Share

Buka bajumu!

Author: Donat Mblondo
last update Huling Na-update: 2021-10-01 10:19:23

"Pesen lima porsi, dibungkus dua. Nanti kamu ambil satu," ucap Ningsih kepada Marno. "O iya, sama es teh dua ya ...."

Marno segera pergi menyiapkan sajiannya.

Beberapa menit kemudian.

"Wow ...!" ucap Tukijo takjub.

Kemudian, mereka menyantapnya dengan lahap.

"Jo, soal yang kamu bilang ke Mbah Muhiroh itu bohong, kan?" celetuk Ningsih. "Walaupun nggak tau artinya, tapi Kakak paham apa yang kamu maksud."

Tukijo kaget hampir tersendak makanannya. "Uhuk ...." Dia meraih minumnya lalu menanggapi perkataan kakaknya, "Ehem ... iya Kak, aku cuma nggak mau simbah khawatir." Anak itu tertunduk menekuk wajah.

"Jadi, apa yang membuatmu babak belur sampai terkapar di jalan seperti itu?" tanya Ningsih dengan wajah serius.

"Emm, itu Kak ... anu ... aku ..."

"Kamu dibullying?" potong Ningsih cepat dengan sorot mata yang tajam.

Tukijo diam.

"Jadi, benar?" desak Ningsih.

"Iya Kak," jawab Tukijo akhirnya membuka mulut.

"Sejak kapan?" tanya Ningsih lagi.

"Sejak SD," balas Tukijo.

"Apa! Sejak SD?" sahut Ningsih terkejut. Dia menggertakkan giginya, dan hatinya merasa tercabik-cabik mengetahui penderitaan Tukijo.

Lalu, mereka saling terdiam, hingga mereka menghabiskan makanan masing-masing dan meninggalkan restoran. Ningsih mengajak Tukijo ke Hotel Dafam. Hanya mereka berdua. Ningsih yang membawa mobilnya, sedangkan Teguh dan Marno diperintahkan untuk menjaga Nenek Tukijo.

Setelah sampai di hotel, mereka melangkah menuju kamar. Ningsih membuka pintu kamarnya, dan tampak sebuah ruangan yang cukup luas dengan kasur dan sofa yang tertata rapi. Mereka memasuki kamar tersebut, lalu Ningsih mengunci pintu.

Wanita itu mengajak Tukijo duduk di kasurnya dan berkata, "Buka bajumu!"

"Hah? Apa yang mau Kakak lakukan?" tanya Tukijo.

"Pfft ... apa sih, kamu jangan mikir aneh-aneh deh. Aku cuma mau liat bekas luka di badanmu," jawab Ningsih tertawa kecil.

"Hahaha ... hampir saja aku tergoda." Tukijo tertawa.

Kemudian Tukijo membuka bajunya. Ningsih melihat banyak goresan luka di tubuhnya dan masih ada memar bekas injakan di punggungnya.

"Masih sakit?" tanya Ningsih sambil menekan luka di punggung Tukijo.

"Argh ... Iya, sakit," jawabnya.

"Tunggu sebentar." Ningsih mengambil es batu di kulkas dan membungkusnya dengan handuk untuk mengompres luka Tukijo.

Tukijo mengatakan bahwa bukan hanya di dekat tempat tinggalnya dia ditindas, tetapi juga di sekolahnya.

"Kenapa kamu nggak laporin aja ke guru BK?" tanya Ningsih lagi.

"Kalau aku laporin, guru akan memberitahu wali murid dan Nenek akan sedih mendengarku ditindas. Bukan hanya itu, teman-temanku juga nggak akan merasa jera hanya dengan peringatan," timpal Tukijo.

Tangan Ningsih memegang dagu sembari berkata, "Hmm, benar juga. Lalu, apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku ingin menjadi kuat," ujar Tukijo.

Ningsih tersenyum melihat tekad adiknya ingin bangkit dari keterpurukan. "Aku akan mengajarimu beladiri," ucap Ningsih.

"Hah? Kakak bisa beladiri?" tanya Tukijo terkejut.

"Kamu nggak percaya?" Ningsih melipat tangannya ke depan. "Aku bisa mengalahkan sepuluh orang seperti Marno loh," ungkapnya percaya diri.

"Woah! Kalau begitu, mohon bimbingannya, Kakak!" Tukijo tiba-tiba berlutut di hadapan Ningsih. Mereka pun mulai berlatih hingga malam tiba.

...

