Usai berwudhu mereka duduk di atas sajadah berhadapan. Jasmin tidak mengenakan mukena ia menggunakan jilbab syar'i yang berwarna hitam. Syarif mulai membacakan ayat pertama di juz tiga puluh, setelah syarif ... Jasmin membaca ayat dua. Begitupun selanjutnya mereka menghafalkan bergantian. Hingga suara adzan Ashar berkumandang, menyadarkan mereka untuk melaksanakan salat berjamaah di kamarnya.
Usai salat Syarif kembali mengecek laporannya yang belum selesai, kali ini Syarif memilih tempat duduk di luar kamar dengan sebotol minuman jus jeruk yang baru saja ia ambil dari lemari pendingin yang ada di dalam kamarnya. Syarif meletakkan minumannya di samping laptop, sedangkan Jasmin memutuskan untuk mandi karena siang ini cuacanya begitu panas. Jasmin pun tidak lupa membawa baju gamis untuk ganti di dalam kamar mandi.
Lima belas menit sudah waktu berlalu, Jasmin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di kepalanya. Syarif yang menyadari istrinya usai mandi pu
Selepas salat Maghrib sepasang pengantin baru kini keluar dari kamarnya, mereka menuruni anak tangga dengan tangan Jasmin yang bergelayut di tangan suaminya. Dari jarak yang lumayan jauh Jasmin dan Syarif samar-samar mendengarkan percakapan di ibu Ummi dan Abi nya." Bii ... kok Syarif nggak ngajakin istrinya makan ya ?" tanyanya sembari menyiapkan sayur matang ke dalam piring." Mungkin lagi bikin cucu buat kita miii... Kaya nggak pernah muda saja " jawabnya tanpa mereka tahu orang yang sedang di bicarakan sekarang ada di belakang mereka. Jasmin dan Syarif saling melemparkan senyuman, meski di hati Jasmin malu mengingat kejadian sore ini." Ummi lupa rasanya muda seperti... " ucapannya tidak dilanjutkan karena melihat kedatangan Jasmin dan Syarif." Ehh mantu Ummi duduk nak, yuk makan" ajak Ayesha." Maaf ya mi, Jasmin nggak bantuin Ummi masak " ucapnya seraya duduk di kursi yang telah ditarik oleh suaminya." Nggak apa-apa nak, pasti gara-
Suara ayat suci Al-Quran menggema di ruangan dimana Fatimah di baringkan, Jasmin pun turut mendoakan ibunya meski harus terus menyeka air matanya. Syarif sebagai menantu, ia pun ikut serta mengurus pemakaman Fatimah yang akan di makamkan selepas salat Dzuhur.Pukul satu siang, semua sudah siap mengantarkan Fatimah ke peristirahatan terakhir. Jasmin berjalan dengan Hana sahabatnya yang ada disisinya. Sedangkan Syarif ia ikut menggotong keranda jenazah. Jarak pemakaman dengan rumah tidaklah jauh, seperti halnya di perkampungan banyak dari kalangan tetangga serta ibu-ibu pengajian yang turut mengantarkan Fatimah.Sesampainya di pemakaman Syarif turun ke liang lahat bersama Ismail. Tubuh Jasmin tak lagi mampu menopang kesedihannya saat ismail mendoakan jenazah istrinya dengan suara parau.Prosesi pemakaman pun berjalan lancar dengan suasana matahari yang tak begitu terik. Semua orang yang berziarah kini sudah meninggalkan pemakaman. Sekarang hanya tinggal Syarif, Ja
Kedua bola mata Jasmin terpaku saat melihat tasbih ibunya yang bertaburan di atas tempat tidur dimana ibunya saat itu memeluk Al-Qur'an dan memegang tasbih tersebut untuk terakhir kalinya." Sesakit itukah bu, kedua malaikat mencabut nyawa ibu. Sampai-sampai tasbih ibu bertaburan " batin Jasmin, tangannya kembali memunguti butiran tasbih yang berhamburan. Butir demi butir Jasmin kumpulkan dan ia merangkainya kembali agar bisa ia gunakan untuk berdzikir." Dek apakah sudah selesai ?" tanya Syarif yang baru saja datang untuk melihat istrinya yang berada di dalam kamar ibunya." Sebentar lagi mas " jawab Jasmin tanpa melihat wajah suaminya, tangannya merapihkan tempat tidur yang masih terlihat bersih dan rapih. Setelah membereskan tempat tidur orangtuanya, Jasmin keluar dari kamar dengan di bantu Syarif membawa koper kecil yang berisi pakaian dan tangan Jasmin membawa Al-Qur'an serta tasbih yang berhasil ia susun kembali. Saat akan keluar dari kamar ibunya, pandang
