Share

Sampai di Desa Girpasang

Mike mengerahkan seluruh anak buahnya, untuk mencari Kirana sampai sudut kota, beruntung Kirana berhasil melarikan diri dengan menyamar, ia juga mengucapkan terima kasih kepada Lusi karena memberi bekal berupa uang tunai.

Akhirnya Mike menyerah, dan melaporkan kepada sabian bahwa Mike dan anak buahnya tidak dapat menemukan Kirana, tidak ada seorangpun yang mengetahui dimana keberadaan Kirana.

"Sial! mencari seorang wanita saja tidak bisa, aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan Kirana," Sabian membanting gelas yang di genggamnya.

"Tuan Sabian, mohon jangan terlalu emosi, kesehatan anda lebih utama," Mike mencoba menenangkan Sabian.

Sabian bersumpah, sampai ke ujung dunia pun, dia harus menemukan Kirana, bagaimanapun caranya, walau harus sampai kehilangan nyawa sekalipun.

---

Kirana kembali ke rumah dimana masa kecil ibunya, rumah yang sudah tak terawat, karena tidak ada yang tinggal di rumah ini, Kirana mulai membersihkan serta menaata ulang rumah yang sudah tak berpenghuni lama ini.

"Selesai juga, aku harus melapor ke Bu RT, bahwa aku akan tinggal sementara di rumah ini," gumam Kirana sambil merenggangkan tubuhnya yang pegal.

Kirana mendatangi rumah Bu RT, untuk melapor diri, saat ibu RT bertanya status Kirana apa, Kirana berkata bahwa ia seorang istri yang di tinggal nikah suaminya, makanya mengasingkan diri ke desa ini untuk menenangkan diri, untuk mengelabuhi jika ada anak buah Sabian atau orang yang di bayar Tania untuk meencelakainya, Kirana merubah identitasnya.

"Mba, kamu masih muda, harus move on, semoga dapat pengganti suami yang lebih baik dari sekarang ya," Bu RT larut dengan cerita palsu Kirana.

"Terimakasih ya Bu RT, hari sudah mau larut, saya pamit pulang dulu," Kirana bergegas pulang dari rumah Bu RT.

Bu RT menahan Kirana saat akan pulang, dia menawarinya untuk mengajar paud di desa ini melihat latar belakang pendidikannya, Kirana menyetujui permintaan Bu RT, walau gaji tak seberapa setidaknya bisa untuk menyambung hidup, dan melanjutkan kuliahnya yang hampir selesai.

"Kalau begitu mulai besok, ibu Karina  mulai bekerja ya," Bu RT yang merupakan kepala sekolah senang sekali.

"Terimakasih telah memberi saya pekerjaan Bu, dengan begitu saya bisa melanjutkan studi yang sedikit lagi selesai," Kirana membungkukkan badan mengucapka terimakasih kepada Bu RT.

Sampai rumah Kirana merebahkan badan di ranjang tua peninggalan ibunya, dia menatap bingkai foto ibunya yang berada di atas meja kamarnya.

"Ibu, aku berjanji akan merebut kembali apa yang menjadi milik ibu," Kirana menangis mengingat penghianatan yang dilakukan oleh ayah kandungnya.

Kirana sudah terlelap di kasur empuk dimana ia merebahkan badan dengan memeluk foto ibunya, tak terasa terdengar kokokan ayam jantan yang menandakan bahwa hari sudah pagi.

Kukuruyukk...Kukuruyuk...

kokokbetokk...Kokokbetokk..

Kwekkk..kwekkk..kwekk..

Suara ayam jantan, ayam betina, suara bebek dan banyak binatang lainnya yang saling bersaut sautan, membuat Kirana cepat terbangun, di kota tidak ada yang seperti ini.

Tok..Tok..Tok..

Suara ketukan pintu terdengar, siapa yang datang pagi buta ke rumah Kirana, padahal ia belum mengenal siapa siapa disini, Kirana membuka pintu.

"Selamat pagi Bu RT?" Kirana menyapa Bu RT saat membuka pintu.

"Jangan lupa jam delapan pagi, sudah sampai paud, oh iya bajunya juga yang sopan ya, soalnya orang kota biasanya bajunya ala kadarnya," Bu RT berkata sambil tersenyum.

Kirana membalas senyuman Bu RT, Kirana pamit untuk bersiap siap menuju paud untuk mengajar kepada bu RT.

"loh mba Karin ini, apakah sudah tahu letak paudnya toh, saya tunggu kamu di sini ya, kita berangkat bersama," Bu RT mengingatkanku.

"Oh iya ya, saya kan baru saja datang ke desa ini, jadi belum tahu jalan," Kirana hampir saja lupa, bahwa ia belum pernah tinggal di desa ini, mana tahu lokasi paud.

