Share

Bab 3

Disudut ruangan, Dara tertunduk lesu, selepas menerima panggilan telepon dari keluarganya. Bagaimana tidak, pasalnya sang bunda selalu menanyakan dirinya apakah sudah memiliki pacar atau belum. Karena menurut keluarganya seorang perempuan tidaklah baik jika sampai berumur 25 tahun tapi belum menikah. Bisa jadi bahan gunjingan tetangga. Dara mengembuskan nafas kasar lalu menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangannya yang berada di meja. 

"Masalah menikah lagi, Ra?" Nita bertanya seraya menarik sebuah kursi yang ada di depan Dara. Sontak saja kepalanya mendongak ke atas hingga bertemu sorot mata teduh sang sahabat. Nita merupakan salah satu sahabat dari Dara yang tahu tentang masalah yang sedang dihadapi perempuan itu. Keduanya tak pernah saling menutupi permasalahan yang sedang di hadapi. Mereka akan bercerita dan saling mencari solusi dari setiap masalah. 

"Nggak tahu tuh, perasaan kolot banget pemikiran orang tua gue. Belum juga umur 25 udah ditodong suami aja. Dikira cari suami seperti  cari baju kali, ya kali baju kalau gak cocok bisa di tukar atau di kasih ke orang lain. Masa iya suami gue mau gue tukar atau kasih ke orang lain, cari suami bagi gue ibarat bagaikan cari jarum di  tumpukan jerami, alias sulit.” Cerocos Dara dengan wajah di tekuk. Sedangkan Nita hanya menatap iba pada sang sahabat.

"Hai Beib." Sapa Dion seraya melambai -lambaikan tangannya dan langsung mengambil tempat duduk di samping Dara. Gelas yang berisi minuman Dara pun tak luput dari serangan mendadaknya. Dara yang di sampingnya hanya menatap malas ke arahnya. 

"Lecek banget itu muka beib." Canda nya yang langsung mendapat sebuah tatapan horor dari si pemilik mata. Sontak beberapa orang yang ada di sana tak kuasa menahan tawa mereka. 

"Masih tentang jodoh, Ra?" Tanya Arga, yang mengambil tempat duduk di samping Nita, sedangkan yang ditanya hanya mengedikkan kedua bahunya. Arga pria satu devisi dengannya, mempunyai wajah tampan dan teduh. Bibir yang sedikit menghitam karena menghisap zat bernikotin, alis tebal dengan bulu mata lentik, dan mata yang aduhai menghanyutkan. 

"Kawin sama abang aja yuk, Neng?" Canda Dion yang tak mendapat respon dari lawan bicaranya. Dara sama sekali tak pernah menganggap yang diucapkan oleh Dion sebagai sesuatu yang penting. Karena memang Dion tak pernah bisa diajak serius saat berbicara, hanya buang tenaga saja.

"Nikah Yon, kawin-kawin lue pikir anak kucing apa main kawin-kawin aja." Timbal Nita yang tak terima dengan pemilihan kata dari Dion. Arga sendiri tak banyak berkomentar dengan urusan Dara. Dia termasuk orang yang tak ingin mencampuri urusan orang lain, karena hidupnya sendiri penuh cobaan. 

"Kalau nikahin Dara bagaimana kabarnya dengan bebeb Shanaz gue, bisa digantung gue sama orang tuanya karena  macarin anaknya tapi nikahnya sama perempuan lain". Tambah Dion sambil tertawa dan seketika dapat pukulan dari Arga, sedangkan Dara hanya diam tanpa berniat untuk  menimpali pembicaraan mereka.

"Yee itu mah urusan lho Yon, sekarang yang ada pacaran lama bukan  menjamin berlangsungnya ikatan sampai ke pelaminan. Ingat Yon sepertiga malam lebih mujarab di banding pacaran bertahun-tahun ya enggak, Yang?" Timpal Nita seraya  mengedipkan satu matanya kepada Arga yang dibalas dengan sebuah senyuman yang menawan oleh pemiliknya.