Hari Minggu pagi, Marno dan Teguh sudah siap dengan pasukan tukangnya untuk membangun rumah Tukijo. Sementara itu, Ningsih mengajak Tukijo ke Lapangan Tegong untuk melatih kebugaran tubuh dan materi cara memprediksi gerakan lawan.

Tukijo yang tadinya hanyalah seorang remaja lusuh, dekil, dan acak-acakan, sekarang telah menjadi lelaki tampan dan rapi meskipun hanya mengenakan kaos oblong dan celana training. Dia mendapat banyak pelajaran dari kakaknya.

Di saat dia sedang serius mengikuti arahan dari kakaknya untuk berlatih beladiri, matanya tertuju pada seorang wanita yang sedang menaiki motor butut.

Dia adalah Markonah. Gadis itu berhenti di salah satu rumah lalu memberikan sebuah bingkisan kepada seseorang yang berada di rumah tersebut. Di samping rumah itu kebetulan ada beberapa ibu-ibu sedang duduk mengobrol.

"Jo!" panggil Ningsih melambaikan tangannya di depan wajah Tukijo. Namun, karena Tukijo tidak merespon panggilannya, dia berteriak di telinganya, "TUKIJO!!!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
lestariani261
hem..buat penasaran aja cerita ini
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Si Miskin Jadi Keren   26. Akhir Perjuangan

    "Berhenti!" teriak si botak.Seketika, Tukijo menghentikan mobilnya secara mendadak. Hal itu membuat seisi mobil menghempaskan tubuh mereka ke depan."Be-benar, di sini tempatnya," kata si pria berjaket."Kuburan? Apa-apaan kalian! Masa bawa kita ke tempat kek gini!" sembur Tukijo. "Maaf, kami cuma bisa nunjukin sampe sini. Bisa berabe kalo ketahuan. Di belakang kuburan, ada sebuah rumah besar. Itu adalah markas kami," terang si botak. "Aku akan mengatakan suatu rahasia yang tersembunyi, jika kalian membiarkan kami pergi sekarang!" lanjut si pria berjaket."Rahasia? Apa yang kalian ketahui?""Ketua kami adalah seorang direktur Perusahaan Kencotstory, Bos Mandop. Ide gilanya memproduksi snack jajanan anak-anak dengan dicampur ganja. Bahkan, dia memiliki kebun ganja tersembunyi di hutan kota. Di sana ada sebuah gudang tempat penyimpanan ganja berkarung-karung.""Apa! Itu benar-benar keterlaluan!" sahut Markonah."Terakhir kali, aku mendengar anak Bos Mandop berencana menangkap seorang

  • Si Miskin Jadi Keren   25. Putus asa

    "Kau, Ujang!" ungkap Kris. Ujang? Oh, ternyata dia si Tuan Muda dari Perusahaan Kencotstory. Batin Ningsih. Dia mendongakkan kepalanya menatap dingin pria itu. Ujang menutup wajahnya dengan jari-jari yang direnggangkan. "Haha. Ternyata kau masih mengingatku. Kalau saja dulu kakakmu memilihku menjadi suaminya, tentu saja dia tidak akan mengalami hal seperti itu, kan, Tuan Kris." "Heh! Menurutku, kakakku memilih orang yang tepat. Meskipun dia harus meninggalkan anaknya di usia yang masih sangat muda, setidaknya dia merasakan kebahagian di masa hidupannya." "Cih! Kau dan kakakmu sama saja! Paman Cokro benar, kalian pantas mati! Hahaha. Kuliti mereka hidup-hidup! Bunuh sesuka kalian!" Ujang berbalik membelakangi Ningsih. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Saat pasukannya hendak menyerang Ningsih dan Kris, dia berkata, "Tunggu!" Pria itu berbalik lagi berhadapan dengan Ningsih. Ujang menundukkan badannya dan meletakan kedua tangannya di pi

  • Si Miskin Jadi Keren   24. Wow 50jt

    "Maaf Tuan Muda, sepertinya mereka menyadari alat pelacak yang di pasang di tubuh Nona. Alat itu berada di sekitar Anda," ujar Teguh memalui telepon.Tukijo terdiam. Lalu, dia melihat ke arah Bagas, mata anak kecil itu terlihat sembab."Astaga, kenapa anak sekecil itu harus mengalami kejadian seperti ini," gumamnya merasa iba."Apakah perlu saya melacak setiap CCTV di jalanan, Tuan Muda?""Tidak perlu, aku tau cara yang lebih efesien. Siapkan uang sejumlah 50 juta! Aku akan segera kembali!"Kemudian Tukijo menghampiri Markonah dan Bagas."Ayo pergi!" ucapnya."Ke mana?" tanya Markonah."Kita harus memaksa kedua orang itu membuka mulut. Aku yakin ini ada kaitannya dengan mereka."Mereka kembali ke pusat perusahaan untuk mengambil koper berisi uang 50 juta."Bang Teguh, nitip Bagas ya," pinta Tukijo. Lalu dia pergi bersama Markonah menemui dua tawanan yang mereka tangkap di rumah sakit.Saat membuka pintu seb

