Share

6. Asha Mengagumi Marchel

"Maaf ya mas, aku sudah salah menilai kamu.." ujar Asha sambil menatap Marchel yang ada di depannya

"Salah menilai kenapa Asha?" tanya Marchel dengan heran

Mereka berdua saling pandang, namun Marchel mengalihkan pandangannnya, pandangan Asha begitu menggetarkan hatinya. Baru kali ini Marchel merasakan ada wanita yang memiliki daya tarik memang sesuai dengan seleranya, namun dia sadar kalau Asha kekasih bosnya. Asha belum menjawab pertanyaan Marchel.

Marchel pamit ke toilet dan Asha masih duduk di ruang tamu. Asha masih bertanya-tanya dalam hatinya tentang perubahan sikap Marchel yang begitu drastis. 

Setelah dari toilet, Marchel bertanya pada Asha:

"Kita pesan makanan online aja ya, kamu mau pesan apa sha? Sekalian buat Narti juga.."

"Aku pesan makanan Indonesia aja mas, jangan yang junk food deh."

"Okey ... eh kamu belum jawab pertanyaan mas tadi.."

Mereka kembali duduk di ruang tamu, Asha masih diam tidak merespon permintaan Marchel, dia merasa kikuk menghadapi Marchel yang sikapnya datar-datar aja.

"Kenapa mas tiba-tiba berubah drastis banget? Yang tadinya begitu hangat, kok sekarang jadi dingin gitu?" Asha malah berbalik bertanya.

"Asha, suatu saat mas akan ceritakan, jangan sekarang ya ... yang penting hati mas sama kamu gak berubah."

Asha begitu kaget mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Marchel, hatinya berbunga-bunga namun reaksi itu tidak dia perlihatkan pada Marchel. Asha tidak berusaha untuk mempertanyakan apa maksud dari ucapan Marchel tersebut, sementara Marchel sangat berharap Asha meminta penjelasan dari ucapannya.

Terdengar tangisan Brama dari kamar, Narti bawa Brama keluar dan memberikannya pada Asha.

"Brama haus sepertinya mbak, memang udah waktunya menyusu." ujar Narti

"Sini Narti, kamu siapin piring-piring buat kita makan ya.."

Tanpa sungkan-sungkan Asha sengaja menyusui Brama di depan Marchel, belahan dadanya terlihat oleh Marchel. 

"Maaf ya mas ... aku sudah anggap mas sebagai bagian dari hidupku.."

Kali ini Marchel yang hatinya berbunga-bunga, dia merasa sinyal yang dia berikan lewat ucapan tadi bisa difahami oleh Asha. Asha pandangannnya tertuju pada Brama, sementara Marchel memanfaatkan situasi itu untuk menatap ke arah dada Asha yang begitu menggodanya.

"Apa sih yang ada di hati mas melihat aku dan Brama?"

Marchel kaget dengan pertanyaan Asha, dan dia merasa belum mampu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Marchel hanya terdiam, ada perasaan iba terlintas dibenaknya melihat Asha dan Brama. Dia berpikir kalau Asha sebetulnya sudah cukup beruntung menjadi simpanan Bram.

"Mas pikir aku menikmati ya hidup seperti ini?" tanya Asha lebih lanjut. "Kalau aku punya pilihan, aku gak mau mas, om Bram sangat baik, aku takut gara-gara aku rumah tangga Om Bram jadi berantakan." lanjut Asha

Pesanan mereka sudah sampai di lobby, Marchel segera turun untuk mengambilnya. Dalam perjalanan turun, Marchel terus memikirkan ucapan Asha, dan memikirkan keadaan Asha. Namun dia belum menemukan solusi untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan Asha.

Ada keinginannya berterus terang pada Asha bagaima perasaannya, namun sekarang bukan waktu yang tepat, dan juga dia belum terlalu mengenal Asha lebih jauh. Marchel juga harus memikirkan bagaimana sikap orang tuanya, jika mereka tahu kalau Asha bukanlah gadis lagi.

Mereka sudah selesai makan siang, dan makannya pun sudah lewat waktunya. Asha menggendong Brama, sementara Narti beres-beres meja makan.

"Asha ... mas harap kamu jangan ada pikiran yang engak-enggak ya sama mas, gak ada yang berubah Asha.." ucap Marchel

"Ya mas, aku cuma gak suka mas jaga jarak sama aku.."

"Asha, mas ini laki-laki normal, mas takut terlalu dekat sama kamu jadi kebablasan ntarnya." jelas Marchel

"Lho!! Salahnya dimana mas? Wajar toh kalau antara mas sama aku terjadi sesuatu? Kita masih sama-sama muda!!"

"Ya gak wajarlah, kamukan miliknya Om Bram atasan mas, bisa durhaka dong mas.." balas Marchel dengan bercanda.

Keduanya kembali terdiam, Asha mulai mengagumi sikap Marchel yang sangat menjaga kepercayaan Bram, tidak ingin menghianati Bram.

"Mas merasa gak pantas ya mencintai aku? Karena aku bukan perempuan baik-baik?" tanya Asha dengan sedih

"Kamu gak boleh bicara gitu Asha, suatu saat kamu akan dapat jawabannya dari semua masalah ini, yang jelas kita ini baru kenal beberapa hari, kamu belum tahu seperti apa keburukan mas.." jawab Marchel

Marchel sedang sibuk dengan hapenya untuk berkoordinasi dengan stafnya di kantor, karena Om Bram sedang tidak berada di Indonesia. 

"Mas sibuk sama pekerjaan di kantor ya?" tanya Asha penasaran.

"Gak sih, ini cuma koordinasi pekerjaan rutin aja kok." jawab Marchel sambil tangannya terus sibuk membalas pesan masuk.

Keduanya kembali terdiam, Asha masih menggendong Brama yang sudah tertidur, Asha mengantar Brama ke kamarnya dengan di temani Narti. 

Asha keluar dari kamar Brama, dia kembali mendekati Marchel, dan bermanja-manja dengan Marchel. Reaksi Marchel tetap dingin dan sewajarnya.

"Mas ... peluk aku dong, pengen banget merasakan kasih sayang laki-laki yang mencintai aku." rayu Asha

Marchel memenuhi permintaan Asha, dipeluknya Asha dengan penuh kasih sayang. Namun sebaliknya reaksi Asha memperlihatkan gairahnya.

"Asha, mas ingin kita tetap bisa menjaga batas ya, tapi kamu jangan salah sangka sama mas, mas akan lakukan itu suatu saat kalau kamu sudah halal bagi mas."

Marchel masih memeluk Asha, dan satu tangannya membelai rambut Asha yang begitu indah dan beraroma wangi

Tiba-tiba pintu apartemen ada yang buka dari luar, Asha dan Marchel langsung menoleh serentak ke arah pintu, mereka kaget melihat siapa yang berada di depan pintu.

Bersambung..

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rita Yemni
mls bcnya.pts2
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status