Share

2. PERTENGKARAN

“Tolong, lepaskan tangan saya, Pak Baskoro!” seru Zahra dengan wajah kesal. Dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang direnanakan oleh pria yang sudah dianggap sebagai ayahnya ini.

Baskoro melepas tangan Zahra.

“Zahra, Bapak tadi cuma ....”

“Tolong jelaskan kepasa saya, kenapa Bapak mengatakan hal itu? Bukankah itu di luar perjanjian kita? Maaf, saya tidak mau menikah dengan Bapak! Saya sudah menganggap Bapak seperti ayah saya sendiri!” ucap Zahra begitu tegas. Wanita cerdas ini jelas saja kesal karena sudah keluar dari perjanjian awal.

“Zahra! Aku mohon mengertilah. Semua tidak seperti yang kamu bayangkan. Bapak hanya ....”

“Maaf, Pak. Saya batalkan perjanjian ini. Saya tidak mau menghancurkan rumah tangga Anda. Pak Baskoro orang yang baik dan sudah banyak membantu saya dan keluarga. Tapi bukan berarti Bapak bisa membuat saya melukai istri Bapak. Sekali lagi saya mohon maaf. Saya berjanji suatu saat nanti, pasti bisa membalas kebaikan Bapak, dengan cara yang lain. Permisi!” Zahra melangkahkan kaki perlahan. Namun baru beberapa jengkal, kembali Baskoro berusaha menghentikan Zahra dengan mencekal lengannya.

“Zahra, aku mohon. Turuti semua permainan ini. Aku tidak benar-benar serius dengan ucapanku. Semua akan terlaksana sesuai dengan kesepakatan kita. Hanya ada sedikit trik saja supaya rencana kita tercapai. Apa selama ini aku pernah melakukan hal yang tak pantas kepadamu? Tidak’kan! kau anak dari temanku. Aku sangat menghormati ayahmu. Jadi tidak mungkin aku akan menyakiti hati suci putrinya.”

Baskoro menatap wajah Zahra dengan penuh harap. Dia hanya ingin membuat putranya yang somobong itu menjadi sadar. Sifatnya yang keras kepala bisa berubah. Itu saja yang terpenting.

Zahra bergeming. Dia juga balas menatap pria paruh baya yang sudah membantu biaya kuliahnya hingga bisa menjadi seorang dokter. Zahra mencoba mencari keseriusan dalam bola mata pria yang sangat dihormati olehnya. Namun semua menjadi kacau ketika istri Baskoro datang dan mencoba memisahkan tangan Baskoro yang masih memegang tangan Zahra. Terjadilah sebuah kesalah pahaman hingga wanita itu menampar Zahra.

“Astaghfirulloh hal’adzim, Widya! Apa yang kau lakukan?!” teriak Baskoro.

“Dasar gadis murahan! Beraninya kau menggangu suamiku!” Widya nyaris kembali menyerang Zahra kalau saja tidak dihalangi oleh Elang.

“Cukup, Mah!” seru Elang sembari memegangi tubuh mamahnya.

“Lepaskan Mamah, Elang! Biarkan Mamah memberikan pelajaran pada gadis bodoh itu!”

“Tidak, Mah! Jangan merendahkan diri Mamah di depan Papah dan juga selingkuhannya!”

“Jaga ucapanmu, Elang! Zahra bukan selingkuhan papah! Dia wanita yang terhormat!”

“Lalu apa sebenarnya tujuan Papah membawa gadis miskin itu ke sini? seharusnya Papah mengerti, gadis miskin seperti dia hanya akan menjadi pengemis dalam keluarga kita! Dia akan berusaha mengeruk harta kita dengan cara licik!”

“Kau salah Elang! Tak semua orang miskin seperti itu! Jangan pernah merendahkan orang lain! Di mata Tuhan, semua manusia itu sama!” Baskoro mencoba menggugah pikiran putranya. Namun lagi-lagi, sangat sulit merubahnya.

“Cukup, Pah! Jangan mencoba menceramahi aku! Papah sendiri sudah gagal sebagai kepala rumah tangga! Jadi, bawa wanita miskin itu pergi dari hadapanku!”

Zahra tak kuat mendengar penghinaan dirinya. Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria sombong seperti dia. Setiap kata yang keluar dari mulutnya, sangat tidak sopan dan menyakitkan. Dia lalu menutup telinga dengan kedua tangan agar tak mendengar penghinaan yang lebih menyakitkan lagi.

