Besok adalah perjalanaku ke Invit.
Di ingatan Akion, Ivnit adalah wilayah yang bagus. Akan tetapi, Count Ivnit adalah orang yang sangat menyebalkan. Itu hal yang paling membuatku malas untuk ke sana.
Akion itu patuh pada perintah, dia terlalu kaku akan hukum-hukum kekaisaran. Walaupun dia ingin menyerang pamannya, tidak akan dia lakukan jika dia tidak diserang terlebih dahulu atau atas dasar perintah kaisar. Pikirannya masih murni, takut rakyatnya kenapa-kenapa karena ulahnya.
Sehingga Akion sering kali menempatkan dirinya sendiri sebagai tameng.
Makanya, Akion membiarkan apa pun yang pamannya perbuat. Karena menganggap status Count lebih tinggi dari Baron.
Perjalanan ke Ivnit lebih lama dari pada saat kami ke Aurus, memakan waktu dua minggu. Aku harus melewati hutan kegelapan yang penuh monster dan melewati Gunung Berk yang sudah lama tidak diinjak oleh keturunan Sanktessy.
Sudah berapa ratus tahun Gunung Berk tidak didatangi oleh penerus Keluarga Sanktessy, padahal Gunung Berk termasuk pusaka Keluarga Sanktessy. Banyak cerita mengenai betapa luar biasanya Gunung Berk. Anehnya, gunung itu sekarang berubah menjadi sangat berbahaya.
Gunung Berk dan hutan kegelapan adalah duet maut dari Wilayah Sanktessy.Yang bahkan Keluarga Sanktessy saja takut dan tidak paham dengan kedua wilayah itu.
Berdua lagi dengan Levian. Dia sudah menjadi teman dekatku, yang kadang kebingungan dengan kelakuanku. Abang, ya, dia abangku. Seorang pria belum beristri yang sangat loyal dan berkemampuan tinggi.
Esoknya, saat aku keluar dari mansion, aku melihat Levian sedang memastikan kalau perbekalan kami terikat dengan baik.
Hayd berjanji akan menyelesaikan tugasnya dengan baik. Bahkan, penduduk desa lainnya saling membantu membenahi wilayah ini.
Wilayah terluas Santessy. Jika ini menjadi wilayah yang makmur, maka banyak orang yang terbantu.
Kunaiki kuda hitamku, Akion memberi namanya Aaron. Nama yang keren untuk kuda, tetapi jika kau melihat kuda ini, maka kau akan setuju dia bernama Aaron, dia gagah dan kuat. Tubuhnya dikelilingi oleh otot tebal perkasa.
Karena Akion memakainya pasti untuk hal yang mulia.
Aku melirik ke belakang dari atas bukit, masih terlihat Desa Aurus. Wajar saja, baru juga dua puluh lima menit kami berjalan.
Levian memacu kuda cokelatnya di samping kudaku. Kami berdua memacu dalam kecepatan tinggi lagi. Sehingga tudung jubah tidak berguna untuk menutupi kami. Angin kering yang menyentuh kulit membuat gerah yang luar biasa.
Kuda memasuki hutan kegelapan empat jam kemudian, suasana langsung berubah. Kau tidak bisa membedakan mana siang dan malam hari, hanya ada kegelapan dan suara-suara seperti berbisik yang cukup membuat orang merinding.
Hutan kegelapan bukan hanya karena hutan ini gelap dan penuh monster serta hal buruk lainnya. Namun, karena pohon-pohon di sini mempunyai batang yang berwana hitam pekat. Berbeda dengan batang pohon umumnya yang berwarna cokelat.
“Satu ....” Mungkin telah menjadi kebiasaanku, setiap kali aku membunuh monster, aku tanpa sadar menghitungnya.
Setelah itu, kami berhenti sebentar. Aku turun dari Aaron memperhatikan Ogre yang kubunuh barusan.
Levian berkeliling mencari Ogre lainnya.
“Tidak ada yang lainnya, Tuan Akion,"
Ini terlalu dekat dengan perbatasan.
“Kenapa Ogre ini bisa ke sini, ya?” Levian memperhatikan Ogre.
“Mungkin Ogre ini terpisah dari kawanannya.”
Menurut buku yang kubaca, Ogre itu bergerak dalam kawanan dan dipimpin oleh pemimpin yang saat kau melihatnya, pasti kau tahu yang mana pemimpinya.
“Untung saja kita yang menemukannya. Jika Ogre ini sampai ke desa, akan berbahaya.”
Levian mengangguk.
Faktanya, ada hukum tidak tertulis di hutan ini. Monster di sini tidak bisa melewati wilayah hutan kegelapan, mereka akan sangat menderita jika melanggarnya.
