Hilda tidak ingin langsung menanggapi perkataan Andrew dengan meninggalkan seorang diri di ruangan sedangkan dirinya melangkah ke dapur meminta kepada pelayan membuatkan makanan karena setelah ini pastinya akan mengeluarkan tenaga ekstra untuk menghadapi kedua pria ini atau mungkin hanya salah satu. Hilda belum siap jika harus bermain bertiga karena tidak memiliki pengalaman sama sekali, Hilda menatap dari dapur bagaimana bahasa tubuh dari Andrew ketika seorang diri.
“Apa yang aku lakukan untuk mendapatkan itu semua?” Andrew menatap Hilda dengan bingung “apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan semua keinginanku?” ulang Hilda yang membuat Andrew akhirnya berdiri.
“Percobaan pertama sesuai kesepakatan yaitu memberikan tiket liburan ke Singapore dengan segala fasilitas dan juga kartu kredit selama berada di sana” Hilda mengangguk paham “jika kita cocok ada hal yang aku inginkan” menatap Hilda dengan penuh pikiran “hamil anakku.”
Hilda membelalakkan matanya mendengar perkataan Andrew “aku akan menikah gak akan hamil anak kamu.”
“Belum tentu juga kita saling memuaskan satu dengan lain jadi jangan terlalu khawatir” senyum Andrew mengejek membuat Hilda menatap tajam “jika kamu mau melakukan itu aku akan memberikan semua keinginanmu.”
“Kenapa dengan istrimu?.”
“Bukan urusanmu” Andrew berkata dengan dingin “kamu hanya melakukan apa yang menjadi perjanjian kita.”
Hilda berdiri menatap Andrew dingin “bukan hanya kamu yang menginginkan aku hamil dari benihnya dan sepertinya Charly lupa mengatakan sesuatu jika aku sudah mempunyai kekasih.”
Andrew mengangguk “aku akan memberikan apa pun keinginanmu jika mau hamil anakku.”
“Termasuk berpisah dengan istrimu?” tembak Hilda langsung membuat Andrew berdiri kaku dan Hilda tersenyum sinis “baiklah aku akan melayanimu tapi untuk hamil sepertinya aku akan pikir panjang, untuk kapan aku bisa kamu hubungi aku saja.”
Hilda mengambil ponsel yang berada di kantong celana Andrew membuat sang pemilik terkejut dengan cepat memasukkan nomer ponselnya dan mengembalikan ponselnya kembali ke kantong baju bagian depan, menepuk dada Andrew pelan serta memberikan ciuman di sudut bibirnya sebelum melangkah masuk ke dalam kamar setelah melihat pelayan keluar dari kamar meletakkan makanan yang dimintanya tadi.
Charly menatap kehadiran Hilda dengan tatapan bingung karena dalam benaknya mereka berdua akan melakukan kegiatan ranjang di salah satu kamar yang telah dirinya siapkan, Hilda tidak peduli dengan tatapan penasaran dari Charly karena saat ini dirinya tengah lapar. Suasana kamar yang tenang karena kedua orang tersebut sibuk dengan kegiatan masing – masing di mana Charly masih penasaran sedangkan Hilda asyik memakan makanannya.
“Kami tidak akan melakukan itu di tempat ini karena bagaimana pun ini adalah tempatmu dan aku tidak ingin tempat yang hanya untuk kita digunakan orang lain meski itu berada di kamar lain” Hilda membuka suara karena Charly hanya diam “bukankah sekarang waktunya untuk kita bersama, kalau pun aku bersama dia berarti adalah waktu bersamanya.”
Hilda melangkahkan kakinya ke arah Charly yang ada di salah satu kursi dan tampaknya sedang bekerja sebelumnya, duduk di pangkuan Charly dengan menghadap ke arahnya seketika membuat tubuh Charly menegang atas apa yang dilakukan Hilda. Hilda tersenyum dalam hati meski telah melakukan berkali – kali Charly selalu tegang diawalnya tapi selanjutnya adalah akan menjadi lebih panas dan ganas dari sebelumnya.
