Share

Bukan Pernikahan Impian
Bukan Pernikahan Impian
Penulis: Yanieswiwik

Bab 1

Dara menatap tajam pada sosok pria yang berada tak jauh dari dirinya. Pria yang duduk di sofa yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat tidurnya terlihat serius pada pekerjaannya, hal tersebut terbukti dengan jemari yang masih sibuk menari di atas laptopnya. Lelaki tersebut bahkan tak merasa terganggu dengan mata yang sedari tadi mengintainya. Sesekali Dara menarik nafas untuk menambah sisa-sisa kesabaran.

"Kamu nggak tidur, Ra?" Tanya seseorang di seberang dengan pandangan yang tak berpindah dari laptopnya, jemarinya masih sibuk menari di atas keyboard yang bunyi suaranya masih dapat didengar dari jarak yang lumayan jauh antar keduanya. 

"Ini mau tidur." Ujarnya seraya menghempaskan dan segera membungkus tubuhnya dengan selimut yang menutupi hingga sebatas lehernya. Sang pria hanya menatap sekilas pada sang wanita yang tidur dengan membelakanginya, namun hanya sekejap, tiba-tiba tubuh yang tadi terbaring kini terbangun kembali.

"Kamu.... nggak ada niatan ngapa-ngapain aku kan, Al?" Tanya sang wanita dengan tatapan menelisik. Sedangkan yang di tanya hanya mengerutkan kedua alisnya. 

"Ngapa-ngapain yang bagaimana maksud kamu?" Bukan sebuah jawaban yang diberikan sang pria melainkan sebuah pertanyaan balik yang terlontar.

"Ya pokoknya kamu jangan ngapa-ngapain aku, jangan dekat-dekat aku, jangan tidur seranjang sama aku." Ucapnya dengan nada suara yang lumayan memekakkan telinga, tak peduli jika suaranya bisa terdengar orang lain.

"Jangan tidur seranjang sama kamu?, terus kamu suruh aku tidur di mana?, sebenarnya aku bisa saja tidur di kamar lain tapi apa kata keluarga kita nanti kalau aku tidur dikamar lain dan kamu tidur di sini, sementara ini malam pertama kita." Ucap sang pria seraya melipat laptop yang tadi berada di pangkuannya lalu kemudian diletakkan di meja yang berada depannya. 

Ya pria tersebut adalah Alfan, lebih tepatnya Alfan Rasya Mahendra yang tadi pagi secara resmi mengucapkan ikrar akad atas nama wanita yang saat ini duduk di tempat tidurnya. Wanita yang dia nikahi dengan alasan ingin memberikan sosok ibu pada putri semata wayangnya, sedangkan sang wanita yang memiliki nama Dara Maharani itu pun mempunyai sebuah alasan untuk menerima pinangan darinya jika tak ingin wanita yang biasa disapa Dara harus mengikhlaskan dirinya dinikahkan dengan pilihan ayahnya. Memang benar pernikahan mereka adalah pernikahan berlandaskan simbiosis mutualisme semata bukan seperti kebanyakan pasangan suami istri yang menikah berasaskan saling cinta.

"Ya pokoknya aku nggak mau kita tidur seranjang. Kalau kamu nggak mau tidur di kamar lain, kamu bisa kok tidur di sofa." Ucap Dara. 

"Kamu....suruh aku tidur di sofa?" Tanya sang pria tak habis pikir, bahkan keningnya sampai terlihat mengeriput setelah mendengar penuturan dari sang lawan bicara. "Kamu Amnesia, Ra?, kamu nyuruh aku tidur di sofa?" Seraya jari telunjuknya menunjuk pada tempat yang saat ini di duduki. "Kamu nggak lupakan? Kalau ini masih rumah aku?, berarti aku yang tuan rumah disini." 

"Terus kamu minta aku yang tidur di sofa gitu?, minta seorang perempuan tidur di sofa sementara kamu yang laki-laki bisa pulas tidur di kasur gitu?" Tanya Dara ketus seraya melipat tangannya di bawah dada. 

