Share

Bab 9

Malam ini adalah malam pertemuan yang paling berkesan untuk dua keluarga, meski harus ada rasa canggung namun hati Jasmin tidak bisa berbohong bahwa dirinya sangat senang akan segera menikah. Pukul  sembilan malam keluarga dari mempelai pria dan beberapa tamu lainnya berpamitan untuk pulang, dari keluarga Jasmin mengantarkan sampai ke pintu depan rumahnya. Ayesha yang sangat ramah, membuat Jasmin merasa senang akan memiliki ibu mertua yang baik. Saat berpamitan pulang, Ayesha mengatakan bahwa dirinya sangat senang akan memiliki anak mantu seperti Jasmin. Jasmin pun tersenyum ramah, saat hendak pulang mereka saling berjabat tangan. Namun ketika Jasmin mengatupkan tangannya ke arah Syarif, terlihat jelas gugup dan rona merah di wajahnya.

Ketika mobil keluarga Syarif melesat jauh, Jasmin beserta keluarganya masuk kedalam rumah. Jasmin melihat parsel serta kotak-kotak yang dihiasi cantik yang berjajar di ruang tamu.

" Bu ini nggak salah, banyak sekali bu ? " tanya Jasmin pandangannya terus tertuju pada hantaran dari Syarif.

" Sayang ini semua pemberian dari besan, ini untuk mu nak " jelas Fatimah

" Sebanyak ini " batin Jasmin terheran-heran. Jelas, Jasmin baru mengetahui tentang hantaran yang begitu banyaknya, dari perlengkapan Jasmin semua tersusun rapih dan cantik membuat Jasmin enggan untuk membukanya dan berniat untuk menyimpannya saja. Terlebih Jasmin tidak suka dengan barang branded yang terlihat jelas menghamburkan uang. 

Fatimah dan Ismail lebih dulu masuk ke dalam kamar, karena tubuhnya yang sudah tua dan gampang lelah mereka pun memutuskan untuk istirahat. Sedangkan Jasmin berusaha memboyong semua pemberian dari Syarif, cukup lelah dan menguras tenaga bagi Jasmin untuk naik turun tangga menuju kamarnya.

"Ya Allah lelahnya " lirih Jasmin setelah memindahkan semua barang. Sejenak Jasmin duduk di atas tempat tidur, tetapi ia melihat ponselnya yang bergetar menandakan sebuah pesan masuk.

Jasmin dengan cepat mengambil ponselnya, dilihatnya pesan dari Syarif. Jasmin tersenyum ketika membaca pesan Syarif yang berisi " Assalamualaikum bidadari ku, terimakasih telah menyambut kami dengan penuh suka cita, dan kue kacang buatan mu sangat enak " puji Syarif membuat lelah Jasmin berganti dengan taburan kelopak bunga yang kini seakan akan menghujaninya.

" Ada satu lagi yang saya lupa, bacalah coretan tangan saya yang ada di dalam tas hantaran " isi pesan kedua dari Syarif membuat Jasmin terus tersenyum sendiri. Namun Jasmin memilih untuk melaksanakan sholat Isya terlebih dahulu karena jam menunjukkan sudah pukul sepuluh malam. 

Usai membersihkan diri dan tiba waktunya untuk tidur, Jasmin membuka tas pemberian dari Syarif. Benar isi pesan Syarif, di dalam tas terdapat selembar kertas yang hanya dilipat dua kali. Dengan seksama Jasmin membaca isi coretan Syarif.

" Assalamualaikum ... Saat kamu membaca surat ini tentunya kamu sudah memilih ku untuk menjadikan imam di hidup mu. Mari kita saling berkenalan, saat berumah tangga nanti, aku meminta mu jangan pernah menutupi hal kecil apapun. Aku tahu, orangtuamu tidaklah mudah melepaskan putri kesayangannya untuk aku cintai. Maka dari itu, izinkan aku menjaga mu dengan seluruh raga ini. Mari kita menikah dengan niat yang tulus dan ikhlas." kata-kata yang tersusun rapih dan elok, saat Jasmin membacanya pun ... hati merasa lebih mantap menikah dengan Syarif.

" Dia laki-laki yang lembut, semoga rumah tangga kami selalu diberkahi oleh rahmat mu Ya Allah " batin Jasmin seraya merebahkan tubuhnya dan meletakkan kertas itu ke bawah bantal, tubuhnya yang lelah membuat Jasmin cepat tertidur pulas.

Hari demi hari berlalu sangat cepat, Jasmin dan Syarif hanya berkomunikasi lewat pesan yang hanya menanyakan hal-hal yang penting saja dan bisa dihitung dalam beberapa hari ini.