"Terus loe sudah ada solusi belum, Ra?" tanya Arga yang sedari tadi hanya sebagai pendengar dari mereka. Dara menerawang ke atas, sembari mengaduk minuman yang tidak berkurang sedari tadi. Sibuk memikirkan bagaimana nasibnya membuat Dara tak terlalu bersemangat makan. Beberapa kali bahkan Arga yang membawakan sarapan untuknya. 

"Gimana mau dapat solusi mas , pacar saja aku enggak punya. Masa sih aku harus terima pilihan dari Ayah." Ucap Dara dengan wajah Frustasi. Meskipun Dara yakin jika orang tuanya pasti akan memilihkan jodoh terbaik untuknya, namun dirinya terlalu takut untuk menikah dengan seseorang yang tak dikenalnya. Beberapa kali saat dirinya pulang kampung, orang tuanya memintanya untuk menemui anak teman ayahnya yang bekerja sebagai guru lah, ada juga yang pemilik rumah makan, ada pula yang seorang polisi namun dengan seribu alasan Dara selalu menghindar. Hingga beberapa bulan yang lalu maklumat dari orang tuanya yang mengatakan jika tak segera  membawa calon suami maka mau tidak mau, suka tidak suka Dara harus menerima jodoh pilihan orang tuanya. Terus menerus memikirkan nasibnya membuat Dara kehilangan berat badannya beberapa kilo. 

"Gimana kalau loe nikah aja sama Alfan?" saran Nita. Semua mata otomatis menatap Nita. Arga dengan sikap cueknya hanya menatap bergantian antara Dara dan Alfan, sedangkan Dion dengan kehebohannya langsung memeluk Dara dengan erat. Tak rela jika gadis yang di anggapnya pacar tersebut harus menikah dengan pria lain padahal dirinya sendiri punya kekasih. 

"Uhuk - uhuk" Dara menatap Nita dengan pandangan yang seakan hendak membunuhnya hidup – hidup. Sebagai terdakwa Nita hanya memamerkan barisan gigi rapi serta putih seakan tak merasa bersalah dengan sarannya barusan.

"Nggak usah pakai melotot juga itu mata sudah kaya mau copot aja sih. Lagian enggak ada yang salah juga kan loe single dan Alfan juga single". Ucapnya sambil menyendok sebuah steak di depannya. Beberapa kali pandangannya jatuh kepada Alfan yang hanya diam tanpa ekspresi. Alfan memang terkenal sebagai pria dingin yang tak terjamah makhluk lain hingga terkadang orang lain merasa sungkan walau hanya sekedar untuk basa-basi. Meski telah banyak wanita di kantor merela yang terang-terangan mengungkapkan ketertarikannya dengan pria bermata elang tersebut. 

"Loe tahu itu saran gila.” Ucap Dara.

"Kenapa gila? yang gue katakan benar kan sayang, kalian berdua kan sama - sama single jadi kenapa kalian enggak nikah saja. Loe enggak perlu terima perjodohan dari orang tua loe begitu pun Kania bakal punya Ibu untuk dirinya. Lagian kan Ra, loe juga sudah dekat sama Kania, Kania juga dekat sama loe, jadi apa yang mesti loe ragukan sih?" tambah Nita yang menganggap sarannya sudah benar. 

"Gue memang dekat sama Kania, tapi bukan berarti dia berharap gue jadi pengganti ibunya, lagian ya belum tentu dia siap menerima ibu baru untuk dirinya." Elak Dara. Dirinya dan Alfan tak begitu dekat hingga dengan mudahnya menyerahkan sisa hidupnya dengan pria sepertinya. 

"Tapi menurut gue yang dibilang Nita ada benarnya juga deh, kenapa tidak kita coba saja dulu, Ra." Tiba - tiba suara Alfan ikut menginterupsi di dalam percakapan mereka. Mata Dara seakan berhenti untuk bekerja hingga hanya bisa memandang ke arah Alfan dengan pandangan tak mengerti. 

"Toh kita berdua juga sama -sama single kan? terus apa yang mesti loe takutin, Ra?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status