“Hei, Joe! Kenapa kamu diam saja, benar apa yang saya katakan tadi, ‘kan!” bentak Michael.
“Pemulung? Oh, maksud anda, Nona Angel?” tanya Joe. “Untuk apa kamu memanggilnya Nona? Sudah lah, saya sudah tahu semuanya! Dia itu tidak lebih dari seorang pemulung yang hidupnya bergantung dengan Nyonya Karin! Dasar penipu!”Joe mencoba mencerna perkataannya. ‘Awalnya mereka akur, tapi …, mengapa tiba-tiba menjadi seperti ini, ya? Nona Angel menghubungiku tadi dengan nada bicaranya yang pelan dan tersengguk-sengguk. Apa yang sebenarnya terjadi, ya?’ batin Joe.
Dia terlihat diam sambil mengelus-elus dagunya dan sesekali menatap kearah Michael. Dia masih sangat bingung harus menjawab apa. Kalau sekiranya jawabannya salah, Angel pasti marah padanya.
“Hmm, maaf sebelumnya, Tuan. Kalau saya boleh tahu, apa yang sudah terjadi pada anda dan Nona Ang
“Hehe, saya juga tidak tahu, Nyonya … tiba-tiba, Nona Angel menghubungi saya dengan nada bicaranya tersendat-sendat seperti orang yang tengah menangis terseduh-seduh. Dia meminta saya untuk menghancurkan bangunan ini dan membatalkan kontrak kerja samanya,” ucap Joe sambil menunjuk kearah bangunan yang sudah hancur itu. “Angel menangis? Kenapa, Joe?” tanya Nyonya Karin. “Saya juga tidak tahu, mengapa beliau bisa menangis sesedih …,” “Saya membentaknya. Awalnya, saya memintanya untuk menjelaskan mengenai perkataan dari si pemilik restoran itu yang mengatakan, kalau Nona Angel hanyalah seorang pemulung yang hidupnya bergantung pada anda, Nyonya. Akan tetapi, beliau tidak menjawab pertanyaan saya dan memilih untuk meminta saya untuk mengantarkannya pulang. Saya tidak mau dan malah menghinanya. Seketika, air matanya menetes, dan dia pun berlari keluar restoran,” potong M
Plak!Angel berdiri dan seketika mendaratkan sebuah tamparan yang sangat keras ke pipi kirinya Samuel. Lalu, dia kembali diam dengan tatapan mata yang sangat tajam dan nafasnya yang terengah-engah mengarah ke Samuel, seperti ada yang sedang merasukinya. Melihat itu, Fanny langsung menghampiri Angel, lalu menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil berkata, “Hei, sadar kamu, Ngel! Hei, itu Samuel, lho! Woi!”. Plak!Dengan kesalnya, Chelsea berjalan menghampiri Angel, lalu memutarkan tubuh Angel menghadap kearahnya dan langsung mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi kirinya. “Kamu gila, ya? Sadar kamu, woi! Apa yang mengganggu pikiranmu sampai-sampai kamu seperti orang yang sedang kerasukan seperti ini?” bentak Chelsea. “Hah? Eh, Chelsea? Fanny? Cassey? Sejak kapan kalian berada disini, dan … kenapa kalian terlihat marah?”Seketika Angel tersadar setelah terkena tampar
“Huh, akhirnya selesai juga brosurnya. Hmm, bapak itu bilang kalau … tempat yang cocok untuk menyebar brosur ini adalah, tempat yang tidak terlalu jauh dari tokoku. Lalu, mintalah bantuan teman. Hmm …, tapi siapa yang bisa ku mintai tolong, ya? Secara ‘kan, aku hanya punya Max.”Saat di perjalanan, Hans terlihat sangat bahagia melihat setumpukan brosur tokonya yang telah selesai dicetak. Sembari mengemudi, dia sesekali melihat kearah brosur-brosur itu. dia sangat senang dan tidak sabar untuk membuat tokonya kembali ramai seperti dulu, saat ayahnya masih hidup dan menjalankan toko itu. Namun, tiba-tiba dia bingung setelah teringat kembali tentang perkataan dari si pria tadi yang menyuruhnya untuk meminta bantuan teman-teman untuk menyebar brosur itu. Secara, dia hanya memiliki satu orang teman yang tak lain adalah Max.Berhubung dia masih awam di bidang promosi, jadi dia harus berpikir keras. Ditambah lagi, dia hanya memiliki satu orang t
