Home / Romansa / ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH / 5. MENGAMBIL KEPUTUSAN TERBERAT

Share

5. MENGAMBIL KEPUTUSAN TERBERAT

last update Huling Na-update: 2022-03-03 23:19:25

“Bismillah. Zahra mau, Pak,” jawab dokter muda itu dengan gemetar. Ada rasa ketakutan saat mengambil keputusan yang bisa berpengaruh besar kepada hidupnya. Terutama hubungannya dengan dr. Budi, pria yang sudah mengisi hatinya hampir sepuluh tahun. Apalagi dia juga belum membicarakannya dengan kekasihnya. Yang dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman nantinya. Namun keputusannya sudah bulat.

“Alhamdulillah,” ucap Baskoro dengan senyum mengembang. Dia terlihat sangat bahagia. Jauh dalam hatinya, dia berharap kalau pernikahan ini bukan hanya berbatas waktu. Semoga saja hari-hari yang akan mereka lalui mampu menumbuhkan benih cinta hingga berakhir dengan kebahagiaan.

“Sekali lagi terimakasih atas bantuan kalian. Untuk semuanya nanti biar aku yang urus. Kalian terima beres saja,” ucap Baskoro dengan penuh gembira.

“Aku percaya padamu,” jawab Mustafa sembari menggenggam tangan sahabatnya.

“Oh,ya, tunggu sebentar.” Baskoro membuka tas dan mengambil amplop berwarna coklat, lalu memberikannya kepada Mustafa. “Terimalah ini, sebagai pengganti bingkisan yang umum dilakukan saat melamar seorang gadis.”

Mustafa tersenyum dan menolak secara halus. Dia mendorong amplop itu perlahan, “Tidak usah. Simpan saja. Kami tidak mengharapkan itu,” jawab Mustafa dengan tersenyum dan menganggukkan kepala.

“Tolong, terima ini. Jangan membuatku malu. Aku sudah meminta putrimu dan berikan ini sebagai hadiah. Tolong, terimalah, Mustafa,” pinta Baskoro. Senyum pada wajahnya menghilang berganti semburat kecewa.

“Bas, insya Alloh kami melakukannya dengan ikhlas, tanpa mengharapkan hadiah apapun. Toh pernikahan ini hanya untuk sementara, supaya tak ada beban pada diri putriku jika suatu saat terjadi sesuatu. Kau mengerti maksudku’kan?”

‘Aku tidak mungkin akan mengungkit apapun yang sudah kuberikan, Mustafa.”

“Aku percaya padamu. Tapi bagaimana dengan istri dan putramu. Tidak ada yang bisa menjamin’kan. Apa mereka tahu kau akan memberikannya? Kalau mereka tidak tahu, itu akan menjadi bumerang untuk putriku kelak.”

Baskoro terdiam. Apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu ada benarnya. Dan Baskoro juga mengenal betul sifat dari sahabatnya itu. Mustafa bukan orang yang senang menerima pemberian tanpa bekerja keras. Baginya pantang untuk meminta walaupun dia mengasuh puluhan anak yatim di rumahnya yang sederhana ini.

Ups, Baskoro punya ide. Dia sudah berniat untuk memberikan uang itu kepada keluarga calon menantunya. Pantang baginya untuk membawanya kembali. Dia pun berpikir untuk menyedekahkan uang tersebut.

“Mus, bagaimana kalau aku titip uang ini untuk keperluan anak asuhmu?”

Mustafa tersenyum sembari menepuk-nepuk bahu Baskoro. “Kamu ini, memang pantang menyerah. Kalau memang kau mau menyedekahkan uang itu untuk anak-anak yatim, insya Alloh aku terima.”

“Terimakasih, Mus.” Keduanya kembali berpelukan erat. Setelah itu Baskoro berpamitan dan berjanji untuk memberikan kabar tentang pernikahan secepatnya.

Zahra berlalu tanpa berpamitan.

“Mau ke mana, Nak?” tanya Mustafa.

“Zahra mau ke kamar, Pak. Ngantuk,” jawabnya dan segera masuk ke dalam kamar.

