Selesai sarapan, Asha dan Marchel duduk di ruang tamu, seperti biasanya Asha dengan manja merayu Marchel, agar segera di halalkan, karena dia sudah sangat ingin bercinta dengan Marchel.
Sebagai laki-laki yang belum pernah mengumbar syahwatnya, dan belum pernah make love, Marchel tergolong hebat dalam menahan dirinya, padahal sudah berbagai usaha dilakukan Asha, untuk memancing gairah Marchel.
"Mas gimana dengan usul aku kemarin? Aku sudah ingin banget bercinta sama kamu."
"Sabar aja Sha, mudah-mudahan usaha Om Bram berhasil, mas ingin merasakan bagaimana nikmatnya malam pertama."
"Tapi akukan udah gak tahan mas, kamu itu sangat menggoda banget." rayu Asha. "Selama ini aku cuma melakukannya sama Om Bram, belum pernah
Bayang-bayang yang menakutkan menghantui pikiran Asha, dia banyak melihat realitas hidup yang sulit menerima ketidak-setaraan dalam strata sosial, dia sangat menyadari kalau berasal dari masyarakat yang strata sosialnya jauh di bawah keluarga Marchel. Dia bisa menikmati kemewahan hidup, hanya karena kebaikan hati Bram, dan dia tidak menyangka kalau Bram mau memerlakukannya dengan sangat manusiawi. Sekarang, di depan matanya sudah akan hadir sebuah kenyataan hidup, yang sama selalu di luar dugaannya. Dia hanya hidup seperti air yang mengalir, tidak pernah tahu akan berlabuh di muara yang mana. Kadang kehendak Tuhan memang selalu berbeda dengan keinginan manusia. Sebagai wanita yang baru beranjak dewasa, rasanya Asha belum mampu berpikir seperti apa dia harus menghadapi kenyataan yang akan dihadapinya nanti.
Marchel berusaha memberikan argumentasi, untuk memperkuat posisi Asha. Dari kamar, sayup-sayup Asha juga mendengarkan apa yang menjadi perbincangan Marchel dan kedua orang tuanya. Asha merasa sangat pesimis kalau kehadirannya ditengah keluarga Marchel bisa diterima. "Yang keturunan indo itu ibunya Asha ya chel?" Tanya Mami Marchel "Ya mi, makanya Asha pun agak indo juga, kalau ayah Asha dari Sumatera, Asha jago masak lo mi, tantenya usaha catering untuk wedding, makanya Asha kuliah di perhotelan, jurusan tata boga." Jawab Marchel "Pantesan kamu gak pernah makan di rumah ya, udah gak doyan masakan mami?" "Seenak-enaknya masakan mami, tetap aja aku harus hargai masakan isteriku mi."
Mobil Marchel sudah memasuki area perumahan bibi Asha. Marchel mencari parkiran, karena mereka harus berjalan lagi kedalam gang, kearah rumah bibi Asha. Brama masih lelap tertidur, di pangkuan Asha.Di depan sebuah toko yang tutup tidak jauh dari gang rumah tante Asha, Mobil Marchel di parkir, hanya di situ yang lebih memungkinkan untuk parkir. Marchel mengambil Brama dari pangkuan Asha, dia menggendong Brama menuju rumah tante Asha.Sampai di depan rumah bibi Asha, sambil mengucapkan salam, Asha mengetuk pintu rumah bibinya,"Assalamu'alaikum.. ""Wa alaikum salam.." suara bibi Asha menyahut dari dalam. Bibi Asha keluar membukakan pintu"Wah ... ada cucu nenek
Asha dan Marchel duduk berdampingan di depan meja yang sudah dikemas begitu bagus, di dekor sedikit dengan pita dan bunga. Asha masih terheran-heran dengan sistuasi itu, cuma dia tidak berani buka suara. Salah satu ustadz yang duduk di seberang Asha dan Marchel mulai membuka suara, "Pak Marchel jadi ini mempelai wanitanya ya?" tanya Ustad. "Kalau gitu kita mulai saja ya. Namanya siapa mbak?" "Asha Dwiyanti ustad, " jawab Asha "Pak Marchel sudah siap ya?" Mendengar pertanyaan ustad tersebut Asha menjadi bertanya-tanya dalam hatinya. Akhirnya ustad memimpin acara ijab kabul antara Marchel dan Asha, dan Marchel pun dengan sangat lancar mengikuti apa yang diucapkan ustad. Baru Asha sadar kalau dia baru melaksanakan acara akad nikah secara siri dengan Marchel.
