Share

4. Pak Vano

Mita memandang rumah mewah minimalis di depannya. Dia telah mengendarai motor scoopy fi sporty nya menuju alamat yang tertera dari pesan Billy.

Sekali lagi gadis sipit itu menatap keadaan rumah juga sekeliling komplek yang tampak sepi. Dia mengecek nomor rumah yang tertera di pagar dan mencocokkannya dengan pesan teks di ponselnya.

Benar, sesuai alamat yang dikirimkan Billy. Namun entah mengapa gadis itu berdegup kencang.

Dia pun menuruni motor scoopy fi sporty nya. Dengan masih menggunakan helm minions, gadis bermata sipit itu berjalan untuk menekan bel di pagar ujung gerbang.

Cukup menekannya sekali saja, Mita menunggu dengan cemas. Sesungguhnya dia sangat gugup, apalagi ini adalah interview kerja pertamanya. Langsung ke CEO pula.

Dan by the way, tadi malam Mita sempat searching tentang perusahaan tempat kerja Billy dan calon bosnya itu. Perusahaan tersebut berjalan di bidang industri minuman dan makanan kemasan dengan merk dagang yang sudah terkenal.

Mita sempat speechless membacanya. Bagaimana bisa dia akan bertemu CEO nya langsung, mana di rumah pribadinya.

Jadilah dia gugup setengah mati, apalagi saat gerbang yang tiba-tiba terbuka menampilkan wanita paruh baya yang tersenyum padanya.

"Maaf, Mbak Mita ya?"

Gadis mata sipit itu langsung mengangguk membenarkan. Dia menampilkan senyum ramahnya. "Saya Mita, Bu."

"Iya, mari masuk Mbak, Tuan Vano sudah menunggu."

Mita meringis. Sudah menunggu? Apa dia terlambat banyak? Tapi ketika melihat arloji di pergelangan tangan kirinya, ternyata masih sisa sepuluh menit sebelum waktu yang ditetapkan. Dia lega, artinya dia nggak terlambat.

"Em ... Bu?" Mita memanggil dengan sungkan. Wanita paruh baya itu kemudian berbalik kembali menatap gadis manis itu. "Saya pakai motor, motor saya bisa masuk?"

"Bisa Mbak, masuk aja sini." Wanita itu menyilahkan, kemudian bergegas mendorong gerbang agar lebih lebar.

Dengan cepat, Mita kembali menaiki motor scoopy fi sporty nya dan masuk ke halaman rumah yang sangat asri.

Terdapat banyak tanaman terawat, lagi-lagi Mita terpesona ketika dipersilahkan masuk ke rumah. Dia tertipu, dari depan rumah ini tampak minimalis dan mewah namun ketika masuk ke dalam ternyata luas dan semakin mewah.

Mata sipit Mita nggak berhenti menatap kagum pada interior maupun furniture di ruang tamu. Segala perabotan yang ada pasti mahal, pikir Mita.

Jelas saja, ini adalah rumah CEO perusahaan besar yang income nya ratusan juta. Atau malah bisa dibilang rumah seperti ini tergolong masih sederhana.

Mita pernah melihat keadaan rumah artis ternama dan beberapa pengusaha sukses yang dia tonton di youtube, jauh lebih besar dan mewah. Pasti Pak Vano tergolong pengusaha sukses yang sederhana.

Setelah menunggu dan sempat menyesap jus jeruk yang disuguhkan wanita paruh baya tadi. Dia juga sudah puas mengagumi setiap sudut ruangan.

Tiba-tiba seorang laki-laki muda menghampiri Mita. Dia berpakaian santai namun sopan. Kaos berkerah dengan celana bahan panjang. Rambutnya disisir rapih, tidak sampai mengkilap seperti Billy, namun sudah tampak rapih. Tubuhnya tegap dengan postur tubuh tinggi sedikit berisi sesuai tingginya.

Laki-laki itu semakin dekat menghampiri Mita. Seakan lepas dari keterpesonaannya, gadis mata sipit itu langsung berdiri, sedikit membungkukkan tubuhnya.

Apakah benar laki-laki itu yang namanya Pak Vano?

Tapi masa iya?

Padahal di bayangan Mita, Pak Vano itu pria dewasa yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Tetapi laki-laki itu? Muda dan tampan, kira-kira usianya mungkin nggak jauh dari Billy, atau malah sama.

"Kamu Mita?" Suara bass yang maskulin terdengar di pendengaran Mita. Gadis itu mengerjap sekali sebelum mengangguk.

"Iya benar, saya Mita, Pak."

Laki-laki tampan itu tersenyum formal kemudian mengulurkan lengan kanannya kehadapan Mita. "Saya Vano."

What the hell.

Beneran Pak Vano? CEO, kaya, muda, tampan. Oh my god, Mita ingin sekali berteriak rasanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status