"Emangnya ada kata-kata aku tadi yang suruh kamu tidur di sofa?" Sang pria masih berbicara dengan sikap tenangnya. "Kita tetap bisa tidur satu ranjang Dara. Kalau kamu takut kamu aku apa-apain kamu, aku bisa jamin kalau nggak akan terjadi sesuatu sama kamu. Kita bisa menempatkan guling di tengah-tengah kita sebagai penyekat." Pria tersebut melangkah mendekat ke arah tempat tidur, namun tanpa di duga saat dirinya sudah semakin dekat dengan tempat tujuan justru dirinya mendapat sebuah hadiah bantal yang melayang dari sang wanita.

"Kita sedang nggak dalam pernikahan yang sesungguhnya, Al. Kamu tolong pahami itu." Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, tubuh Dara pun seketika terjatuh ke kasur dengan arah yang memunggunginya. Sedangkan sang pria yang berdiri dekat tempat tidur akhirnya mengambil bantal yang tadi di lempar Dara, kakinya melangkah ke arah almari untuk mengambil selimut karena tak ada seseorang yang akan menghangatkan tubuhnya jika nanti dia kedinginan.  Lalu di baringkan tubuhnya pada sandaran sofa , dan mulai dipejamkan kedua matanya sebab merasakan lelah yang teramat karena seharian menerima tamu yang jumlahnya bisa dibilang tak sedikit.

***

Pagi harinya Alfan terbangun lebih dulu dibanding Dara. Dia menoleh pada wanita yang masih meringkuk di bawah selimut. Dilipatnya selimut yang tadi malam menemani tidurnya, lalu kakinya melangkah menuju almari, dikembalikannya selimut tersebut pada tempat asalnya. Kakinya kemudian melangkah pada tempat tidur, ia mengamati perempuan yang sudah sah menjadi istrinya. Tak sadar dirinya menarik kedua sudut bibirnya menatap betapa polosnya sang istri saat tertidur. Sangat berbeda sekali jika nanti dirinya sudah terbangun. Alfan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. 

"Aaa.....kamu mau ngapain?, awas aja kalau berani macam-macam aku akan teriak." Alfan sampai menutup kedua telinganya akibat mendengar teriakan sang istri yang memekakkan telinga.

"Kamu nggak ada hobi lain apa selain teriak-teriak, Ra?" Alfan terlihat santai berjalan ke arah almari yang terlihat tak mempedulikan pada protes dari Dara.

"Kamu bisa kan ganti bajunya di kamar mandi aja, sengaja banget mau cari perhatian aku." Protes Dara lagi. Bayangkan saja saat bangun tidur Dara langsung disuguhkan pemandangan yang menggugah selera hanya saja dia tak mau mengakui, terlalu gengsi baginya untuk memuji betapa seksinya sang suami yang keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk sebatas paha dengan bagian atasnya yang tak memakai apa pun hingga dirinya dapat melihat roti sobek di perut suaminya. 

"Kenapa?, kamu takut kalau kamu khilaf?" Kata Alfan dengan seringaianya. 

"Jangan mimpi, udah pagi juga." Ucapnya seraya mengalihkan pandangan, bisa benar-benar khilaf nanti Dara jika terlalu lama menatap Alfan.

"Padahal aku nggak apa-apa loh kalau kamu khilaf." Masih dengan senyum saat Alfan menjawabnya.

"Pernikahan ini bukan pernikahan yang sesungguhnya, jadi kamu jangan banyak berharap sama aku. Kita hanya perlu bersikap sebagai suami istri jika di depan orang tua kita. Satu hal lagi, kamu jangan meminta aku melakukan pekerjaan selayaknya seorang istri, karena aku nggak mau dibebani oleh pekerjaan-pekerjaan itu. Aku juga bebasin kamu kalau mau dekat dengan perempuan lain, begitu pula aku berhak dekat dengan pria mana pun karena aku nggak suka di kekang." Ucap Dara panjang lebar.

"Aku nggak akan minta kamu melakukan pekerjaan rumah, karena aku punya asisten rumah tangga yang aku pekerjakan. Aku nggak akan menuntut banyak hal dari kamu, aku hanya minta satu hal sama kamu." Alfan tak langsung berbicara, dia menarik nafas dalam -dalam sebelum kemudian kembali berkata.

********

Like dan koment selalu ditunggu??

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status