Hilda menarik dagu Charly mencium bibirnya penuh kelembutan dengan tangannya berada di tengkuk leher sedangkan tangan lain berada di milik Charly yang tampaknya belum tegang, Hilda memberikan remasan pelan pada milik Charly disela – sela ciuman mereka berdua. Charly tidak tinggal diam dengan membelai bukit kembar milik Hilda sehingga akhirnya melepaskan ciuman mereka dengan mengeluarkan suara erangan tertahan yang semakin Charly semangat melakukannya, ciuman Charly turun ke leher Hilda memberikan beberapa rangsangan yang semakin membuat Hilda mengerang dengan tangannya yang satu semakin keras meremas milik Charly.
Charly mengangkat Hilda menuju ranjang dalam satu kali hentakan langsung merobek pakaian mini yang digunakan tadi sedangkan dirinya langsung melepas seluruh pakaian, saat ini mereka berdua dalam keadaan tanpa pakaian sehingga Hilda bisa merasakan bagaimana tegangnya milik Charly yang berada di atas perutnya. Charly tidak membiarkan Hilda tenang di ranjang di tariknya tangan Hilda agar berada di depan miliknya, Hilda yang memahami maksud dari Charly langsung memasukkan ke dalam mulutnya dengan memberikan gerakan maju mundur pada tangan dan juga mulutnya membuat Charly meremas rambut serta bukit kembar milik Hilda ditambah tatapan menggoda dari Hilda semakin membuat Charly menggerakkan kepala Hilda lebih cepat membuat mulut dengan milik Charly di dalamnya semakin bergerak cepat dan tangan Hilda yang lain meremas bagian telurnya agar membuat Charly semakin keras. Hilda merasakan jika milik Charly semakin membesar dan gerakan pada rambutnya semakin cepat menandakan tidak akan lama lagi akan mencapai klimaks dan dirinya harus siap menerimanya dalam mulut, tapi Charly malah melepaskan dari mulut Hilda dengan meminta untuk menungging dan tanpa persiapan langsung memasukkan miliknya dari belakang yang untungnya milik Hilda telah basah jadi tidak terlalu sakit.
Suara erangan terdengar di ruangan dari kedua orang beda jenis di mana telah melakukan berbagai macam gaya untuk mencapai klimaks dan kepuasan bersama, Hilda sendiri tidak menghitung berapa kali mencapai klimaks begitu juga Charly yang tidak tahu berapa banyak cairannya keluar di dalam atau di luar. Hilda dan Charly seolah tidak peduli dengan keadaan sekitar dan baru tersadar ketika melihat sekitar yang mulai tenang di mana sudah menjelang pagi, Charly melepaskan penyatuan mereka berdua menatap Hilda yang berada di ranjang karena terlalu lelah.
“Kamu selalu luar biasa” Charly menatap Hilda yang hanya tersenyum simpul.
Hilda beranjak yang langsung dipegang Charly membuat pandangan mereka bertemu “waktu kita habis dan jangan lupa transfer.”
Hilda melepaskan tangan Charly untuk membersihkan diri dalam kamar mandi sambil menatap tubuhnya untuk memeriksa jejak yang Charly berikan, Hilda akan kembali ke tempat dirinya bersama Adrian jadi harus memastikan tidak ada yang mencurigakan. Hilda langsung keluar setelah membersihkan diri serta memastikan tidak ada jejak Charly pada tubuhnya, ketika keluar terlihat Charly memainkan ponselnya tanpa memandang Hilda.
“Kamu cek sudah masuk dan bonus tambahan” Hilda mengangguk “kamu tidak istirahat di sini karena ini belum pagi dan masih gelap.”
Hilda tersenyum menatap Charly “nanti jika waktunya tepat pasti tidur sini bukankah biasanya aku juga tidur di sini meski tanpa kamu.”
Charly mengangguk pasrah “baiklah hati – hati dan aku akan meminta supir untuk memastikanmu baik – baik saja dari belakang, tanpa bantahan.”
“Baiklah” Hilda pasrah dengan perintah Charly “jaga diri.”
Hilda keluar dari tempat mereka berdua dengan menggunakan mobil di mana supir Charly mengikutinya dari belakang sampai dirinya masuk ke dalam apartemen, Hilda melangkah pelan menuju lift di mana ada pria yang menatapnya dengan senyuman lebar.
“Masih kuat bersamaku?.”
