Share

Bab 12

Sesuai perkataan Syarif, mereka sholat Sunnah berjamaah. Ketika sudah selesai Syarif menoleh ke belakang, mereka duduk berhadapan. Syarif melihat wajah istrinya yang cantik menggunakan balutan mukena.

" Kenapa, apa kamu belum bisa tidur ? " tanya Syarif mengusap lembut kedua tangan Jasmin, Jasmin pun mengangguk dan menunduk.

" Maaf mas, Jasmin belum terbiasa " Jawabnya, mendengar perkataan Jasmin, Syarif tersenyum

" Itu hal yang wajar, apa lagi ini adalah pertama kalinya" ucap Syarif membuat pipi Jasmin merah merona.

" Tapi ... Harus dibiasakan " imbuh Syarif

" Iya mas " jawab Jasmin, Syarif mengetahui bahwa istrinya sangat pemalu.

" Kenapa dengan pipi mu dek, merah seperti tomat bikin mas gemas mau gigit saja " goda Syarif tersenyum, Jasmin tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Tangan Syarif mulai membuka mukena Jasmin, Jasmin yang mendapat perlakuan Syarif hanya diam. Syarif mulai merapikan rambut-rambut halus Jasmin yang berantakan dan menyelipkan rambut di telinganya.

" Sekarang kita tidur ya, " ucap Syarif mengangkatnya dagu Jasmin, seketika bola mata mereka saling bertemu. Jasmin pun mengangguk.

" Ayo sekarang kita rapihkan sajadahnya," perintah Syarif sambil beranjak dan melipat kembali sajadahnya begitupun dengan Jasmin. Syarif lebih dulu menaiki tempat tidur dan memilih untuk menyandarkan tubuhnya dengan bantal sebagai tumpuan di punggungnya.

" Mas nggak tidur ?" tanya Jasmin berdiri mematung di sisi tempat tidur

" Tidurlah sini," jawab Syarif tersenyum sambil menepuk pahanya. Jasmin pun tahu maksud suaminya, perlahan ia mulai menaiki tempat tidur dan merebahkan kepalanya di paha Syarif.

" Tidurlah " perintah Syarif tangannya mengusap lembut kepala Jasmin dan merasakan lembutnya rambut Jasmin yang terurai panjang. Suara merdu ayat suci Al-Quran yang Syarif lantunkan menjadi pengantar tidur istrinya, tentu dengan tangan kanan Syarif yang masih membelai kepala Jasmin. Tak membutuhkan waktu lama Jasmin tertidur dengan memeluk guling kesayangannya. Melihat istrinya tertidur pulas, Syarif menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya dan sekilas Syarif mencium kening Jasmin. 

" Heeemmm maafkan aku yang terlalu cepat menyukaimu, entah kenapa hati ini sangat nyaman disisi mu " gumam Syarif tersenyum 

" Hooaaammms" Syarif terus menguap dan menutup mulutnya, memang sejak tadi Syarif berusaha menahan kantuknya, tak berselang lama ia pun menyusul Jasmin ke alam mimpi.

Pagi hari, dari balik pintu Fatimah mendengar alarm ponsel yang berbunyi nyaring. Namun ia urungkan niatnya untuk mengetuk pintu.

" Yah alarm hp Jasmin belum berhenti, apa mungkin mereka belum bangun ya Yah ? " tanya Fatimah ke Ismail yang kini tengah bersiap-siap berangkat ke Masjid.

" Sudah biarkan saja bu, siapa tahu mereka habis bergadang buat cucu untuk kita " jawab Ismail seraya tersenyum.

" Iya ya Yah...." Fatimah pun membiarkan alarm terus berbunyi.

" Ya sudah, ayah berangkat ke Masjid dulu bu. Assalamualaikum " pamit Ismail seraya mengenakan kopeyah ke kepalanya.

" Wa'alaikumus salam" Fatimah pun segera mengambil air wudhu.

Di tengah kebisingan alarm yang berbunyi, Syarif terjaga lebih dulu. Dengan mata yang terpejam tangan Syarif berusaha meraih ponsel Jasmin di atas meja. Syarif yang hendak beranjak untuk mengambil air wudhu pun tertahan oleh kepala Jasmin yang memang nyaman tidur di pangkuan suaminya.

" Dek ... bangun sudah subuh " lirih Syarif berusaha membangunkan Jasmin dengan lembut membelai pipinya. Namun tangan Syarif di tangkis oleh Jasmin.

" Sebentar lagi bu.... Jasmin masih ngantuk " gumamnya sambil merubah posisi tidur memunggungi Syarif. Syarif yang melihat tingkah istrinya pun tersenyum dan kembali memainkan bulu mata Jasmin yang lentik.

" Ibu jangan iseng, Jasmin masih ngantuk bu.. " seru Jasmin dengan suara manjanya, kembali mengalihkan tangan Syarif.