Mustafa dan istrinya tahu apa yang ada dalam benak putrinya. Dulu keduanya sudah pernah memperingatkan kepada putrinya untuk tak menerima perjodohan ini. Namun dia bersikeras untuk membantu Baskoro. Mustafa dan istrinya hanya bisa mengikuti kemana langkah putrinya. Dia sudah dewasa dan bisa menentukan pilihannya sendiri.

***

Zahra melamun di dalam kamar. Dia berbaring di atas ranjang seraya menatap langit-langit kamar. Matanya sangat sulit terpejam walau waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

Pikirannya terus tertuju kepada kekasihnya. Masih belum bisa menyusun kalimat yang tepat untuk menyampaikan kepada dr. Budi. Salah bicara sedikit saja, bisa menjadi masalah serius.

Bayangkan saja, ketika seseorang harus meminta ijin untuk menikah kepada kekasihnya walau hanya sementara. A pa yang akan terjadi. Sama saja menggali lubang kubur sendiri. Dr. Budi pasti takkan bisa menerima keputusannya. Mau tidak mau, dokter muda itu harus memberitahu kepada kekasihnya.

Zahra mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas. Membuka aplikasi berwarna hijau dan mencari nama si pujaan hati. Di sana tertera kalau kekasihnya sedang online.

Terlintas dalam pikiran Zahra untuk mengatakannya saat ini juga melalui sambungan telepon. Namun rasanya kurang pantas karena ini sudah terlalu malam. Tapi tak ada salahnya juga untuk menghubunginya demi meredakan hati yang sedang galau.

Zahra  memakai jilbab dengan rapih dan duduk bersandar pada ranjang. Lalu melakukan pangilan video. Tanpa menunggu lama, sang pujaan hati menerimanya.

“Assalamu’alaikum, Sayang?” sapa mesra pria berkulit putih dari seberang.

“W*’alaikum salam,” jawab Zahra dengan memalingkan wajah. Pipinya merona ketika tanpa sengaja melihat dada bidang kekasihnya yang sedang merapihkan pakaiannya.

‘Maaf, gerah banget, jadi tadi cuma pake singlet. Oh, ya, tumben telepon malam-malam. Ada apa, sayang?” tanya dokter tampan itu dengan mesra.

“Gak apa-apa. Lagi gak bisa tidur. Mas Budi lagi ngapain? Kok belum tidur juga?” tanya Zahra kembali.

“Ini lagi lihat konser Raisya di televisi, lagi nyanyiin  mantan terindah, lagu favorit aku. Seolah menghayati banget. Dengerin ya, aku lagi pengin ikut nyanyi. Kamu sambil lihat di televisi, ya.” Dokter Budi mengarahkan ponselnya pada layar televisi.

Zahra menganggukkan kepala dan tersenyum. Dia sangat paham kalau kekasihnya sangat senang dengan lagu ini. Apalagi kalau Raisya yang menyanyikannya.

Mengapa engkau waktu itu putuskan cintaku.

Dan saat ini engkau selalu ingin bertemu dan mengulang jalin cinta.

Mau dikatakan apalagi. Kita tak akan pernah satu.

Engkau di sana, aku di sini meski hatiku memilihmu.

 “Bagus gak suaraku?” budi kembali mengarahkan kamera kepada dirinya.

“Bagus. Jangan sering nyanyi’in itu lagi. Ganti yang lain.”

“Memang kenapa, Sayang?”

“Lagunya sih bagus. Tapi ya ... takut terjadi dengan hubungan kita.” jawab Zahra dengan merajuk manja. Entahlah rasanya ada sesuatu yang mengganjal saat mengatakan hal tersebut.

“Kamu itu lo, suka baper. Namanya lagu ya gak bakalan pengaruh sama kehidupan kita, Sayang!”

“Ya, mudah-mudahan saja,” Jawab Zahra dengan ragu.

“Oh, Ya, besok kamu punya waktu gak? Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu!”

“Ngapain sih pake permintaan resmi segala. Kayak sama siapa aja. Kapanpun kamu mau, aku selalu siap.”

“Oke. Kalau begitu, besok aku kabari lagi. Sekarang aku mau tidur dulu.”

