Share

5. Langsung tes

"Kamu belum punya pengalaman kerja?" Vano membolak-balikkan berkas lamaran milik Mita. Tatapannya fokus dan meneliti.

"Belum pak." Mita menjawab pelan, dia meremas jemari dipangkuannya, gugup.

"Nggak pernah ikut organisasi juga?" Tatapan tajam itu kini beralih kearah Mita. Gadis mata sipit itu semakin gugup. Dia merapalkan mantra-mantra agar tidak gugup. Maka Mita pun mulai menghela nafas. Dia bertekat untuk lolos interview. Jangan gagal hanya karena gugup.

"Saya nggak ikut organisasi, pak. Tapi saya pernah memenangkan olimpiade."

"Hem, oke bagus." Pak Vano mengangguk-anggukkan kepalanya. Mita bersungguh bahwa CEO muda itu sangat tampan. Dia bisa merasakan aura artis-artis tenar yang tampan dipuja-puja oleh banyak wanita. Sepertinya Pak Vano punya penggemar banyak dan sekarang Mita menjadi salah satu penggemarnya.

Huaa!! Bu, Mita ketemu anak konglomerat!

"Saya belum tau kenapa Billy merekomendasikan kamu." Pak Vano mulai menutup berkas milik Mita. Kini ia mengintimidasi gadis muda di depannya. "Tapi apapun itu pasti ada kelebihannya," gumamnya lagi.

Dia pun menegakkan duduknya. Semakin mengintimidasi lawan bicaranya. "Saya sebenarnya lebih membutuhkan asisten yang cekatan alih-alih pinter akademik, kamu bisa cekatan?" Tanyanya menohok.

Mita langsung kicep dibuatnya. Bukan akibat perkataan Pak Vano namun tatapan yang seolah ingin membuat sang lawan kalah.

Tetapi karena memang dasarnya Mita bukan tipe wanita yang cepat kalah begitu saja. Gadis itu membalas tatapan tanpa gentar dengan mata sipitnya.

"Saya akan menjamin bisa cekatan Pak. Apa yang dibutuhkan Pak Vano akan saya kerjakan dengan cepat, saya bisa cekatan," ucap Mita bersungguh-sungguh.

Mata segarisnya sangat bertekat kuat, menggambarkan semangat membara. Jarang sekali Vano bertemu gadis muda seperti Mita. Sepertinya sahabatnya Billy kali ini mampu mendapatkan tipe asisten yang benar dibutuhkannya.

"Bagus, dan karena kamu bersemangat, saya akan mulai tes?"

Tes?

Mita seketika gentar. Dia nggak menyangka akan tes. Mana belum mempersiapkan diri untuk tes. Lagipula tes nya kayak apa. Susah atau mudah. Dengan perasaan khawatir, gadis itu mengikuti langkah kaki Vano di depannya.

Pak Vano menyuruh untuk mengikuti. Laki-laki itu dengan santai melangkah. Sesekali bersiul dan memasukkan satu tangannya ke dalam saku.

Terlihat sekali bahwa dia sangat menikmati kekhawatiran Mita. Padahal gadis itu bahkan gemetar takut sendiri apabila nggak lolos tes.

Ternyata oh ternyata dibalik senyum dan wajah menawannya, Pak Vano tetap saja mengerikan sebagai bos.

"Coba Mit, buatin saya segelas kopi."

Hah? Apa tadi?

"Kopi, pak?" tanya Mita cengo. Jelas saja, karena sebelumnya Vano bilang akan mengetes, tapi mengapa suruh membuatkan kopi.

"Iya, kamu nggak bisa buat kopi?" Pak Vano bertanya tanpa rasa bersalah. Raut wajahnya menyebalkan, otoriter.

"Iya, bisa pak." Mita mencicit. Dia segera beralih ke pantri.

Dapur minimalis dengan perlengkapan lengkap itu nyatanya masih asing bagi Mita. Dia nggak tau tempat penyimpanan kopi dan bahan lainnya. Akhirnya dengan memberanikan diri Mita berbalik untuk menanyakan perihal yang dia butuhkan.

"Pak, kopinya ada dimana?"

"Di lemari." Vano menjawab tanpa menoleh kearah Mita. Dia sibuk dengan ponselnya.

"Lemari yang mana, pak?"

"Itu kan ada lemari, cari aja sendiri."

Kok nyolot, batin Mita bergejolak. Jelas saja lemarinya ada banyak ya Mita bertanya. Dan tempat ini pun masih asing baginya.

Oh, no!

Gambaran punya bos ramah, bekerja dengan suasana menyenangkan dan mendapat gaji besar, lenyap sudah di pikiran Mita. Gadis mata sipit itu mulai menduga kalau sikap Vano sangat menyebalkan, otoriter dan menjengkelkan.

Kalau begitu, jelas saja gajinya besar. Ternyata eh ternyata beban kerjanya akan berlipat ganda.

"Katanya bisa cekatan, bikin segelas kopi aja lama." Suara Vano mencibir nyinyir. "Ini tes mudah, masih belum ada apa-apanya."

Kalau dari tadi dikasih tau letak kopi dan gulanya juga pasti udah kelar bikin kopinya. Ingin rasanya Mita menjawab seperti itu. Namun dia tahan.

Masih hari pertama, sabar ... sabar ... demi dapat kerja dan gaji.

Tetapi pernyataan Mita sebelumnya yang menjadi salah satu penggemar Vano, dia akan tarik kembali. Gadis itu akan lebih profesional bekerja alih-alih terpesona dengan ketampanan Vano.  Sebab dibalik kesempurnaan Vano ada sikap menyebalkan dan itu akan menjadi imbas Mita setiap kali bekerja.

Haduh, kenapa juga tes nya malah membuat segelas kopi.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Gondo Sekar Arum
bos muda tampan hhhhhhh
goodnovel comment avatar
Sapar Khan
malas dgn karakter Mita terlalu baxk omong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status