Kirana mempersilahkan duduk Bu RT duduk di kursi tamu, sementara Kirana mandi dan berganti baju dengan tegesa karena ada yang menunggu di ruang tamu.

"Bu, saya sudah siap untuk mengajar," keluar dari kamar dengan pakaian rapi.

"Wah, mba Karina ini cantik sekali memakai baju formal, saya kira orang kota itu style nya pakai baju kurang bahan semua," Bu RT terpesona melihat Kirana yang elegan.

Kami menuju paud menggunakan motor Bu RT, Kirana dibonceng olehnya, melewati hamparan sawah yang hijau, membuat hati Kirana sejuk, apalagi saat ua menghirup udara yang segar di pagi hari membuat pikiran dan hatjnya tenang.

"Sudah sampai mba Karin, mari kita berkenalan dengan murid dan guru yang lain," Bu RT memarkir motornya.

"Baik, saya mohon bimbingannya ya Bu," Kirana sedikit gugup.

Bu RT mengingatkan bahwa panggil saja Bu Intan, jika sedang berada di sekolah, setelah selesai berkenalan dengan guru guru yang lain, Kirana mulai mengajar, di paud ini satu guru memegang 4 murid semacam bimba kalau di kota.

"Bagaimana pengalaman pertama kerja di desa bu?" Tanya Bu Ningsih.

"Rasanya aku deg degan, karena biasanya aku kerja di depan komputer sebagai admin, sekarang aku harus mengajar, ini sesuatu yang berbeda buatku Bu, mohon bimbingannya ya ibu ibu," Kirana merendahkan diri di depan senior.

Kirana mencoba berbaur dengan ibu ibu yang lain, nama Kirana yang sudah disamarkan menjadi Karin, Ia harus melupakan bahwa ia seorang putri dari pemilik perusahaan berlian yang sekarang sedang menenangkan diri dari penghianatan kekasihnya, serta di usir dari rumah oleh ayah kandungan karena hasutan saudara tiri.

"Yang sabar ya Bu Karin, kami doakan mba Karin mendapatkan pengganti suami yang menyayangi Bu Karin sepenuh hati," Bu ningsih menghiburku.

"Tapi bu, ibu Karin ini sudah punya anak belum, terus pas terakhir kali berhubungan, sebelum Bu Karin memilih untuk berpisah itu kapan Bu, supaya tidak menimbulkan fitnah, jika bulan ini atau bulan depan Bu Karin ini hamil loh Bu," Bu Rahma berkata sesuai realita yang ada.

Kirana mencoba mengingat saat terakhir kali haid, serta saat bercinta satu malam dengan Sabian di sebuah hotel malam itu, semakin mengingat semakin hatinya sakit, tak terasa ia melelehkan air mata di pipinya, rekan kerjanya yang melihat merasa iba padanya.

"Bu Karin maaf Bu, saya tidak bermaksud menyinggung Bu Karin," Bu Rahma terlihat panik.

"Tidak apa apa Bu, dua hari yang lalu aku terkahri berhubungan badan dengan suamiku, aku hanya tak menyangka, dia masih menyentuhku, tetapi ternyata dia mempunyai wanita lain di hidupnya dan sudah menikah dengannya, aku tidak mau di madu makanya aku kabur dari rumah," Kirana menceritakan cerita bohongnya.

Bu Rahma dan Bu Ningsih menyemangati Kirana, sebenarnya ia tidak mau mengarang cerita seperi ini, hal yang sebenarnya terjadi tidak akan mungkin ia ceritakan kepada orang yang baru di kenalnya.

"Bu Karin, semoga betah ya mengajar disini, dan juga semoga menemukan suami baru di desa ini," Bu ningsih mencoba menyemangati Kirana.

"Terimakasih doanya ibu ibu sekalian, aku seperti menemukan keluarga baru," Kirana tersenyum karena merasa diperhatikan, hal yang sudah lama ia dambakan.

Kirana kembali mengajar, sampai batas waktu mengajar telah selesai, Kirana langsung pulang bersama Bu Intan sekaligus Bu RT di desa ini.

"Bu Karin, sampai sini saja saya antar, sebulan pertama, saya antar jemput dulu setelah gajian belilah sepeda untuk berangkat mengajar, oh iya bagaimana hari pertama mengajar?" Bu RT bertanya kepada Kirana.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nislaniparagiahkot
yg jadi pertanyaan dlam pikiran ku, dri mana kirana dapat baju baju bagis n uanh tpi bukankah dia pergi dri rmah ortunya gk bawa apa2.
goodnovel comment avatar
Yunia Afida
semoga Kirana bisa bahagia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status