“Oke, selamat tidur dan mimpi indah ya, Cantik. Love you.”

“Love you too,” jawab Zahra dengan tersipu. Setiap kali lelaki itu mengucapkannya Zahra merasa malu. Bahagia seperti melayang dan terbang menuju angkasa. Indah dan menakjubkan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Syarifa
aku suka ini dan ini lagi
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   238. MENIKAHLAH DENGAN SUAMIKU!

    “Lia?! Apa kabar?”“Alhamdulillah baik, Mbak!”Keduanya berpelukan dengan erat. Terpancar sinar kebahagiaan dari wajah wanita berhijab itu.“Silakan duduk.” Zahra menarik bangku untuk tamu specialnya.“Terimakasih, Mbak.”“Iya. Sama-sama.”Kemudian Zahra mengambil tempat duduk di seberang. Kini keduanya saling berhadapan.“Oh, ya. Kamu mau pesan apa?” Zahra memberikan buku menu kepada Lia.“Avocado juice sama manggo and banana smoothies.” Jawab Lia sembari mendorong perlahan buku menu tanpa membacanya.“Oke. Untuk makan siangnya kamu mau pesan apa?”“Itu saja sudah cukup, Mbak. Bagiku itu sudah menjadi menu untuk makan siangku.”“Apa kau tidak makan nasi?’ Zahra bertanya penuh selidik sembari menatap tubuh Lia dari ujung kepala hingga ujung kaki. Body yang sangat sempurna dan ideal. Wajahnya juga terlihat bersih dan cerah.“Aku lagi mengurangi karbo, Mbak. Sudah lama tidak makan nasi. Semenjak Mas Budi ketahuan ada benjolan di kepala dan juga riwayat diabetes dan hipertensi dari almar

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   237. HUBUNGAN ANTARA ELANG DAN LIA

    Elang terperanjat. Pria itu tak mengira jika akan mendapat pertanyaan yang begitu menohok. Sesaat hanya bisa terdiam. Mengenang masa itu hanya akan membuat luka lama yang sudah terkubur, kembali terbuka.“Kenapa diam?!” pertanyaan sang istri membuyarkan lamunan.“Tidak ada apa-apa di antara kami. Yang aku tahu dia itu adiknya Budi. Betul’kan?” Elang berkilah. Dia berusaha untuk menghindar dari pertanyaan.“Itu benar. Yang aku tanyakan hubungan di antara kalian!” Zahra mempertegas pertanyannya.Elang menarik napas dalam. Dadanya terasa sesak seolah tak ada oksigen yang masuk ke dalam organ pernafasannya.“Sudahlah. Aku mau mandi dulu!” Elang menepuk pipi sang istri dengan lembut dan senyum yang sedikit dipaksakan.“Elang! Jangan menghindar! Jujurlah dan jawab pertanyaanku!” Zahra mencekal pergelangan tangan suaminya dengan sedikit meninggikan ucapan.“Aku sudah menjawabnya! Apa lagi yang harus dijawab!” Elang mengibaskan tangannya dengan kasar hingga terlepas dari genggaman tangan sang

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   236. BERTEMU SESEORANG

    Gadis berparas ayu nan anggun itu menghentikan langkah saat mendengar seseorang yang memanggil namanya. Kini tatapan matanya tertuju ke arah suara yang memanggilnya. Sejenak mengamati wajah Zahra yang kini semakin pucat dan tirus. “Mbak Zahra?!”“Iya. Kau masih mengenaliku, Lia?” tanya Zahra dengan wajah berbinar.“Tentu saja. Apa kabar, Mbak?”“Kabar baik. Kamu sendiri bagaimana?”“Alhamdulillah, aku baik-baik saja. Mmm ... sepertinya Mbak terlihat lebih langsing. Dan membuatku hampir saja tak mengenali Mbak.” Gadis cantik itu ternyata bukan hanya cantik pada parasnya saja. Melainkan juga mempunyai sopan santun dan etika yang baik. Walau dari melihat fisiknya saja dia tahu jika wanita di hadapannya sedang tidak baik-baik saja. Namun ucapannya tidak menyinggung perasaan.“Bilang saja kurus kering, karena tubuhku ini sedang digerogoti oleh penyakit yang berbahaya,” jawab Zahra dengan tersenyum kecut. Ada rasa nyeri yang berarang di dada.Zahra tahu jika Lia tak ingin menyakiti perasaan

