Share

Lelaki tampan berbaju lusuh

Keesokan harinya, tepat pukul 07.00 WIB Ningsih datang ke rumah Tukijo dengan mobil mewahnya bersama Teguh dan Marno.

"Jo! Ayo naik!" Ningsih mengajak Tukijo yang berdiri di depan rumahnya siap untuk berangkat. Kemudian dia naik ke mobil duduk di belakang bersama kakaknya.

"Di mana kamu bekerja?" tanya Ningsih.

"Di Restoran Mas Agus lokasinya di Perempatan Mojing."

"Meluncur ke sana!" perintah Ningsih kepada Teguh.

"Baik Nona."

"Marno, nanti kamu yang gantiin Tukijo ya."

"Siap! Laksanakan!" jawab Marno.

"Emm, Kak. Bolehkah aku meminta sesuatu?" ucap Tukijo sedikit ragu.

"Apa?" timpal Ningsih.

"Tolong rahasiakan bahwa aku memiliki hubungan dengan orang dari Perusahaan Gaje. Kakak sangat terkenal, Mas Agus pasti mengenalimu." Tukijo memasang wajah memelas memohon kepada kakaknya.

"Kita sudah sampai di Restoran Mas Agus, Nona," sela Teguh.

Melihat Ningsih tidak menjawab permintaannya, Tukijo merasa gundah. "Haduh, piye iki (bagaimana ini,)" gumam Tukijo menggigit jari kuku.

Dari dalam restoran, Agus melihat seorang wanita cantik turun dari mobil mewah diikuti dengan seorang pria berotot dan juga seorang pemuda yang ia kenal.

"Tukijo?" Agus menghampiri mereka.

"Selamat datang di restoran kecil saya, Nona cantik!" ucap Agus tersenyum menyambut dengan sedikit menundukan kepala dan tangan mengarah ke pintu masuk.

Ningsih terdiam memikirkan bagaimana cara menyembunyikan identitas Tukijo.

"Sst, Jo!" bisik Agus menyikut tangan Tukijo. "Kamu dapet bidadari darimana?"

"A-anu, Mas Agus. Di-dia ... sebenernya ..."

"Aku kakak angkatnya Tukijo." Ningsih merangkul punggung Tukijo. "Mas Agus kalau mau kenalan boleh kok," goda Ningsih sambil mengedipkan sebelah mata.

"Hah?" Agus melompong memegang dada, merasakan debaran jantungnya semakin kencang berdetak. Kenalan sama wanita cantik?

Tiba-tiba Agus merasa familiar dengan wanita cantik itu. "Tunggu, sepertinya aku pernah melihat Anda di suatu tempat, Nona. Anda mirip sekali dengan Nona Direktur Perusahaan Gaje," tutur Agus sambil mengingat-ingat.

"Banyak yang bilang begitu, tapi apakah aku sekejam itu. Hiks ...," sahut Ningsih memasang wajah sedih.

Tukijo menatap wajah kakaknya sembari bergumam, "Ya ampun, ternyata Kakak jago berakting."

"Ah, maafkan aku Nona. Aku hanya bilang Anda mirip dengannya, tapi bukan berarti Anda adalah dia," timpal Agus menghibur.

"Jangan panggil Nona, panggil saja Sri."

Kemudian, Agus menoleh ke arah Marno seolah-olah dia bertanya, siapa pria ini?

"Oh, dia Marno, teman dekatku. Sebenernya beberapa hari ini, aku ada keperluan sama Tukijo. Jadi, untuk satu pekan ini aku minta tolong Marno buat gantiin Tukijo sementara. Boleh kan, Mas Agus," ucap Ningsih memohon dengan ekspresi imutnya.

"Hah? Iya, nggak papa kok," jawab Agus ragu. Dia melihat Marno dari ujung kepala hingga ke kaki.

"Tenang saja, dia orang baik kok." Ningsih menepuk-nepuk bahu kanan Marno.

...

Kemudian Ningsih pergi bersama Tukijo ke salon terdekat.

"Tolong jadikan dia menjadi lelaki keren!" ucap Ningsih kepada pemilik salon.

"Siap Mbak," jawabnya.

Ningsih menunggu di luar dengan memainkan handphonenya. Dia teringat lalu bergumam, "Oh iya, aku juga harus membelikannya handphone. Aku sangat kesulitan menghubunginya."

30 menit kemudian.

Tukijo keluar dari salon.

"Woah!" Ningsih terkejut dengan melebarkan matanya.

Tukijo berubah menjadi sosok lelaki yang tampan. Lebih tepatnya lelaki tampan berbaju lusuh.

"Apa-apaan dengan baju lusuh ini!" Ningsih menyincing baju Tukijo.

"Sebelum ke toko baju, kita beli hp dulu."

Wanita itu membawa Tukijo ke konter hp.

Tukijo diberi banyak pilihan, akan tetapi dia malah lebih memilih hp murahan Sampul A02s berwarna biru.

"Loh, kenapa pilih yang ini? Yang Neto20 aja lebih cakep," bujuk Ningsih.

"Yang ini saja, Kak. Lagian aku belum bisa pakainya kok."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status