PULAU BANGKAI adalah sebuah pulau terpencil yang ada ditengah-tengah lautan, yang dikelilingi oleh aliran-aliran sungai disepanjang alur pulau tersebut, dikatakan terpencil karena dalam jarak belasan km, tidak ada satupun pulau yang ada didekatnya. Konon Pulau Bangkai tidak berpenghuni, hal ini dikarenakan bau yang menyengat yang keluar dari pulau tersebut, makanya tidak ada seorangpun nelayan atau pelaut yang berani singgah ke pulau itu, hal ini tentunya karena bau yang menyengat yang keluar dari pulau tersebut. Itulah kenapa pulau itu dinamakan Pulau Bangkai. Tak ada yang tau sejarah tentang pulau itu, bahkan menurut sebagian nelayan, Pulau Bangkai dulunya tidak ada dan muncul secara tiba-tiba saja dari dasar laut setelah terjadi sebuah gempa yang sangat dahsyat.
Apakah penyebab bau menyengat tersebut, penyebabnya tak lain karena hewan-hewan yang ada di Pulau tersebut yang mati setelah menyantap tumbuh-tumbuhan yang ada di Pulau tersebut yang ter
Putri Aurellya segera memperhatikan keadaan disekitarnya dan wajah Putri Aurellya langsung berubah pucat melihatnya, puluhan kerangka dan tengkorak manusia tersebar dimana-mana, ditambah lagi pemandangan mengenaskan dari potongan-potongan tubuh yang masih mengucurkan darah kelantai, bulu kuduk Putri Aurellya meremang, bergidik dan wajahnya pucat. Putri Aurellya terlihat menggerak-gerakkan hidungnya yang bangir mancung, Putri Aurellya merasa heran dengan keadaan menggenaskan ditempat itu, tidak tercium bau yang seharusnya menyengat, tapi Putri Aurellya tetap merasakan bergidik ngeri melihat pemandangan menyeramkan yang ada dihadapannya. “Sudah sadar rupanya tuan putri” sebuah suara berat terdengar mengejutkan Putri Aurellya. Seorang laki-laki tua mengenakan jubah hitam dari ujung kaki hingga kepala terlihat mendekatinya, dan semakin dekat semakin berubah wajah Putri Aurellya melihatnya. Walau tertutupi jubah terlihat kepalanya plontos, ada bekas luka diwajahnya, tapi
“Gusti prabu, dimana letak Pulau Bangkai?” tanya Bintang lagi. “Gusti prabu ingin pergi sendiri, sebaiknya gusti prabu bawa semua senopati Antapura untuk menemani gusti prabu” ucap gusti prabu Antapura lagi. “Tidak gusti prabu, semakin sedikit yang ikut itu semakin baik, agar tidak banyak orang yang akan menjadi korban” ucap Bintang. “Biar hamba berangkat bersama kedua senopati hamba, Cakra dan Buana” sambung Bintang lagi. Gusti prabu Antapura terlihat terdiam sejenak, lalu memandang kearah permaisurinya. “Kami tidak tau lagi bagaimana harus mengucapkan terima kasih kepada gusti prabu” ucap gusti prabu Antapura “Terima kasihnya nanti saja gusti prabu, kalau aku sudah berhasil membawa pulang putri Aurellya dengan selamat” ucap Bintang tersenyum. “Senopati hamba akan membawa gusti prabu ke pelabuhan, lalu akan menunjukkan jalan menuju Pulau Bangkai” ucap gusti prabu Antapura lagi. Bintang tampak mengangguk manta
“Hyyaattt!” Putri Aurelie menyerang Bintang dengan jurus cakar harimau singgalangnya. Tapi Putri Aurelie salah jika menduga lawannya dengan mudah ditundukkan, wajah Putri Aurelie berubah saat melihat serangan andalannya dapat dihindari dengan mudah oleh lawannya. Bintang sendiri dengan tenang, dengan meletakkan kedua tangannya dibelakang pinggangnya, bergerak lincah menghindari serangan Putri Aurelie yang mengincar bagian-bagian vital ditubuhnya. Sementara itu pemuda tampan yang selalu bersama Putri Aurelie tampak terus memperhatikan jalannya pertarungan. Jurus demi jurus dilewati, sosok Putri Aurelie terlihat sudah mandi keringat, sementara lawannya masih biasa-biasa saja, tanpa menggunakan kedua tangannya Bintang mampu menghindari setiap serangan Putri Aurelie. Dan kelana pemabuklah yang telah membuat Putri Aurelie merasakan tenaganya dengan cepat habis. Semua kejadian dipelabuhan tersebut menjadi tontongan masyarakat yang ada dipelabuhan tersebut