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   235. TERPAKSA SETUJU

    “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu, Elang! Aku yang sekarang bukan lagi istri yang bisa kau banggakan. Aku kini penyakitan dan tidak cantik lagi. Bahkan nanti setelah kemoterapy, rambutku akan mengalami kerontokan. Aku takkan cantik lagi. Dan aku yakin kau akan jijik denganku dan pasti meninggalkanku. Setidaknya jika kau menikah sekarang, aku takkan lebih sakit hati jika masa itu datang. Aku tak mau kau meninggalkanku di saat aku terpuruk.” Zahra menangis terisak. Dia tak sanggup lagi membayangkan jika lelaki yang dicinta akan pergi meninggalkannya.Elang mendekap sang istri dan mengecup puncak kepalanya.“Sayang, aku berjanji kepadamu kalau aku takkan pernah meninggalkanmu dalam keadaan apapun. Hanya maut yang dapat memisahkan kita. Aku mohon percayalah padaku, Sayang.”Zahra semakin terisak. Dalam pelukan lelakinya dia menumpahkan segala kesedihan dan rasa takut. “Aku takut kalau aku akan meninggal, Lang!”“Istighfar. Semua makhluk bernyawa pasti akan pergi meninggal

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   234. SYARAT YANG DI AJUKAN

    Zahra dan suami selesai menunaikan ibadah sholat tahajud. Keduanya memanjatkan do’a kepada sang pencipta.Elang berdo’a untuk kesembuhan sang istri tercinta. Hanya itu harapan terbesar satu-satunya untuk saat ini. Tak ada keinginan lain selain kesembuhan sang bidadari.Zahra pun sama khusyuknya dalam berdo’a. Do’a yang dipanjatkan tak hanya untuk dirinya sendiri. Tak lupa pula dia memohon kepada sang pencipta untuk kebahagiaan suaminya. Terutama dengan syarat yang akan diajukan olehnya untuk sang suami.Zahra sudah memikirkan matang tentang rencananya. Setelah melalui pemikiran panjang, keputusan terberat harus di ambil demi sang suami. Semoga saja ini yang terbaik untuk semuanya.“Sayang. Apa kau sudah selesai berdo’a?” pertanyaan Elang membuat Zahra terkejut.“Sudah,” jawab Zahra dengan gugup sembari mengecup punggung tangan suaminya.“Apa kau akan membicarakan syarat yang kau ajukan sekarang atau nanti?’ Elang menembak langsung dengan pertanyaan. Dia memang tak bisa berbasa-basi da

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   233. KANKER OVARIUM

    Elang berdo’a dengan begitu khusyuk. Dia sangat berharap jika Tuhan mengabulkan do’a untuk kesembuhan istrinya. Di setiap rintihan do’a tiada henti menyebut nama istri tercinta.Dalam jarak yang tak terlalu jauh, sayup terdengar suara seorang pria yang cukup familiar di telinga Elang. Do’a yang dipanjatkan begitu tulus dan menggugah jiwa.Elang menajamkan telinga untuk mendengar do’a yang membuatnya larut dalam kesedihan. Do’a seorang ayah yang berharap untuk kesembuhan putrinya.“Ya. Alloh. Hamba mohon berikanlah kesembuhan untuk putri hamba. Dia adalah separuh dari nyawa yang ada dalam raga ini. Hamba tak sanggup melihat putri hamba menderita. Jika Engkau berkenan, Hamba bersedia menukar nyawa hamba demi kesembuhannya. Hamba ikhlas Ya Alloh. Hamba ikhlas.” Suara pria itu bergetar dalam isak tangis. Dia pun bersujud dan menumpahkan kesedihan di atas sajadah yang membentang.Elang terkejut mendengar do’a dari insan yang penuh harap. Dia menyadari jika suara itu milik ayah mertuanya. K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status