" Istriku sayaaaang ini sudah pagi, sudah pukul lima lebih " bisik Syarif di dekat telinga istrinya, seketika Jasmin terbangun dan duduk melihat ke arah Syarif. Ia baru sadar yang berusaha membangunkan sejak tadi itu suaminya

" Apa pahaku sangat nyaman ? Sampai- sampai sulit untuk bangun tidur " tanya Syarif tersenyum menggoda istrinya seraya jalan ke arah kamar mandi dan membiarkan istrinya yang mematung mencerna keadaan. Syarif tahu istrinya sekarang sedang menahan rasa malu.

" Hah... Astaghfirullah kenapa aku bisa lupa, berati semalaman aku tidur... dii.." Jasmin merutuki dirinya sambil menutupi tubuhnya di dalam selimut.

" Aaahhkk kenapa aku merasa bodoh" desahnya, 

" Hussst shalat-shalat " perintah Syarif sambil mengetuk tubuh Jasmin yang masih di dalam selimut dengan satu telunjuknya.

" Iya mas " sahut Jasmin keluar dari dalam selimut.

Dengan langkah gontai dan rambut yang sedikit acak acakan Jasmin harus jalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Syarif yang melihat itupun tersenyum sambil duduk di atas sofa menunggu Jasmin yang sedang mandi untuk shalat berjamaah.

Ketika sampai di dalam kamar mandi, Jasmin menyandarkan tubuhnya di daun pintu. 

" Haaahhh turunlah derajat ku sebagai istri, kenapa ini harus terjadi, malunya aku " gumam Jasmin terus merutuki dirinya sendiri.

" Tok tok tok sayaaang jangan lama-lama waktu subuh akan segera habis " seru Syarif menyadarkan istrinya yang tengah berdiam sejak di dalam kamar mandi.

" Iya mas " sahut Jasmin, dengan cepat kilat Jasmin buru-buru membersihkan diri.

" Besok-besok aku harus bangun lebih dulu " gumam Jasmin sambil melilitkan handuk di kepalanya.

***

Pagi hari ketika semua selesai sarapan, Syarif meminta izin kepada kedua orangtua Jasmin untuk membawa putrinya singgah di rumah orangtuanya.

" Ayah dan Ibu... Bolehkah Syarif membawa Jasmin untuk tinggal di rumah Ummi satu hari. Karena untuk hari Senin Syarif sudah aktif bekerja " ucapan Syarif menghentikan aktivitas Fatimah yang sedang membereskan piring kotor. Pandangan Fatimah tertuju kepada anak perempuannya, beliau memaksa tersenyum meski hatinya sedih karena harus hidup terpisah lagi dengan putrinya.

" Tentu .... Boleh nak " jawab Ismail tersenyum

" Nak, kamu harus mengikuti suami kamu kemana pun dia pergi " imbuh Fatimah.

" Iya bu " jawab Jasmin berusaha menegarkan hatinya.

" Syarif mengizinkan kapan pun istri Syarif menjenguk ibu dan ayah. Tapi kalau ayah dan ibu ingin berkunjung ke rumah kami silakan, Syarif senang " ujar Syarif

" Insya Allah puasa pertama kita akan berkunjung ke rumah mu nak, iya kan Yah " ucap Fatimah meminta persetujuan Ismail

" Iya nak " imbuh Ismail.

" Benar ya... Jasmin tunggu " ucap Jasmin tersenyum

" Iya nak..." jawab Fatimah.

Jasmin meminta izin untuk mengemasi barang yang akan ia bawakan, tak berselang lama Syarif pun mengikuti istrinya. Saat Syarif masuk kedalam kamar, Syarif melihat istrinya yang duduk di atas karpet sedang mengemasi baju muslimnya, Syarif pun mendengar isakan kecil. Jasmin tak menyangka bahwa secepat ini dirinya akan meninggalkan rumah orangtuanya. Syarif menghampiri istrinya yang belum sadar akan kedatangannya.

" Kalau belum siap untuk ikut dengan mas, kamu bisa tinggal disini dulu " ucapnya seraya duduk dan merangkul bahu istrinya. Mendengar suara Syarif, Jasmin dengan cepat menyeka air matanya.

" Nggak mas, Jasmin ikut dengan mas " jawab Jasmin tanpa menoleh ke arah suaminya.

" Lihat mas dek " perintah Syarif yang kini duduk di sampingnya. Sontak membuat Jasmin menghentikan aktivitasnya.

" Kenapa hantaran mas belum di buka ? " tanya Syarif melihat pemberiannya masih utuh dengan kemasan apik.

" Sayang kalau di buka mas," jawab Jasmin tersenyum

" Nah... Senyum dong kan cantik " puji Syarif. Syarif membantu Jasmin untuk mengemasi barang-barang miliknya. Untuk pakaian Syarif yang sudah di bawa ia tinggal di lemari Jasmin untuk berjaga-jaga.

Tepat pukul sembilan pagi, Jasmin dan Syarif keluar dari dalam kamar dengan sebuah koper yang berukuran lumayan besar di tangan Syarif. Fatimah dan Ismail mengikuti langkah mereka sampai di depan rumahnya. 

" Ibu ...Jasmin pamit dulu ya bu, ibu harus jaga kesehatan. Jasmin pasti akan sering-sering jenguk ibu dan ayah " ucap Jasmin seraya menatap wajah ibunya, dan memeluk erat tubuh ibunya yang semakin menua.