Namun, aku selalu menginginkan antisipasi atau bisa dibilang aku selalu menyiapkan lebih dari satu rencana. Di dunia ini tidak ada yang 100% tanpa celah.
Jadi aku mengambil kesimpulan, jika sialnya, Ogre ini bisa saja menyeberang dari wilayah kegelapan, maka akan sangat membahayakan.
Levian tahu itu, sebagai kesatriaku yang baru mengenalku satu bulan, dia cukup baik memperhatikanku. Mengetahui bahwa aku selalu mempunyai antisipasi tinggi.
“Tuan Akion, ada kemungkinan hal ini juga karena mendekati bulan biru,”
Tanpa sadar aku mengangguk.
Bulan biru adalah bulan yang sakral, dapat mempengaruhi monster maupun spirit. Bisa saja kebiasaan yang berbeda ini karena pengaruh bulan biru.
Padahal bulan biru kemungkinan akan muncul dua hari lagi dan aku serta Levian pasti akan masih berada di hutan ini.
“Kita bergerak lagi!”
Aku memberikan perintah pada Levian. Situasi di sini sudah dipastikan aman. Makin cepat kami berjalan, maka makin cepat kami sampai di Invit. Kemudian, empat bulan lagi aku harus berada di kekaisaran.
Artinya aku hanya punya sedikit waktu untuk menyelesaikan semua. Aku merasa kesal akan hal ini, di bumi ada pesawat yang bisa membawamu ke bagian bumi lainnya hanya dengan beberapa jam atau hari. Namun, di sini, tidak ada.
Tidak, ada hal yang lebih praktis di dunia ini dibandingkan dengan pesawat, yaitu portal sihir. Sayang sekali, Sanktessy tidak punya portal sihir karena sangat mahal, ataupun penyihir agung yang dapat menggunakan portal sihir sesuka hatinya.
Aku menggeleng.
Sedetik kemudian, aku berhenti. Udara berubah menjadi lebih dingin. Di Indonesia ada hutan yang bernama hutan hujan karena sering kali hujan dan kelembaban yang tinggi. Hutan kegelapan ini mempunyai kelembaban yang berbeda dengan hutan hujan itu. Lebih pekat dan membuat kulit merasa tegang.
“Ini hewan edemik di sini. Lihat, warna yang cantik, tapi ini mematikan.”
Lagi-lagi aku terbawa masa lalu. Mengingat ayahku yang mengajakku masuk ke hutan hanya untuk mencari katak langkah.
Hujan akhirnya turun seperti dugaanku, kami memutuskan untuk bermalam di goa yang kami temukan.
BERSAMBUNG•••¤
Levian menangkap kelinci monster sebelum aku terbangun, dia membuatnya menjadi sup dengan bahan seadanya.Cuaca dingin yang menusuk, memang yang terbaik adalah sup hangat.Dia memberikanku semangkuk penuh sup monster kelinci itu, anehnya aku memakan tanpa beban. Berbeda saat di bumi dahulu, kelinci biasa saja aku menolaknya untuk makan.Aku menyuap sesendok penuh daging monster kelinci itu, empuk dan berlemak, tetapi sedikit alot juga.“Masakan yang enak, Levian,”Bagiku ini adalah kali pertama aku mencoba masakan Levian.“Ini adalah masakan sederhana, Tuan Akion. Siapa pun bisa membuatnya." Dia tersipu, tetapi bersembunyi dengan membelakangiku.Sungguh pengikut yang pengertian. Kali ini, dia memasak dibandingkan memberiku roti lapis, pasti karena memikirkan udara yang sangat dingin.“Kau hanya merendah, Levian. Jika aku yang memasaknya, maka akan kupastikan itu gosong dengan sempurna.”Dia
“Siapa Tuan yang di sampingmu, Tuan Akion?”“Dia pengawal kepercayaanku,”“Jika begitu, tidak masalah jika aku menjelaskan di depannya juga, kah?”“Tentu."Levian, dia orang yang akan memilih mati daripada mengkhianatiku.Kami akhirnya duduk untuk menerima penjelasan panjang dari Tanka. Aku menyender pada pohon. Levian memilih untuk berdiri dan Tanka duduk di depanku yang terdapat batu besar.“Leluhur Anda, Caesar Naal Sanktessy meminta bantuan kepadaku,”Dia adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan berkarisma. Di bawah pimpinannya, Sanktessy sangat berjaya. Itulah yang kubaca dari buku.“Empat ratus tahun yang lalu, dia tahu bahwa hutan ini menyembunyikan sesuatu yang luar biasa dan bahwa keluarganya mungkin dalam bahaya,”“Hutan ini adalah perantara bagi kekuatan yang mengerikan.”Aku menyimak dengan baik. Tem