Hilda melangkah ke unit apartemennya yang bersebelahan dengan Johan, langkahnya bukan ke arah unit melainkan ke tempat Johan. Ruangan apartemen Johan lebih kecil dari miliknya dan ketika sudah berada di dalam Hilda langsung di dorong Johan ke tembok diciumnya penuh dengan gai.rah sehingga Hilda hanya bisa mengalungkan tangannya di leher Johan.Suara erangan keluar dari bibir Hilda ketika Johan mengalihkan ciumannya pada lehernya dengan tangannya berada di bukit kembar miliknya, tangan Johan lain sudah berada di depan miliknya dengan memberikan beberapa belaian di sana. Hilda membiarkan apa yang Johan lakukan hingga akhirnya Johan memasukkan miliknya ke dalam milik Hilda dengan posisi masih berada di depan pintu dan berdiri, kegiatan seperti ini sering mereka lakukan ketika tidak bisa menahan diri yang nantinya akan berakhir di ranjang milik Johan.“Kamu selalu luar biasa” Johan melepaskan penyatuan mereka setelah mencapai klimaks “apa pria itu belum datang?.”Hilda
Keadaan kampus yang ramai tidak membuat perasaan Hilda tenang karena setelah pesan yang tidak ditanggapinya, Hilda tahu siapa pengirimnya hanya saja tidak mendapatkan uang dan gaya hidupnya yang seperti ini membuat dirinya tidak tahu harus bagaimana. Alia dan Tari yang berada di dekat Hilda sedikit bertanya tentang apa yang terjadi pada dirinya tapi tidak mengeluarkan suara sama sekali entah takut dengan Hilda atau memberikan waktu padanya.“Prof gak masuk ya?” Alia memcoba mencarikan suasana menatap kedua sahabatnya di mana Tari hanya mengangkat bahu sedangkan Hilda masih terdiam “ada masalah?” menatap Hilda yang hanya diam dan tersenyum.“Absenin ya aku mau pulang gak enak badan” Hilda langsung beranjak sebelum mendapatkan jawaban dari mereka berdua.Hilda tidak tahu akan ke mana karena pastinya uang yang diminta bukan dalam jumlah kecil, uang tersebut dalam jumlah besar. Masa lalu dirinya yang tidak diketahui banyak orang t
Hilda memutuskan bersama Johan entah akan dibawa ke mana tapi dirinya yakin jika Johan tidak akan berbuat seperti Charly, meski sebenarnya bersama Charly dirinya bisa mendapatkan uang lebih tapi untuk kali ini mungkin dirinya ingin sedikit tenang. Hilda menatap sekitar di mana benar adanya Johan mengajak keluar kota yang tidak jauh dari tempat mereka, Hilda hanya terdiam sampai mereka di hotel yang Hilda yakini sebagai tempat mereka tinggal selama di sini.Johan menggenggam tangan Hilda ketika masuk ke dalam membuat berbagai pemikiran masuk di dalam kepalanya mengenai maksud dan tujuan dari Johan, menunggu kunci yang diberikan oleh pihak hotel tanpa melepaskan tautan tangan mereka. Suara seseorang memanggil nama Johan membuat mereka berdua menatap sang sumber suara, Hilda menatap Johan yang tampak tidak nyaman membuat dirinya bertanya – tanya.“Sudah move on saja kamu” memberikan tatapan meremehkan “Mela mantan istri Johan dan kamu cewek bayaran atau memang kekasihnya?”
Hilda bangun terlebih dahulu dibandingkan Johan, perlahan dirinya melepaskan tangan Johan dari pinggangnya untuk membersihkan diri. Mereka kembali ke kamar terlebih dahulu untuk memuaskan keinginan dalam diri mencari kenikmatan satu sama lain, mereka baru tidur menjelang subuh dan sekarang matahari telah terbit yang sepertinya masih bisa untuk sarapan di restoran hotel. Hilda membangunkan Johan setelah dari kamar mandi menggunakan pakaian yang berada dalam tas, memastikan Johan di kamar mandi dengan membawa pakaian yang telah disiapkan sebelumnya.Pesan yang Hilda dapatkan sedikit membuatnya terkejut karena bagaimana bisa Andrew mengetahui apa yang dilakukannya, tidak mungkin berada di antara rekan kerja Johan dan sepertinya Hilda sedikit penasaran mengenai siapa Andrew sebenarnya. Hilda menatap Johan yang keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih segar dibandingkan sebelumnya, Hilda sudah membereskan pakaiannya karena menurut Johan hari ini mereka akan kembali.
