Share

Bayi Dadakan
Bayi Dadakan
Penulis: Lucy Ang

1 judul dititipi bayi

Bab 1

     Michelle bangga akan dirinya sendiri. Di usianya yang masih muda, dia sudah bisa hidup mandiri. Dia memiliki usaha bridal, penyewaan gaun pengantin dikotanya. Usahanya dibantu lima orang karyawan untuk melayani para klien yang datang baik untuk menyewa gaun pengantin ataupun make up.

     Sedari pagi, dia sudah bersiap-siap mandi dan merias dirinya sehingga layak menyambut tamu-tamunya hari ini. Ia turun kelantai bawah dan tidak lama kemudian satu persatu karyawannya berdatangan.

     Setelah mereka memberi salam, mereka langsung bersiap-siap membereskan segala tanggung jawab mereka.

     Michelle tersenyum puas melihat kinerja para karyawannya selama bekerja bersamanya. Mereka terampil dan ada inisiatif dalam menghadapi para klien.

     Denting bel berbunyi tanda ada konsumen pertama mereka yang masuk. Mereka segera bergegas memberi salam dan penyambutan.

     Seorang wanita masuk dengan agak kesusahan, karena selain ia membawa bayi, ia juga membawa tas bayi dikanan kiri tangannya.

     Dania segera membantu membawakan tas-tas klien pertamanya itu dan menunjukkan sofa untuk ia bisa beristirahat sejenak. Ia mengambilkan air mineral dan memberikan kepada kliennya itu. Setelah kliennya itu menghabiskan air mineral yang ia berikan dan sudah menghela napas lega. Barulah Dania menanyakan nama dan tujuannya datang ke Michelle Bridal.

     “Saya mencari gaun pesta untuk menghadiri pesta pernikahan sahabat saya di pantai. Tema pesta itu Gold tapi saya mencari gaun dengan bugget yang minim,” ujar Tina.

     “Kalau boleh saya tahu, bugget berapa yah minimnya?” 

     “Dibawah tiga ratus ribu ada?” tanya Tina dengan sungkan.

     Sebenarnya, dibridal mereka sudah tidak menyediakan gaun seharga itu, tapi bosnya selalu bersedia memberikan harga promo bagi klien yang memiliki bugget khusus seperti ini. Maka Dania tersenyum menenangkan Tina. 

      “Ada kok, tenang saja. Mari saya tunjukkan model-model yang bisa kakak pilih.”

     Dania mengarahkan Tina ke bagian gaun dengan bugget khusus.

     “Kalau ini, bagaimana? Apa suka?!” kata Dania menawarkan sebuah gaun untuk diperlihatkan kepada Tina.

     “Yah, saya suka. Terlihat mewah sekali!”

     “Ada baiknya, dicoba dulu agar bisa dilihat, apakah ada yang kurang pas dan sebagainya.”

     “Yah, saya mau. Tapi…”

     Tina ragu melihat bayinya.

     “Kalau boleh, biar saya yang pegang. Kebetulan saya juga ada anak di rumah jadi sudah terbiasa menggendong bayi.”

     Tina segera berterima kasih dan menyerahkan bayinya kepada Dania. Saat mau masuk keruangan fitting, Tina berseru memanggil Michelle.

     “Michelle, yah ampun. Sudah lama banget yah, tidak bertemu.”

     Michelle merasa tidak mengenal tamu didepannya ini tapi dengan sopan menanggapi seruan tamunya itu.

     “Maaf, siapa yah?”

     “Aku Tina. Alumnus Pelita. Kamu di Pelita juga 'kan!? Jurusan Management!” seru Tina dengan hebohnya mengingatkan Michelle.

     “Yah benar, tapi Tina mana yah?”

     “Di Universitas memang kita jarang berbicara. Tapi kita pernah ditugaskan bareng mengerjakan tugas kelompok. Masih ingat, professor Marwan?!”

     “Oh, iya iya,” sahut Michelle mencoba mengingat-ingat kejadian yang lalu tapi tetap tidak mengingatnya. Tapi dia tidak mau terkesan tidak sopan, jadinya dia berakting seolah kejadian itu benar adanya.

