dan akan menjadi ketakutan. Romeo mentapi wajah Ruster yang merah mengoda yang tidak berdaya atas apa yang di rasakan barusan. Tepatnya, kenikmatan yang di berikan oleh Romeo kepada Ruster barusan. yang merupakan pertama kali untuk Ruster. "Kau suka?" tanya Romeo kembali menyambar bibir Ruster dengan gemasnya, kemudian menurun dengan hi
Romeo tersenyum, ia menaruh kepalanya di ceruk leher Ruster dan mulai memompa dengan cepat pinggulnya untuk menghujam Ruster semakin dalam untuk memberikan kepuasan nikmat pada ubuh Ruster. Desahan demi desahan dari Ruster semakin menghiasi ruang kamar. tanpa mereka sadari, dari celah pintu seseorang menatapinya dengan mata bergairah tinggi. orang itu memilih kembali ke dalam kamarnya. sebelum ia hilang kendali dan menerjang masuk ke dalam yang bisa berakibat fatal dan mengagalkan semuanya. Gairah Romeo seakan meletup. Begitu gagah di atas tubuh ramping wanita yang kini terdorong-dorong ke atas tubuhnya. “Aku keluar...arhhhhh...” “Sayang, intimu begitu ketat. Sungguh mencengkeram milikku,” ucap Romeo yang menghentikan hujamnya sejenak. Untuk memberikan ruang waktu untuk Ruster menikmati orgasme pertamanya yang di lakukan oleh rudalnya. Ruster yang menikmati setiap hentakkan dari Romeo. hanya bisa bernafas erengah-engah sambil mengikui setiap i
"Kau fikir aku peduli, jalang ini mau kelelahan atau tidak?” balas Raven tetap dengan nada dinginnya ke arah Romeo. ia ingin segera menarik pergelangan tangan Romeo untuk segera keluar dari dalam kamar terkutuk ini. yang di tepati oleh wanita bernama Ruster, yang sialnya menjadi istri bohongan Romeo dengan pernikahan palsu dari Romeo yang menipu Ruster. Melihat sikap keras kepala sang kakak, sekaligus kembarannya. Romeo memilih duduk di samping ranjang dan membuka selimut yang menutupi tubuh Ruster untuk di perlihatkan pada Raven. "Bercak darah masih ada di seprai, pasti miliknya masih terasa sakit!" ucap Romeo lirih dan kasihan pada Ruster. tepatnya melindungi Ruster dari kegilaan Raven yang tidak mau tahu apa yang di rasakan oleh para jalang. kali ini, Romeo sangat takut. Raven akan menghancurkan Ruster sampai tulang berlulang. Raven mengeraskan rahangnya memperhatikan kemolekan tubuh wanita di depannya, entah kenapa kali ini ia tidak bisa menunggu lebih la
Setelah sosok Raven menghilang jauh dari hadapan mata Romeo. Romeo menghela nafas panjangnya, ia kemudian masuk ke dalam kamarnya. Kembali ke atas ranjang untuk tidur bersama dengan wanita yang kini menjadi istrinya. tepatnya istri dalam sebuah permainan. *** Pagi hari, wangi parfum pria yang maskulin melekat di indra penciuman Ruster yang baru saja terbangun dari tidur lelahnya. setelah semalaman di gempur habis-habisan oleh pria yang di depan. yang kini menjadi suaminya. Ruster mengejapkan matanya menatapi Romeo yang sudah rapi dengan stelan jas berwarna biru dongkar. bahkan sudah mengikat dasi dengan rapi. "Maaf, aku bangun kesiangan!” ucap Ruster yang membuat Romeo yang memakai jam tangannya tersenyum membalas tatapan Ruster. "Tidurlah kembali, mungkin kau masih kelelahan. seharusnya aku tidak masuk ke kantor tapi karena teman dari Singapura datang hari ini, aku harus melupakan cutiku yang berharga!" ujar Romeo dengan wajah sedihny