  • Si Miskin Jadi Keren   23. Bagas bersembunyi

    Yulie berniat menelpon Ningsih dan memberi kabar bahwa Cecep sudah sadar.Di situasi yang sama, saat itu Bagas sedang bersembunyi di tong sampah samping pos kamling. Dia menangis, berjongkok dengan tubuh yang gemetar sambil memegang pisau.Lima belas menit yang lalu, saat Bagas sedang menunggu Kris bersama gurunya yaitu Marni, datang seorang pria tak dikenal. Pria itu mengaku diperintah oleh Kris untuk menjemput Bagas. Padahal, baru saja Bagas selesai menelpon Kris dengan ponsel milik Marni.Tentu saja Marni tidak percaya dengan pria tak dikenal itu. Karena tidak berhasil membujuknya, dia mengeluarkan sebuah pisau untuk mengancam.Marni berusaha melindungi Bagas. Si pria merasa geram, sehingga menusuknya dengan pisau. Kemudian dia mencabut pisau itu, lalu menggendong Bagas pergi. Anak kecil itu berontak. Dia menggigit bahu si pria dengan kuat, hingga pria itu kesakitan. "Aaaaargh, sial!"Bagas berusaha melepaskan diri. Dia terjatuh, lalu berlari menghampiri gurunya."Bu Guluuu!" teri

  • Si Miskin Jadi Keren   22. Di mana Bagas?

    "Tunggu!" Markonah berusaha menghentikan Tukijo. Namun, daripada itu dia lebih memilih untuk menenangkan Cecep terlebih dahulu."Dok ... cepetan Dok. Pokoknya kalau terjadi apa apa sama Cecep. Anda harus bertanggung ja ..." Tukijo menghentikan perkataannya ketika melihat Cecep sadar dengan keadaan terbaring di ranjang. "Cecep! Kamu udah sadar? Gimana keadaanmu?" tanya Tukijo khawatir."Apa-apaan ekspresi lo! Lo pikir gue bakalan mati semudah itu?" Seketika itu Cecep merasakan sakit di seluruh tubuhnya. "Aaaaargh, badan gue sakit semua.""Biar saya periksa dulu," ucap Pak Dokter. "Coba julurkan lidah Anda!"Cecep menjulurkan lidah sesuai permintaan dokter."Sepertinya Anda mengalami gejala keracunan," tutur Pak Dokter."Tadi, seseorang menyumpal mulutku dengan sesuatu saat aku baru sadar. Itu yang membuatku kejang-kejang dan muntah," ujar Cecep.Kemudian dokter memberi resep obat dan menyuruh salah satu dari mereka mengambi

  • Si Miskin Jadi Keren   21. Ningsih si OG

    Markonah datang di saat Tukijo sedang tertidur. "Kalau begitu, Ayah tinggal ya ... mau isi bensin dulu," pinta Hartono. "Iya Ayah, hati-hati." Markonah duduk di samping Tukijo sambil memandangi wajahnya. "Dasar bodoh! Kamu memang selalu berbuat apa yang kamu inginkan, meskipun itu membahayakanmu," ketus Markonah mengomel, sedangkan Tukijo masih dalam keadaan mata terpejam. Tiba-tiba Tukijo membuka sebelah mata. "Maaf ya, bikin kamu khawatir," ucapnya. "Ish! Kamu pura-pura tidur ya?" sahut Markonah kesal. "Nggak kok, tadi aku beneran tidur. Aku terbangun karena omelanmu," balasnya memanyunkan bibir. Lalu dia melirik sesuatu yang di bawa Markonah. "Apaan tuh?" Matanya tertuju pada sebuah kresek yang berisi kotak makan. "Idih, tau aja aku bawa sesuatu." "Aku cuma makan roti darimu sejak pagi, tentu saja aku mengharapkan sesuatu." Tukijo cemberut. "Hah, serius?" "Ho'oh." Tukijo mengangguk. "Aku juga kok," gumam Kris ngenes melihat dua

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status