Share

Terusir Dari Rumah

Sabian mendekat ke arah Dani Wijaya, sepertinya ayah kandung dari Kirana itu belum pernah melihat wajah Sabian secara langsung, jika Dani tahu orang yang berada di hadapannya ini adalah pemilik dari Alex Farm-Corp, pasti dia akan bersikap selembut mungkin, mencari muka di hadapannya.

“Pemuda ini sangat tampan, sepertinya bukan orang biasa, karena bisa mengalahkan pengawal pribadi rumah ini,” bisik ibu tiriku kepada putri kesayangannya.

“Ibu, aku harus merusak reputasi Kirana di depan pemuda ini,” Tania membisikkan rencana jahat ke ibunya.

Tania memperkeruh keadaan saat Dani Wijaya beradu mulut dengan Sabian  yang menerobos masuk ke kamar Kirana, Tania mengatakan bahwa adik tirinya itu adalah wanita kotor yang tidak pantas di pedulikan, bahkan dia memutar fakta, kalau Kirana merasa cemburu, karena Hans kekasihnya lebih memilih Tania, sehingga Kirana membuat keributan di rumah, yang menyebabkan Dani Wijaya murka.

“Tuan muda, anda jangan sampai terbohongi dengan wajah cantik Kirana, tadi malam dia tidak pulang, dan lihatlah seorang gadis tidak pulang ke rumah semalaman di lehernya ada tanda, kamu pasti langsung bisa menebak, pasti dia habis main dengan pria hidung belang secara acak, karena merasa galau kekasihnya akan menikah dengan kakaknya sendiri,” ucap Tania dengan bangganya.

“Jadi apakah pria hidung belang yang kamu maksud, adalah aku?” Sabian mendekatkan diri ke arah Tania, dengan tatapan ingin membunuh.

Melihat reaksi Sabian, Tania berjalan mundur karena ketakutan, melihat wajah Sabian yang seperti sudah ingin menerkam mangsanya.

Ibu tiri Kirana menggunakan kesempatan ini untuk memojokkan Kirana, dia mengatakan bahwa, Kirana sudah tidak menghormati keluarga lagi, membawa pria asing yang belum jelas asal usulnya ke rumah, dan secara terang terang telah tidur bersama sebelum menikah.

“Maafkan aku suamiku, aku tidak pandai mendidik anak,” ibu tiri Kirana melakukan drama.

“Sayang, ini bukan kesalahanmu, ini murni kesalahan perempuan hina ini, dia tidak pantas menjadi putriku,” ayah Kirana sangat marah, dia menuding Kirana sebagai anak yang selalu membangkang, serta susah diatur.

Dengan hasutan dari Tania dan ibunya, Dani Wijaya sangat marah dan mengusir Kirana dari rumah, Tania dan ibunya tersenyum licik, karena rencananya dari awal untuk menyingkirkan Kirana dari rumah berhasil hari ini.

“Anak kurang ajar, susah di atur, pergi dari rumah ini, dan jangan pernah kembali, ingat jangan membawa apapun dari rumah ini," Dani Wijaya secara terang terangan mengusir Kirana.

“Baik ayah, aku akan pergi dari rumah ini seperti apa yang ayah mau, tapi jngat aku akan kembali mengambil kembali, apa yang seharusnya menjadi milikku,"  Kirana keluar dari kamar, pergi meninggalkan rumah peninggalan ibunya, tanpa membawa sepeser uang pun.

Dani Wijaya terus di provokasi oleh Tania, membuatnya mengucap sumpah serapah kepada Kirana, mengusirnya dari rumah, dan tidak lagi mengakuinya sebagai anak, bahkan Dani Wijaya sempat melempar vas bunga ke arah Kirana, namun berhasil di hadang oleh Sabian.

“Sudah ku bilang, siapapun tidak boleh menyakiti wanitaku, termasuk kamu Dani Wijaya,” Sabian menatap tajam kearah ayah Kirana.

“Memangnya siapa kamu, berani mengancamku?" Ayah Kirana menggertak Sabian.

“Anak muda, kamu membawa orang sewaan seperti ini, tidak akan membuat kami takut, kamu memang tampan, tapi jangan menjadi seorang penipu,” ibu Tania meledek Sabian.