Sementara, Elang yang sangat mencintai mamahnya mengambil keputusan untuk memberi Zahra sejumlah uang. Dia mengambil seluruh uang yang ada di dalam dompet tanpa menghitungnya. Lalu melempar ke arah Zahra hingga mengenai wajah gadis itu. Uang bertebaran di lantai.

“Ambil uang itu dan pergilah dari sini wanita licik! Wanita rendahan sepertimu tak layak untuk bersanding dengan pria seperti diriku! Jangan pernah kembali lagi ke sini atau kau akan tahu akibatnya!” seru Elang dengan mengacungkan telunjuknya kepada Zahra.

“Elang! Apa yang kau lakukan?! Zahra itu bukan pengemis! Dia itu wanita terhormat!”

“Tidak ada orang miskin yang terhormat! Bagiku, derajat mereka tak beda jauh dengan alas kaki yang aku pijak! Sangat rendah!”

“Elang!!!” Emosi baskoro memuncak. Pria itu geram dan mengepalkan tangannya. Untung saja Widya berhasil mencegah dengan memegang pergelangan tangan suaminya sebelum satu pukulan mendarat pada putra kesayangannya. Wanita itu terus menangis dan memohon kepada suaminya untuk tak memukul putranya.

Perilaku Elang tak seindah wajah tampannya. Zahra mencoba mengurut dada untuk menstabilkan emosinya. Dia merasa harga dirinya sudah di injak-injak. Kali ini dia tidak akan diam saja. Pria itu sudah sangat keterlaluan. Bukan saja dirinya, tapi juga sudah merendahkan orang-orang yang berkasta rendah. Sangat menjijikkan untuk menikah dengan pria seperti dia. Tak ada satupun kebaikan yang bisa dijadikan alasan untuk menikah dengannya.

“Pah, aku mohon sudahi pertengkaran ini! maafkan Elang. Kau pasti mengerti’kan dengan sifat anakmu yang keras kepala. Seharusnya kau mendidiknya dengan benar, bukan memukulnya!”

“Lepaskan tanganku!” Dengan sekali sentakan, Baskoro berhasil melepaskan tangannya.”Elang! Dengarkan papah! Papah akan menjadikan Zahra menjadi wanita yang layak bersanding dengan owner Elang Perkasa group!”

“Maksud papah?”

“Kau jangan lupa, kalau perusahaan itu masih milik Papah! Papah bisa saja menyingkirkanmu jika mau! Kau dengar itu, anak sombong!”

“Jadi papah akan tetap menikahi gadis itu?!” tanya Widya dengan berurai airmata. Dia takkan mampu jika harus dihianati untuk yang kedua kalinya. Widya sangat mencintai suaminya meskipun pernah menyakiti hatinya.

“Benar! Aku akan menikahinya dan tak ada yang mampu menghentikanku, termasuk dirimu, Widya!”

‘Tidak! jangan lakukan itu! Aku tidak mau kau menduakanku lagi! Tidak mau!” Widya terus memukuli dada suaminya. Rasa sakit akibat perselingkuhan suaminya di masa lalu juga masih terasa. Rasanya tak mampu jika pria itu akan kembali menghianatinya.

“Jangan mempermalukan diri Mamah sendiri!” Elang menarik lengan wanita yang sudah melahirkannya dan menjauhkan dari ayah kandung yang seperti musuh baginya.

“Lang, mamah tidak mau kehilangan Papah! Mamah juga tidak ingin kau kehilangan hakmu dan digantikan oleh anak selingkuhan papahmu!”

 “Jangan pernah berkata kalau Yunus anak selingkuhanku! Dia lahir dari pernikahan yang sah!”

“Jangan membentak Mamah! Kau tak punya hak untuk membentaknya! Aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri! Tak masalah jika harus angkat kaki dari semua kemewahan yang ada di sini!” Elang tetap saja menyombongkan diri. Dia tak terima dengan ancaman ayahnya.

“Elang, sudah, Nak! Jangan melawan papahmu! Biar Mamah yang akan bicara dengan papahmu!” Widya mencoba menenangkan putranya. Dia mengusap dada sang putra tercinta yang terlihat masih dalam balutan emosi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Syarifa
ok,aku akan melanjutkan nya lgi
goodnovel comment avatar
ahamd amidin
okw lah kalau begi tu dan seterunya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status