Tepat ba'da Maghrib keluarga Jasmin mengadakan pengajian menjelang pernikahan yang akan dilaksanakan lusa. Pengajian ini dihadiri banyak warga kampung yang ikut serta mendoakan kelancaran akad yang akan dilaksanakan pada hari Jum'at. Pada malam ini Jasmin ingin mengungkapkan bahwa dirinya sudah hafal tiga puluh juz pada ke dua orangtuanya. Jasmin becermin menatap dirinya yang sudah siap mengikuti pengajian, ada rasa gundah dalam hatinya. Namun apa daya sebagai anak, Jasmin tidak ingin berbohong terus menerus. 

"Toh hidup dan mati hanya Allah yang menentukan, " batin Jasmin seraya menguatkan diri.

Jasmin keluar dari dalam kamarnya, didengar suara ramai bapak serta ibu-ibu yang hadir dalam pengajian dalam rumahnya yang akan segera dimulai.

Fatimah dan Ismail sudah ada berada di depan sejak tadi untuk menyambut para tetangga yang berdatangan.Tak berselang lama pengajian pun berlangsung dengan diisi acara ceramah seorang ustadz yang telah Ismail undang untuk mengisi pengajian. Ketika acara akan selesai Jasmin membawa baskom berisi air sontak membuat para jamaah melihat ke arah Jasmin.

" Pak ustadz saya ingin  meminta waktunya, saya ingin membasuh kaki kedua orangtua saya yang sangat saya sayangi " ucap Jasmin menunduk.

" Subhanallah silahkan, silahkan untuk Bapak Ismail dan Ibu Fatimah untuk duduk di atas kursi " arahan dari seorang ustadz, Fatimah dan Ismail yang tadinya duduk di atas karpet kini beralih ke atas kursi yang sudah disiapkan, mereka duduk bersebelahan.

 Fatimah dan Ismail terharu dengan apa yang ucapkan oleh Jasmin, Bi Ani yang membantu Jasmin mengambilkan air serta handuk untuk mengeringkan kaki majikannya pun tak kuasa menahan haru.

Prosesi mencuci kaki Fatimah dan Ismail pun berlangsung haru, tak lupa Jasmin pun mengucapkan basmalah. Dengan telaten Jasmin membasuh kaki ke dua orangtuanya secara bergantian. Setelah selesai Jasmin mengeringkan dengan handuk yang sudah diambilkan oleh Bi Ani. Jasmin mengucapkan rangkaian kata yang membuat semua terharu.

" Ayah ... Ibu terimakasih sudah membesarkan Jasmin dengan kasih sayang yang tulus, maafkan Jasmin yang selalu merepotkan Jasmin. Yang terkadang membuat Ayah dan ibu marah karena kenakalan Jasmin. Dihari ini Jasmin ingin berkata jujur ... kalau Jasmin sudah memenuhi keinginan ibu. Jasmin sudah hafal semuanya Bu " ungkap Jasmin dengan derai air mata, dengan posisi badan yang bersimpuh di depan orangtuanya dan tangan Jasmin yang memegang tangan Fatimah dan Ismail. Ismail membelai lembut kepala putrinya.

" Sudah seharusnya kami memberikan kasih sayang untuk mu nak, " ucap Ismail.

" Terima kasih sudah menjadi putri kami yang berbakti, waktu ibu hanya sebentar lagi. " imbuh Fatimah, mendengar ucapan Fatimah, Jasmin mendongak melihat wajah ibunya yang kini sudah terlihat getaran-getaran keriput diwajahnya.

" Ibu harus janji, ibu harus sehat selalu ya bu. Jasmin nggak akan sanggup hidup tanpa ibu " tutur Jasmin yang hanya di angguki oleh Fatimah. Bayang-bayang takut kehilangan seorang ibu kini kembali muncul dalam benak Jasmin.

Hari yang ditunggu tunggu pun tiba, dikediaman Syarif semua orang sibuk mempersiapkan diri untuk datang ke rumah Jasmin. Ya hari ini adalah hari dimana Syarif akan meminang Jasmin. Di dalam kamar Syarif dibantu oleh ayahnya untuk mengenakan pakaian yang berwarna serba putih.

" Terimakasih bi  " ucap Syarif

" Sama-sama nak, abi hanya berpesan... Jadilah imam yang bisa menuntun istrinya ke jalan Allah " Musa menepuk ke dua bahu Syarif, Syarif pun mengangguk dan memeluk tubuh Abinya.

" Ceklek " suara pintu terbuka 

"  Sudah siap ? " tanya Ayesha kepada Syarif

" Insya Allah mi " jawab Syarif tersenyum merangkul Abinya.

" Jangan lupa baca basmallah sebelum ijab nak " ucap Musa berusaha mengingatkan Syarif.

" Pasti bi " jawab Syarif

Keluarga Syarif berangkat menggunakan mobil yang sudah dihiasi layaknya mobil pengantin pada umumnya. Ayesha, Musa dan Syarif berada dalam satu mobil yang sama untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, mereka menggunakan jasa supir pribadi yang mereka sudah anggap seperti keluarga sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status