     “Silahkan dicoba gaunnya,” kata Michelle sambil melangkah ke depan.

     Setelah cocok dengan gaun yang dicobanya, Tina mengisi formulir dan membayar sejumlah uang sebagai dp.

     “Michelle kamu hebat yah, bisnis kamu berkembang dengan pesat,” kata Tina sambil memperhatikan semua karyawannya yang sibuk melayani konsumen yang datang.

     “Yah, ucap syukur. Semua karena kebaikan Tuhan.”

     “Kamu sudah menikah?!” tanya Tina lagi.

     “Belum tapi segera. Tunanganku masih menyelesaikan S2nya di Korea. Tunggu dia pulang, kami akan segera menikah.”

     Tina lalu tersenyum kecut mendengar kata-kata Michelle.

     “Kamu beruntung yah, tidak seperti aku.”

     Michelle sebenarnya cukup sibuk tapi meninggalkan Tina seperti ini juga tidak sopan, maka ia dengan sopan menanyakan apa yang sebenarnya Tina alami.

     Karena Tina langsung nangis Bombay dan otomatis menarik perhatian semua yang berada di bridalnya. Maka Michelle langsung mengajak Tina untuk masuk kedalam ruangannya.

     Michelle segera mengambilkan tissue dan memberikannya kepada Tina.

     “Aku hamil diluar nikah Chel. Kamu ingat Jason, tidak?!”

     Michelle menggeleng karena memang tidak tahu siapa Jason yang dimaksud.

     Tina mengeluarkan sebuah foto bergambar dirinya dan Jason.

     “Oh, iya rasanya aku pernah melihatnya dikampus.”

     “Jason tidak menginginkan Jojo, bayi kami. Dia memintaku untuk mengugurkan kandunganku dan tidak mau menikahiku.”

     “Waduh, laporkan saja kepihak yang berwajib.”

     “Tidak bisa, dia mengancam akan melaporkan balik seandainya itu kulakukan. Kau tidak tahu seberapa terkenalnya dia sekarang.”

     “Tapi kau memiliki bayinya, dan itu bukti yang kuat. Tinggal lakukan tes DNA saja, maka dia tidak akan bisa mengelak lagi dari tanggung jawabnya!”

     Michelle menjadi emosi mendengar penuturan Tina.

     “Aku mencintainya, Chel. Aku tidak mau sampai mengganggu pekerjaannya sebagai selebritis.”

     Michelle hanya geleng-geleng kepala menanggapi sikap Tina tapi dia tidak berkomentar lagi.

     “Oh, iya Chel, maaf nih sebelumnya. Apa aku bisa menitipkan Jojo sebentar? Aku mau pergi membeli kebutuhan pokok. Kalau membawanya agak repot. Setelah selesai, aku akan segera kembali menjemputnya.”

     “Waduh, Tin. Maaf,  aku juga sibuk loh, takut tidak terpegang, kasihan bayi kamu. Kamu pulang dulu saja, nanti setelah menaruh bayimu dirumah, baru kamu berbelanja.”

     “Dirumah cuma ada aku dan Jojo, Chel. Orang tuaku mengusirku pergi karena aib ini. Mangkanya kemana-mana, aku pasti selalu membawa Jojo. Kalau memang tidak bisa yah, tidak apa-apa Chel. Aku bawa saja. Meski saat ini diluar sedang panas terik, tidak apalah,” ucap Tina dengan lirih.

     Hati Michelle menjadi tidak tega mendengar penuturan Tina.

     “Baiklah, kau boleh menitipkan bayimu disini, tapi jangan lama-lama yah!?”

     “Tenang saja. Aku akan kembali secepat mungkin. Hanya Jojo satu-satunya, harapanku hidup Chel!” sahut Tina dengan mata berkaca-kaca.

     ”Aku titip tas-tas ini juga yah, Chel,” tambah Tina meletakkan tas-tasnya dipojokan ruangan Michelle.

     Michelle mengangguk lalu mengambil bayi yang diserahkan Tina kepadanya. Melihat Jojo, Michelle otomatis langsung menyukai Jojo. Dia bayi yang sangat lucu dan menggemaskan.

     Tina sudah pergi, sewaktu ia menoleh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status