Tanka merengek seperti anak kecil agar bisa ikut denganku. Rengekannya membuatku pusing. Bagaimana tidak, dia berteriak di telingaku meminta agar dia bisa ikut. “Ajak saja Tanka, Tuan Akion.” Wajah Tanka berubah senang, Levian membelanya. Wajahnya menggambarkan bahwa dia mendapatkan sekutu yang mendukung keinginannya. “Bukankah Tanka lebih baik tinggal di sini dan menjaga harta ini?” “Ayolah Tuan Akion, gunung Berk sendiri pun, tidak akan bisa dimasuki oleh sembarang orang.” Wajah Tanka cemberut. “Aku sudah terkurung di sini selama empat ratus tahun. Aku ka
“Tuan Akion, ada urusan apa ke sini?” Levian sedikit merasa terganggu dengan orang-orang berbaju putih yang memandangi kami dengan penasaran. “Bisakah kami ke perpustakaan kuil?” tanyaku lembut kepada seorang pendeta pria yang berpapasan dengan kami. “Y-ya, tentu ....” Dia sedikit terbata. Namun menjelaskan kepadaku dimana letak perpustakaan dengan baik. “Bolehkah saya tahu siapa Tuan?” tanyanya. “Aku Akion Naal Sanktessy.” Matanya sedikit membulat, dia terlihat kaget sebentar. Lalu menyentuh dahinya sedetik. “Maafkan saya jika bersikap lancang sebelumnya.“
Aku sedang memakan sarapanku di cafe terkenal, di Invit. Di Bumi dulu, anak muda suka sekali mengobrol dan menikmati waktu sambil untuk eksplorasi makanan. Aku pun juga sama, menikmati makan pagi dengan menu baru yang ada di Invit. Aku memesan menu bernama Atlantic cod fillet and poached lobster, dan itu sangat enak. Ikan yang lembut dan segar membuat mulutku begitu berair, dan lobster yang kaya rasa sungguh membuatku terbang. “Hmm ....” Tanpa sadar aku mengeluarkan suara karna saking enaknya. Tanka dan levian memperhatikanku yang tampak seperti bocah, “Apakah begitu enaknya, Tuan Akion?" Aku mengangguk. Selama datang di dunia ini, aku tidak pernah memakan hasil laut, hasil laut termasuk la
Aku tersenyum tipis akan tawaran itu, tapi aku belum menyetujuinya. Itu hanya ucapan terima kasih menurutku. Dan inilah namanya berbisnis. Kantong jubahku bergerak, aku tahu Tanka pasti terbangun sekarang. Pembicaraan ini lebih menarik. “Berikan aku setengah dari sahammu.” Aku tersenyum. Senyumanku disambut dengan wajah masam dari Verion. Ekspresi baru yang kulihat dari diwajahnya. “Ayah, itu terlalu berlebihan.” Verion berbisik di telinga kanan ayahnya, tapi ayahnya mengangkat tangan menghentikan semua perkataannya. “Baiklah. Jika anda bisa membawa anakku,. Aku melirik Verion.
Kami tidak mengambil banyak waktu untuk beristirahat. Setelah kami menyelesaikan sarapan, Marquis Kingston dikirim pulang oleh penyihir Madaf. Sebuah portal sihir yang cukup besar berada di desa ini, tampaknya ini semua adalah uang dari Marquis Kingston, sehingga orang-orang yang ada di sini menghormati dan melindunginya. Walaupun, ini desa kecil, tapi mereka tampak makmur. Portal sihir itu menggunakan tujuh buah batu Mana berukuran sebesar telapak tanganku, lalu Madaf merapalkan sihir. Sihir pertama telah dia rapalkan, lalu untuk kali keduanya dia merapalkan sihir lagi. Sihir itu menyatu seperti sebuah roda ya dan membuka portal. “Aku tidak akan melupakan jasamu. Untuk urusan p
Tanka mengeluh padaku, dia marah karna rumah ini tidak terurus. Bisa dilihat banyak dinding yang retak, perabotan yang lama, dan kebun yang tidak mewah. Sepengingatannya, rumah Sanktessy mempunyai pemandangan indah. Aku menanggapinya dengan tertawa. Mau bagaimana lagi, inilah kenyataannya. Waktu memakan segalanya. Aku malah lebih penasaran dengan apa yang Tanka bawa dari Redvet. Aku belum bertanya saat di Redvet, karna baru sekarang dia mengeluarkan apa yang dia bawah. Di dalam kamarku, dia meletakan semua tanaman itu di atas meja. Ada semacam tumbuhan seperti lobak dengan dua sisi berkelok berdaun coklat, lalu seperti beri berwarna merah, dan rerumputan berbagai jenis.