“Ma, aku laper, nih …,” kata Rachel, duduk di sebuah batu yang sedikit besar di sebelah kedua kaki Nyonya Karin. “Sebentar, ya, Sayang … kita tunggu Kak Angel dulu. Sebentar lagi kita makan, kok,” sahut Nyonya Karin, mengernyitkan kening dan tersenyum sambil mengelus-elus rambutnya.Mendengar itu, Joe yang tengah berusaha menghubungi Angel, seketika langsung menoleh kearah Rachel. Dia berjalan menghampiri Nyonya Karin, dan berkata, “Nyonya, hmm …, begini saja. Disana, ada sebuah restoran. Anda makan dulu saja bersama Rachel. Nanti, saya akan terus mencoba menghubungi Nona Angel dan secepatnya menyusul anda kesana.”Tiba-tiba, Nyonya Karin menarik tangannya Joe dan membawanya menjauh dari Rachel dan Michael yang tengah duduk termenung di bagian depan mobilnya. “Begini, Joe, hehe … duh, saya malu untuk mengatakannya. Saya …,”
Vroom-vroom …Beberapa saat setelah Angel berpamitan pada Hans dan berangkat pergi, tibalah dia bersama dengan Samuel menggunakan mobil SUV hitam miliknya. “Disini, Ngel?” tanya Samuel sambil menatap kearah Angel, dan sesekali melihat kearah restoran yang baru saja mereka datangi itu. “Iya, Sam, disana sudah terparkir mobil Joe. Sudah pasti restoran ini yang dimaksud olehnya. Lagian, restoran di dekat lokasi pembangunan hanya ada satu,” jawab Angel sambil melepaskan sabuk pengamannya. Samuel hanya diam dan menganggukkan kepalanya saja. Kemudian, mereka berdua pun keluar dari mobil dan langsung berjalan masuk ke dalam restoran itu untuk mencari Joe, Nyonya Karin dan Rachel. Namun, “Nona, Angel!”Baru saja Angel dan Samuel sampai di depan pintu masuk restoran, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil nama Angel dari arah belakang. Suara yang suda
“William? Sejak kapan kamu berada disini?” tanya Chelsea, yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa keranjang plastik berisi pakaian bersih yang telah dikeluarkan dari mesin cuci. “Hmm, belum lama sih, Chel. Oh iya, Kak Angel mana, ya? Kok, saya tidak melihatnya dari tadi?” tanya balik William, duduk di sofa sambil melihat ke sekeliling. “Oh, tadi dia pergi bersama dengan Samuel. Dia tidak memberitahu kami, kemana dia akan pergi. Akan tetapi, sebelum dia pergi bersama dengan Samuel, dia sempat bertingkah aneh, Will,” jawab Chelsea. “Bertingkah aneh? Maksudnya bagaimana, Chel?” tanya William penasaran. “Iya, dia seperti orang yang sedang kerasukan, Will. Entah lah, mungkin dia sedang banyak pikiran, tapi …, dia sempat menampar Samuel dan memanggilnya dengan sebutan Michael. Coba kamu hubungi Joe. Siapa tahu, Angel dan Samuel pergi untuk menemu
Jam menunjukkan pukul delapan malam. Setelah menjelaskan kondisi Fannia, Dokter itu pun memberi izin pada Michael, ayahnya dan kedua orangtua Fannia, masuk ke ruangan untuk menjenguk Fannia karena telah mendapat kabar dari seorang perawat yang memantau perkembangan Fannia, mengatakan kalau Fannia telah sadarkan diri. Namun, tidak semuanya diperbolehkan untuk masuk ke ruangan. Hanya satu sampai dua orang secara bergantian.Keluarga Michael dan kedua orangtua Fannia berunding terlebih dahulu, siapa yang akan masuk lebih dulu. Lalu, setelah beberapa saat berunding, akhirnya mereka memutuskan untuk Michael dan ibunya Fannia, masuk ke dalam ruangan. “Hai, Fannia.” Michael menyapa Fannia, sambil berjalan mendekati Fannia yang tengah terbaring di atas tempat tidur.Tiba-tiba, ketika melihat Michael masuk ke dalam ruangan, Fannia langsung menutupi wajahnya menggunakan selimut. Dia sepertinya malu karena wajahnya penuh dengan jahitan, setelah ope
“Gila! Tiga pria sekaligus? Cantik sih cantik, kalau pun sekarang tak secantik dulu karena bekas luka, ‘kan bisa sembuh dan kembali normal seperti dulu. Lah, bagaimana dengan …, ah sudah lah itu.” Puk!Michael memukul setir mobilnya. Dia merasa kesal dan sangat kecewa dengan apa yang telah di dengarnya langsung dari mulut Fannia. Mendengar kalau wanita yang dijodohkan olehnya itu, ternyata adalah wanita jalang yang sudah dinikmati oleh tiga pria sekaligus tanpa sepengetahuannya. “Pantas saja, sejak awal dia terlihat seperti menghindar dan langsung menolak perjodohan itu. Ternyata itu lah alasannya. Hadeh … lebih baik tadi saya tidak datang kesini dan berkumpul saja dengan Angel. Yah, setidaknya dia lebih baik dari si Wanita Jalang itu! Wajahnya juga lebih cantik dan baik, dan yang paling penting, dia pintar dan …, sangat kaya, hahaha ….” Vroom-vroom …