" Iya nak, kamu jaga diri baik-baik ya " Jasmin hanya mengangguk menahan tangis.

" Ayah jaga ibu baik-baik " ucap Jasmin

" Tenang.. ayah akan selalu jaga kesehatan ibu " jawab Ismail memeluk putrinya.

" Syarif pamit yah..." ucap Syarif. Mencium punggung tangan  Fatimah dan Ismail bergantian begitupun dengan Jasmin.

" Hati-hati, jaga putri ayah satu-satunya " ucap Ismail menepuk bahu Syarif

" Pasti yah ... Assalamualaikum " ucap Syarif dan Jasmin

" Wa'alaikumus salam " Ismail memeluk istrinya yang sekarang dilanda rasa sedih. Dua orangtua kini menyaksikan kepergian putrinya untuk mengikuti langkah suaminya. Disaat mobil yang dikendarai Syarif hilang dari pandangan mereka, Ismail mengajak istrinya untuk masuk ke dalam rumah.

" Nggak terasa putri kecil kita sudah dewasa ya yah " ucap Fatimah seraya mengusap pipinya yang basah, mereka kini duduk saling bersebelahan di ruang keluarga.

" Sabar sayang... Sebagai orangtua kita hanya bisa mendoakan agar rumah tangga mereka terjalin baik." jawab Ismail menenangkan hati istrinya

" Iya... aamiin yah " 

Di dalam mobil Jasmin terus menangisi perpisahannya dengan kedua orangtuanya, terlebih bayangan kehilangan seorang ibu ada di benak dia, entah kenapa perasaan itu tidak bisa ia tepis begitu saja. Jasmin terus mengambil tisu untuk menyeka air matanya yang mengalir terus menerus. Syarif yang melihat Jasmin menangis pun tak tega, ia menepikan mobilnya.

" Sudah jangan sedih lagi yah, " Syarif mengambil tisu untuk menyeka pipi Jasmin yang basah. Namun ucapan Syarif membuat Jasmin semakin sedih dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. 

" Hussssstttt sayang " Syarif membawa tubuh Jasmin kedalam pelukannya.

" Ada..  Ada hal yang... belum bisa Jasmin Kat..katakan mas " ucapan Jasmin dengan isakan.

" Iya mas nggak memaksamu untuk mengatakannya sekarang dek " Syarif melepaskan pelukannya dan kembali menatap wajah istrinya.

" Jika itu hal buruk, berdoalah meminta kepada Allah agar semua tidak terjadi sayang " kedua tangan Syarif meraba pipi Jasmin, Jasmin mengangguk. Perlahan Syarif mendekatkan wajahnya, Jasmin yang mendapat perlakuan itupun memejamkan matanya dan disinilah kesempatan Syarif mengecup dua kelopak mata Jasmin bergantian.

" Jangan menangis lagi, nanti mas yang kena marah sama Ummi " tutur Syarif tersenyum

" Iya " jawab Jasmin singkat, Syarif pun melepaskan tangannya.

" Bismillah kita lanjutkan perjalanan lagi, semoga saja, jalanan nggak macet " ucap Syarif kembali melajukan mobilnya.

" Aamiin " sahut Jasmin berusaha tersenyum, Syarif menyelipkan jari jemarinya di tangan Jasmin. Sesekali Syarif mencium tangan istrinya yang lembut dan lentik.

" Ternyata Mas Syarif orangnya romantis dan pengertian " batin Jasmin sekilas melihat wajah suaminya yang fokus ke jalan.

" Kenapa dek ?" tanya Syarif yang sadar Jasmin melihat ke arahnya.

" Boleh bertanya mas ?" Jasmin ingin sekali mengetahui privasi seseorang yang kini sudah menjadi suaminya.

" Boleh, tanya semaunya dan sepuasnya karena gratis " jawab Ismail tersenyum

" Apakah Mas Syarif pernah punya pacar ?" tanya Jasmin

" Emm nggak pernah," jawab Syarif

" Nggak pernah lebih dari satu hehehe " imbuh Syarif tersenyum

" Iiiihhh orang nanya serius " reflek Jasmin memukul lengan suaminya.

" Menurut mu... apa mukaku ada nampak playboy ?" tanya Syarif sesekali fokus dengan jalan

" Emm nggak tahu, Mas Syarif kan tampan siapa tahu punya simpanan " jawab Jasmin tersenyum.

"  Emang mas tampan ?" tanya Syarif

" Emmm " jawab Jasmin seraya menganggukkan kepala.

" Nggak ada niat untuk punya simpanan dek " jawab Syarif seraya mencubit pipi Jasmin.

" Sakit mas " keluhnya seraya mengelus pipinya yang perih, Syarif hanya tersenyum. Dalam hatinya ia berhasil membuat Jasmin lupa akan kesedihannya.

 Lamanya perjalanan menuju rumah mertua, membuat Jasmin terlelap saat memandangi jalan. 

" Masya Allah... pulasnya " gumam Syarif terlihat jelas senyum yang mengembang di wajahnya. Syarif tidak menyangka Allah akan mendekatkan dirinya dengan Jasmin secepat ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status