KEHIDUPAN bahagia Bintang dan istri-istrinya dapat menjadi contoh bagi kita, bagaimana Bintang dapat membuat rukun istri-istrinya hidup dalam satu atap, salah satu penunjang semua itu adalah stamina yang kuat dan mampu memuaskan hasrat birahi istri-istrinya dan yang tak lebih penting adalah ukuran pilar pusakanya.
Pagi itu, setelah sarapan pagi, Bintang dan keluarganya tampak menikmatinya indahnya taman belakang rumah mereka yang sudah tumbuh subur bunga-bunga beraneka ragam macam warna. Kehidupan yang mungkin akan didambakan banyak orang,. Keluarga yang bahagia, memiliki istri-istri yang cantik jelita, kekayaan yang tak pernah habis, sungguh bagaikan sorga dunia.
Weesshhh !!!
Seorang prajurit dasar samudra yang berjaga dipintu depan tampak muncul didepan rumah kaca yang ada ditaman belakang rumah Bintang. Bintang yang melihat hal itu segera menghampirinya. Dan prajurit dasar samudra itu segera menjura hormat.
“Ada apa?”
“Diluar ada tamu yang
Perjalanan menuju ke kerajaan Antapura yang berada disebelah utara pulau Jawa cukup jauh, memerlukan waktu paling tidak 3 hari perjalanan bila menggunakan kuda. Di sepanjang perjalanan, Bintang baru tau kalau permaisuri gusti prabu Antapura adalah seorang putri bangsawan yang berasal dari Kerajaan Negeri Batuah. Banyak hal yang diceritakan oleh Datuk Rajo Bijayo yang merupakan masih saudara dekat dengan permaisuri gusti prabu. Akhirnya Bintang dan rombongan tiba juga di kerajaan Antapura, kedatangan mereka disambut langsung oleh Gusti Prabu Antapura dan permaisurinya. Tapi karena Bintang dan yang lainnya tiba saat hari sudah menjelang malam, maka Gusti Prabu Antapura mempersilahkan Bintang dan yang lain untuk beristirahat terlebih dulu. Besok baru akan dibicarakan lagi. -o0o- Pagi itu, suasana tiba-tiba berubah riuh dan ini cukup memancing perhatian Bintang untuk segera keluar dari kamarnya. Saat tiba di aula utama, disana sudah ada Cak
“Mari.. Mari silahkan duduk gusti prabu, senopati” ucap Gusti Prabu Antapura mempersilahkan Bintang, Cakra dan Buana untuk duduk. “Dia adalah putri bungsuku, Aurelie” ucap Gusti Prabu Antapura lagi setelah menenangkan dirinya. “Dia baru saja sampai pagi ini disini.” sambung Gusti Prabu Antapura lagi. “Jadi gusti prabu memiliki dua putri rupanya” ucap Bintang lagi. “Benar gusti prabu... tapi sejak kecil Aurelie sudah dititipkan di kerajaan Negeri Batuah sejak kecil. Berkunjung kemari paling setahun sekali. Dan hari ini tepat disaat kunjungannya, kejadian ini terjadi..” ucap Gusti Prabu Antapura menarik nafas panjang. “Bersabar dan tenanglah gusti. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya” ucap Bintang lagi mencoba menenangkan Gusti Prabu Antapura. “Sekarang coba gusti prabu ceritakan, apa sebenarnya terjadi pada Putri Aurellya?” ucap Bintang akhirnya setelah melihat Gusti Prabu Antapura tenang. Gusti Prabu Antapura terlihat menarik nafa
PULAU BANGKAI adalah sebuah pulau terpencil yang ada ditengah-tengah lautan, yang dikelilingi oleh aliran-aliran sungai disepanjang alur pulau tersebut, dikatakan terpencil karena dalam jarak belasan km, tidak ada satupun pulau yang ada didekatnya. Konon Pulau Bangkai tidak berpenghuni, hal ini dikarenakan bau yang menyengat yang keluar dari pulau tersebut, makanya tidak ada seorangpun nelayan atau pelaut yang berani singgah ke pulau itu, hal ini tentunya karena bau yang menyengat yang keluar dari pulau tersebut. Itulah kenapa pulau itu dinamakan Pulau Bangkai. Tak ada yang tau sejarah tentang pulau itu, bahkan menurut sebagian nelayan, Pulau Bangkai dulunya tidak ada dan muncul secara tiba-tiba saja dari dasar laut setelah terjadi sebuah gempa yang sangat dahsyat. Apakah penyebab bau menyengat tersebut, penyebabnya tak lain karena hewan-hewan yang ada di Pulau tersebut yang mati setelah menyantap tumbuh-tumbuhan yang ada di Pulau tersebut yang ter