Syarif masuk kedalam rumah bersama Jasmin disisinya." Assalamualaikum ... Bi Sumi ..." panggil Syarif, Bi Sumi datang dari arah dapur dengan lap di bahunya." Eehhh Wa'alaikum salam... Mas Syarif ...ini pasti istrinya ya " tebak Bi Sumi dengan ramah," Iya bi.. Saya Jasmin " Jasmin mencium tangan Bi Sumi yang sudah terlihat keriput," Bi nanti tolong ambilkan pisang di mobil saya ya " perintah Syarif" Siap mas " jawabnya" Ya sudah bi, saya ke kamar dulu " pamit Syarif, Jasmin mengangguk dan tersenyum di balik cadarnya. Syarif membawa Jasmin melihat kamar yang akan ia tempati bersamanya. Sesampainya di depan pintu Syarif, tangan Syarif memegang handel pintu. Perlahan terlihat ruangan yang sangat gelap." Mas ...kok gelap " Jasmin memandangi wajah suaminya." Yuk masuk " Syarif menggandeng tangan Jasmin dan membawanya masuk ke dalam ruangan yang terlihat sangat gelap dan menutup pintunya. Tangan Syarif mulai menekan sakl
Usai shalat tarawih Jasmin menyiapkan semua kebutuhan suaminya yang akan digunakan saat diluar kota nanti, termasuk pakaian." Mas Syarif mau pergi berapa hari ?" tanya Jasmin tanpa melihat suaminya, tangannya sibuk memilih pakaian kerja yang akan ia kemas kedalam koper milik Syarif. Syarif yang tengah duduk di atas ranjang, sesekali melihat istrinya." Paling dua Minggu, " jawabnya tangannya masih sibuk dengan ponsel." Hah " Jasmin terkejut karena waktu dua Minggu menurut Jasmin, waktu yang cukup lama. Jasmin menoleh ke arah suaminya." Kenapa ? " tanya Syarif, Jasmin pun menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil. Jasmin kembali menata baju suaminya dengan rapi dan mengecek kembali apa yang sudah di masukkan ke dalam koper. Serasa sudah lengkap Jasmin menutup kopernya. Beberapa kali Jasmin harus menghela nafas panjangnya, ia merasa bulan ramadhan kali ini sangat kesepian dan terlebih jauh dari orangtuanya." Terimakasih... Yuk tidur
Jasmin masuki rumah setelah mobil yang di tumpangi suaminya hilang dari pandangannya. Saat Jasmin berjalan menuju kamarnya ia berpapasan dengan Bi Sumi." Mba Jasmin, sehat ?" tanya Bi Sumi merasa ada yang berubah dari wajah Jasmin," Emm nggak bi, bibi lagi sibuk ?" tanya Jasmin" Nggak juga mba..." jawabnya tersenyum" Boleh Jasmin bertanya tentang Mas Syarif ke bibi ?" tanya Jasmin dengan wajah sedikit sendu." Boleh " jawabnya tersenyumJasmin memilih tempat duduk di taman, pagi ini taman dihiasi bunga-bunga mawar yang bermekaran. Mereka duduk bersebelahan," Bibi .. . selain saya, apakah ada wanita lain yang pernah bersama Mas Syarif ?" tanya Jasmin dengan hati sedikit ragu." Setahu saya, nggak ada mba " jawab Bi Sumi" Tapi... bibi juga nggak tahu diluar sana ya mba, soalnya Mas Syarif kan juga kuliah di luar negeri " imbuhnya." Tenang saja mba, Mas Syarif orang yang baik dan tahu agama. Pasti dia le
Pukul tiga sore Bi Sumi dan Jasmin berkutat di dapur untuk menyiapkan menu makan buka puasa, Bu Sumi selalu memuji Jasmin yang pintar dalam memasak berbagai menu. Mereka tidak sadar bahwa masakan yang kali ini mereka masak cukup untuk banyak orang. Setelah semuanya tersaji di atas meja, mereka baru sadar kalau Syarif tidak ada di rumah." Bi sepertinya kita masak terlalu banyak " tutur Jasmin, bola matanya melihat beberapa makanan di piring saji." Iya mba, sepertinya ini nggak akan habis untuk kita makan " jawabnya membenarkan perkataan Jasmin" Sekarang pukul empat lebih bi, bagaimana kalau kita bungkus untuk orang-orang di luar sana " otak Jasmin berfikir agar lauk pauk hasil masakannya tidak mubazir dan meminta persetujuan dari Bi Sumi." Iya itu bagus mba, tapi bagaimana kita akan baginya mba. Nggak ada supir " jelas Bi Sumi." Tenang bi, insya Allah Jasmin bisa kendarai mobil " jawabnya tersenyum.❤️❤️❤️Bi Sumi langsung bergega
Malam hari Jasmin terus terjaga, entah hatinya merasa tidak nyaman tidur sendiri di tempat tidur yang terbilang luas ini. Jasmin mencoba untuk keluar kamar mencari keberadaan Bi Sumi. Namun saat sampai di depan kamarnya, dari jendela kaca melihat Bi Sumi yang tengah tertidur pulas. Jasmin pun mengurungkan niatnya dan kembali ke kamarnya.Jasmin duduk di sisi tempat tidur suaminya yang biasa terlelap, tangan Jasmin mulai meraba bantal milik Syarif. Seulas senyuman terlihat dari wajahnya." Heeemmm baru satu malam Jasmin nggak melihat mas Syarif, rasanya kangen "" Apa jangan-jangan hati ini mulai ada rasa " tangan Jasmin meremas baju tepat di dadanya dan merebahkan badannya dimana suaminya tidur. Pikirnya selalu membayangkan wajah tampan suaminya hingga tak terasa ia pun terlelap." Kriiiing kriiiinngg " alarm ponsel berbunyi nyaring, kedua mata Jasmin masih enggan untuk membuka. Tangan Jasmin terus meraba-raba tempat tidur mencari gawai nya yang ter