Ayah dan ibu tiri Kirana tidak tahu bahwa di depannya ini adalah sabian alexander, pemilik perusahan Farmasi terbesar di kota Jakarta, yang akan dijodohkan dengan Tania sebelumnya, tetapi Tania mengira bos besar itu adalah seorang kakek tua berkepala botak berperut buncit, makanya dia menjebak Kirana untuk masuk kedalam hotel itu menggantikannya untuk menemui Sabian di hari yang telah di tentukan.

Sabian mendekati Tania, melihatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, dia merasa jijik melihat Tania yang penuh drama, menggunakan trik kotor untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

“Wanita kotor seperti ini, mau diberikan kepadaku sebagai umpan, sejengkalpun aku tidak akan menyentuhnya,” Sabian tersenyum sinis, mengolok Tania yang berada tepat di depannya.

“Kamu bicara omong kosong apa, dia calon istriku, kamu tidak berhak menghinanya,” Han tidak terima Sabian menghina Tania.

Sabian tersenyum jahat, saat melihat Han mirip seorang pangeran melindungi putri yang tidak berdaya, bahkan Sabian menyebut Han sebagai pria bodoh karena telah melepas Berlian demi seonggok batu kali.

Han menggertakan giginya, mengepalkan tangan bersiap memberikan pukulan kepada Sabian,  karena merasa terhina, saat Han akan memukul sabian, entah sejak kapan ayah Han datang, beliau menghentikan tindakan ceroboh putranya.

“Han jangan bertindak gegabah, tahukah kamu siapa yang ada di hadapanmu ini?” ayah Han menahan tangan putranya.

"Aku tak peduli siapa dia ayah, pria  ini sombong sekali ayah, dia patut diberi pelajaran," Han terpancing emosi.

Ayah Han mendekati Sabian, mewakili putranya untuk meminta maaf, beliau tidak ingin usahanya bangkrut karena ulah putranya.

“Tuan muda Sabian tolong maafkan putraku, aku harap anak bodoh ini tidak menyinggungmu,” ayah Han membungkukkan badannya meminta maaf kepada Sabian.

Sabian hanya tersenyum sinis, tidak menjawab permintaan maaf Subroto, ayah dari Han, mengetahui siapa yang ada di hadapannya, Tania merasa kesal, jika dia tahu bahwa jika dia tahu, pemilik perusahaan Alex Farm Corp, adalah seorang pemuda tampan, dengan senang hati, dia akan melayaninya.

----

Tanpa basa basi lagi, Sabian meninggalkan kediaman Dani Wijaya, mengerahkan anak buahnya untuk mencari tahu di mana keberadaan Kirana.

“Kirana, ikutlah pulang bersamaku, ayahmu telah mengusirmu, dan kamu pergi tanpa membawa uang sepeserpun,” Sabian mengagetkan Kirana yang tiba tiba muncul di hadapannya.

“Apakah kamu seorang penguntit, cepat sekali menemukan ku yang berada disini,” Kirana mengelap air mata yang tak terasa jatuh ke pipinya.

Melihat Kirana yang sedang menangis Sabian tak terima, hatinya sakit melihat wanita pujaannya menderita, dia mengambil tissue dan mengelap air mata Kirana dengan hati yang tulus, Sabian menggensong Kirana ke dalam mobilnya, Kirana terus meronta agar Sabian melepaskannya, tetapi tenaganya lebih kuat.

“Apa yang kamu inginkan dariku, aku ini wanita miskin yang tidak punya apa apa” Kirana meminta Sabian untuk melepaskannya.

“Yang aku inginkan adalah Kamu,” Sabian memperlihatkan senyuman di wajahnya.

Sabian membelai pipi halus Kirana, mencecap bibirnya dengan penuh hasrat, Kirana mulai memberontak, namun cengkramannya semakin kuat, dalam sekejap dia telah memberi bekas ciuman di sekujur leher Kirana, dengan hasrat yang membara dia mencumbui Kirana didalam mobil, menikmati setiap lekukan tubuhnya.

“Hentikan, tidak, kamu tidak boleh seperti ini,” Kirana mencoba untuk menghentikan aksi Sabian, namun permintaan Kirana tak di dengarnya, dia terus mencumbui Kirana dengan mesra.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status