Putri Aurellya segera memperhatikan keadaan disekitarnya dan wajah Putri Aurellya langsung berubah pucat melihatnya, puluhan kerangka dan tengkorak manusia tersebar dimana-mana, ditambah lagi pemandangan mengenaskan dari potongan-potongan tubuh yang masih mengucurkan darah kelantai, bulu kuduk Putri Aurellya meremang, bergidik dan wajahnya pucat. Putri Aurellya terlihat menggerak-gerakkan hidungnya yang bangir mancung, Putri Aurellya merasa heran dengan keadaan menggenaskan ditempat itu, tidak tercium bau yang seharusnya menyengat, tapi Putri Aurellya tetap merasakan bergidik ngeri melihat pemandangan menyeramkan yang ada dihadapannya. “Sudah sadar rupanya tuan putri” sebuah suara berat terdengar mengejutkan Putri Aurellya. Seorang laki-laki tua mengenakan jubah hitam dari ujung kaki hingga kepala terlihat mendekatinya, dan semakin dekat semakin berubah wajah Putri Aurellya melihatnya. Walau tertutupi jubah terlihat kepalanya plontos, ada bekas luka diwajahnya, tapi
“Gusti prabu, dimana letak Pulau Bangkai?” tanya Bintang lagi. “Gusti prabu ingin pergi sendiri, sebaiknya gusti prabu bawa semua senopati Antapura untuk menemani gusti prabu” ucap gusti prabu Antapura lagi. “Tidak gusti prabu, semakin sedikit yang ikut itu semakin baik, agar tidak banyak orang yang akan menjadi korban” ucap Bintang. “Biar hamba berangkat bersama kedua senopati hamba, Cakra dan Buana” sambung Bintang lagi. Gusti prabu Antapura terlihat terdiam sejenak, lalu memandang kearah permaisurinya. “Kami tidak tau lagi bagaimana harus mengucapkan terima kasih kepada gusti prabu” ucap gusti prabu Antapura “Terima kasihnya nanti saja gusti prabu, kalau aku sudah berhasil membawa pulang putri Aurellya dengan selamat” ucap Bintang tersenyum. “Senopati hamba akan membawa gusti prabu ke pelabuhan, lalu akan menunjukkan jalan menuju Pulau Bangkai” ucap gusti prabu Antapura lagi. Bintang tampak mengangguk manta
“Hyyaattt!” Putri Aurelie menyerang Bintang dengan jurus cakar harimau singgalangnya. Tapi Putri Aurelie salah jika menduga lawannya dengan mudah ditundukkan, wajah Putri Aurelie berubah saat melihat serangan andalannya dapat dihindari dengan mudah oleh lawannya. Bintang sendiri dengan tenang, dengan meletakkan kedua tangannya dibelakang pinggangnya, bergerak lincah menghindari serangan Putri Aurelie yang mengincar bagian-bagian vital ditubuhnya. Sementara itu pemuda tampan yang selalu bersama Putri Aurelie tampak terus memperhatikan jalannya pertarungan. Jurus demi jurus dilewati, sosok Putri Aurelie terlihat sudah mandi keringat, sementara lawannya masih biasa-biasa saja, tanpa menggunakan kedua tangannya Bintang mampu menghindari setiap serangan Putri Aurelie. Dan kelana pemabuklah yang telah membuat Putri Aurelie merasakan tenaganya dengan cepat habis. Semua kejadian dipelabuhan tersebut menjadi tontongan masyarakat yang ada dipelabuhan tersebut
“Ini peta menuju Pulau Bangkai, gusti prabu” ucap senopati yang satunya lagi seraya menyerahkan sebuah gulungan kulit kambing yang berisi peta yang kini dibuka oleh Bintang dan menatap peta ditangannya. “Hhmm.. tidak jauh, tapi tidak juga dekat” batin Bintang lagi melihat peta tersebut. “Baiklah datuk, senopati, kami berangkat” ucap Bintang lagi. “Hati-hati gusti prabu” ucap Datuk Rajo Bijayo lagi. Bintang tampak hanya mengangguk, lalu naik ke kapal bersama Cakra dan Buana yang terlihat begitu gembira naik ke kapal tersebut. Dengan diiringi tatapan Datuk Rajo Bijayo, kapal Bintang mulai berjalan jauh ketengah lautan. -o0o- MALAM semakin larut, ditambah lagi gumpalan awan hitam bergerombol menutupi langit hingga menutupi sang bulan dan Bintang-bintang yang satupun tak terlihat malam itu. Dua sosok tampak berjalan mengendap-ngendap malam itu, seakan-akan tak ingin diketahui oleh orang-orang
Malam akhirnya tiba, Putri Aurelie dan Rajo Mudo Basa akhirnya memutuskan untuk menginap dihutan malam itu, setelah mendapatkan sebuah tempat yang cukup tersembunyi, keduanya bermalam. Suasana malam yang dingin, membuat perut dengan cepat keroncongan, dan ini pula yang terjadi pada Putri Aurelie dan Rajo Mudo Basa. Keduanya menyesal karena pergi tidak membawa bekal. “Adiak tunggu disini, jangan kemana-mana, uda mau mencari makan malam untuk kita” ucap Rajo Mudo Basa lagi. “Jangan lama-lama uda, Aurelie takut” ucap Putri Aurelie lagi. Rajo Mudo Basa mengangguk cepat dan segera berkelebat pergi dari tempat itu. Meninggalkan Putri Aurelie yang memang takut karena tak terbiasa bermalam di hutan. Sesekali Putri Aurelie terlihat memainkan api unggun kecil yang ada dihadapannya, sengaja membuat api unggun kecil untuk tidak memancing perhatian. Cukup lama juga Rajo Mudo Basa pergi, dan belum kembali, ini membuat Putri Aurelie gelisah sendiri d