“Ini peta menuju Pulau Bangkai, gusti prabu” ucap senopati yang satunya lagi seraya menyerahkan sebuah gulungan kulit kambing yang berisi peta yang kini dibuka oleh Bintang dan menatap peta ditangannya. “Hhmm.. tidak jauh, tapi tidak juga dekat” batin Bintang lagi melihat peta tersebut. “Baiklah datuk, senopati, kami berangkat” ucap Bintang lagi. “Hati-hati gusti prabu” ucap Datuk Rajo Bijayo lagi. Bintang tampak hanya mengangguk, lalu naik ke kapal bersama Cakra dan Buana yang terlihat begitu gembira naik ke kapal tersebut. Dengan diiringi tatapan Datuk Rajo Bijayo, kapal Bintang mulai berjalan jauh ketengah lautan. -o0o- MALAM semakin larut, ditambah lagi gumpalan awan hitam bergerombol menutupi langit hingga menutupi sang bulan dan Bintang-bintang yang satupun tak terlihat malam itu. Dua sosok tampak berjalan mengendap-ngendap malam itu, seakan-akan tak ingin diketahui oleh orang-orang
Malam akhirnya tiba, Putri Aurelie dan Rajo Mudo Basa akhirnya memutuskan untuk menginap dihutan malam itu, setelah mendapatkan sebuah tempat yang cukup tersembunyi, keduanya bermalam. Suasana malam yang dingin, membuat perut dengan cepat keroncongan, dan ini pula yang terjadi pada Putri Aurelie dan Rajo Mudo Basa. Keduanya menyesal karena pergi tidak membawa bekal. “Adiak tunggu disini, jangan kemana-mana, uda mau mencari makan malam untuk kita” ucap Rajo Mudo Basa lagi. “Jangan lama-lama uda, Aurelie takut” ucap Putri Aurelie lagi. Rajo Mudo Basa mengangguk cepat dan segera berkelebat pergi dari tempat itu. Meninggalkan Putri Aurelie yang memang takut karena tak terbiasa bermalam di hutan. Sesekali Putri Aurelie terlihat memainkan api unggun kecil yang ada dihadapannya, sengaja membuat api unggun kecil untuk tidak memancing perhatian. Cukup lama juga Rajo Mudo Basa pergi, dan belum kembali, ini membuat Putri Aurelie gelisah sendiri d
Lalu terlihat ke-6 lelaki ini menatap kearah Putri Aurelie dengan tatapan penuh nafsu. “Lepaskan aku! kalian akan dibunuh kalau kekasihku tau hal ini” ucap Putri Aurelie lagi berteriak dengan keras. “Kekasihmu kau bilang. Ha ha ha...! kekasihmu sudah ditangkap dan dibawa oleh teman-teman kami ke tuan Iblis Bangkai. Nyawanya paling bertahan sampai malam ini” ucap salah seorang lelaki berwajah sangar itu lagi hingga mengejutkan Putri Aurelie sendiri. “Tidak mungkin, uda tak mungkin tertangkap” ucap Putri Aurelie seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Tidak ada yang pernah lolos setelah memasuki Pulau Bangkai ini.” ucap salah seorang lelaki sangar itu lagi. “Dan kau sungguh berani datang kemari. Kau pasti pendekar yang ingin mengikuti sayembara untuk melepaskan Putri Aurellya itukan? kau akan menyesal karena telah berani datang ke Pulau Bangkai ini” ucap lelaki sangar itu lagi, hingga membuat Putri Aurelie semakin pucat pasi.
Putri Aurelie semakin memejamkan kedua matanya erat-erat, digigitnya bibirnya hingga berdarah, kalau saja Putri Aurelie memiliki keberanian untuk menggigit lidahnya sendiri, mungkin saat ini sudah dilakukannya, tapi apa daya, dia tak memiliki keberanian untuk membunuh dirinya sendiri dengan cara menggigit lidahnya. Suasana tiba-tiba saja hening, Putri Aurelie sendiri merasa heran, karena tak merasakan apapun ditubuhnya, padahal terakhir dilihatnya, lelaki bertampang sangar itu sudah siap menindih tubuhnya, tapi kali ini suasana ditempat itu tiba-tiba saja berubah sunyi, padahal tadi masih dipenuhi dengan gelak tawa. Cukup lama Putri Aurelie membiarkan keadaan hening itu, ditunggu, tetap tak ada yang terjadi, hingga Putri Aurelie terkejut saat merasakan ada sebuah kain yang menutupi tubuhnya, lalu ada tangan yang terasa melepaskan ikatan kedua tangannya. Putri Aurelie dengan cepat membuka kedua matanya. “Kau!” betapa terkejutnya Putri Aurelie saat melihat seor
“Apa kita tidak membantu mereka, uda gusti?” tanya Putri Aurelie lagi.“Tidak perlu. Kedua senopatiku itu mampu untuk mengalahkan lawan-lawannya” ucap lelaki muda itu tanpa menoleh.“Oh ya putri, jangan panggil hamba dengan panggilan uda, ambo bukan orang Minang” ucap lelaki muda itu seraya menoleh tersenyum, Putri Aurelie ikut tersenyum bahkan hampir saja tertawa karena lucu mendengar ucapan lelaki muda tersebut. Lucunya sampai membuat Putri Aurelie melupakan kejadian tragis yang hampir saja menimpanya, sangking lucunya sampai-sampai Putri Aurelie harus menutup mulutnya dengan tangannya untuk menahan tawanya.Lelaki muda yang tak lain adalah Bintang tampak menoleh sebentar kearah Putri Aurelie yang terlihat menahan tawanya dan ikut tersenyum kearah Putri Aurelie hingga membuat Putri Aurelie menjadi malu sendiri. Lalu keduanya kembali memperhatikan jalannya pertarungan yang terjadi.Kedua senopati yang dimaksud Bintang