Hilda terkejut mendapati Andrew berada di sini pandangannya beralih pada Charly yang tampak tidak peduli, Andrew menggendong Hilda dengan hanya menutupi bagian atasnya. Hilda mengerutkan tangannya di leher Andrew karena takut jatuh dan saat berada di dalam mobil Andrew dengan cepat memakai jaket yang tadi menutupi bagian atasnya, Hilda menatap Andrew yang tampak tidak peduli dengan tatapannya dan akhirnya hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Andrew saat ini.“Aku akan membayar semuanya termasuk liburan dan semua yang kamu minta.”“Tapi aku gak mau hamil anak kamu” Hilda mencoba menentang Andrew “kamu tidak bisa memaksakan aku.”“Bukankah hal pertama kamu mengalami kehamilan tanpa keluarga, jadi tidak ada masalah jika kamu hamil kembali” Hilda memandang terkejut atas apa yang dikatakan Andrew “aku tahu semua masa lalu kamu jadi tinggal kamu mengikuti keinginanku atau tidak.”“Aku akan menikah dengan dosen itu.”“Gak ada masalah kamu ting
Hilda menatap saldo rekeningnya yang tiba – tiba terdapat nominal tidak sedikit membuat dirinya menghembuskan nafas panjang, beberapa hari melayani pria membuat tubuh Hilda lelah. Perlahan Hilda membuka dompet di mana kartu yang diberikan Andrew masih tersimpan rapi yang berarti harus menyembunyikan ini dari Adrian agar tidak berpikir negatif pada dirinya, Hilda meletakkan diri di ranjang mengistirahatkan tubuhnya untuk memikirkan apa yang akan dilakukan dengan uang sebanyak ini yang akhirnya memutuskan mengirim sebagian uang ke salah satu orang yang tahu mengenai masa lalunya.Adrian bahkan tidak menghubungi Hilda sama sekali yang berarti masih sibuk dengan keluarganya di sana dan dengan begitu Hilda bisa istirahat setelah apa yang dilakukannya beberapa hari ini tanpa henti, tanpa kegiatan membuat Hilda memutuskan untuk melakukan perawatan agar lebih segar dan persiapan jika Adrian tiba – tiba datang. Hilda memutuskan untuk ke kampus dulu bertemu dengan kedua sahabatnya, lang
Hilda yang melihat pemandangan dihadapannya saat itu masih tidak mempercayai kenyataan yang ada, orang tuanya yang tampak harmonis ternyata tidak jauh berbeda dengan dirinya. Hilda memandang pemandangan kota yang ada dihadapannya, gambaran kejadian tadi masih teringat jelas bahkan bagaimana ayahnya yang sangat dia hormati melakukan dengan tantenya yang berarti adalah adik dari ibunya. Hilda berharap ibunya tidak tahu atau tahu tapi tidak peduli atau juga melakukan hal yang sama, Hilda menggelengkan kepala berkali – kali mencoba meyakinkan itu semua hanya bayangan tidak lebih.Melihat kejadian itu membuat Hilda langsung memutuskan kembali ke apartemen tanpa sepengetahuan orang lain atau mungkin pekerja di sana sudah mengetahui apa yang Hilda lakukan, tapi sekali lagi Hilda tidak peduli dengan semua itu. Hilda menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya memegang ponsel yang daritadi nama Adrian muncul yang menandakan bahwa sudah tidak bersama istri pertamanya, Hilda mengangkat
Hilda mengikuti langkah Andrew setelah sebelumnya mengantarkan Rebecca entah di dalam kamar atau tidak, Hilda hanya diam ketika Andrew mengajaknya ke lantai atas dan seketika takut jika masuk ke dalam kamar Rebecca. Langkah mereka terhenti di depan pintu yang tidak lama kemudian dibuka oleh Andrew, melalui gerakan matanya meminta Hilda untuk masuk ke dalam. Hilda menatap kamar yang tampak seperti kamar pria dan tidak mungkin jika Andrew tidur di tempat ini, pandangan Hilda mengarah pada Andrew yang masuk ke dalam salah satu ruangan. Kamar ini tampak besar yang mungkin adalah kamar utama tapi Hilda tidak melihat keberadaan Rebecca di kamar ini, Hilda memutuskan duduk di salah satu kursi yang ada di dekat jendela.“Kami pisah kamar semenjak hasil diagnosa Rebecca keluar” Hilda menatap Andrew yang tampak berbeda di mana hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya “penyakitnya banyak mulai dari mengangkat rahimnya sampai kanker darah yang entah sampai kapan bertahan la