Asha begitu senang, karena sudah dinikahi secara sah oleh Marchel, tidak ada lagi halangan yang mempersatukan mereka. Marchel sebagai lelaki yang belum pernah sama sekali menyentuh wanita secara fisik, dia pun mempersiapkan diri untuk melayani Asha di malam pertama. Memang agak aneh rasanya, seorang lelaki yang tampan, anak tunggal, dari keluarga yang kaya raya, tapi masih melajang di usia yang seharusnya sudah patut menikah. Memang Marchel laki-laki yang kurang bergaul asalnya, pikirannya baru terbuka setelah di didik dengan keras oleh Bram. Lingkungan keluarga Marchel sangat selektif dalam pergaulan, sehingga Marchel pun terbiasa seperti itu. Tidak salah orang tua Marchel menitipkan magang di perusahaan Bram, sambil bekerja dia diberikan kesempatan untuk memperluas pergaulan. Kalau saja sejak awal dia dipertemukan dengan Petty anak Bram, bisa jadi Petty merupakan cinta pertamanya. Tapi rupanya Asha yang beruntung, karena Asha adalah perempuan yang pertama,
Asha mulai merespon cumbuan Marchel dengan penuh nafsu, sehingga bagian kewanitaannya mulai basah. Marchel kurang melakukan fore play, sehingga liang kewanitaan Asha tetap kering, saat Marchel penetrasi. Tapi setelang liang kewanitaan Asha basah, dengan mudah Marchel melakukan penetrasi. Asha sangat menikmati persenggamaan pertama mereka, begitu juga Marchel. Malam pertama tersebut, tidak cuma satu ronde mereka tuntaskan, atas permintaan Asha, akhirnya mereka bersenggama sampai tiga ronde, dan Asha benar-benar puas, dan Marchel adalah laki-laki yang mampu memberikan kepuasan pada Asha, berbeda dengan Bram, dimana Asha cuma lebih kepada menghibur Bram, meskipun dia sendiri tidak puas. Marchel perlu kasih tahu Bram, kalau dia sudah nikahi Asha secara Siri, supaya Bram tidak lagi ganggu Asha yang sudah jadi isteri Marchel. Marchel menemui Bram di ruang kerjanya, Bram sangat senang dengan keseriusan Marchel terhadap Asha.
Ada kekuatiran Asha terhadap kehadiran Petty anak Bram, yang secara tiba-tiba muncul di kantor. Dibandingkan dirinya, jelas Petty pastinya lebih dalam segala-galanya. Sehingga ketika Marchel cerita tentang Petty ada kecemburuan dihatinya.Namun dengan kedewasaan Marchel, dia bisa membuat Asha menepis kecumburuannya, sehingga kadang dia sedikit terhibur oleh Marchel."Asha, kamu harus kenal dengan sifat aku, aku bukan tipe laki-laki yang mudah pindah kelain hati. Bayangkan aja, aku sekian lama menjomblo tapi, begitu ketemu kamu, aku kepikiran untuk tidak menjomblo lagi." Marchel berusaha menyanjung Asha"Aku sampai minta kamu sama Om Bram, itu semua karena pandangan pertama aku, kamu cinta pertama aku Asha." lanjut Marchel
Hari masih sangat pagi, saat Petty datang kerumah orang tua Marchel di Pondok Indah. Petty ingin menjemput Marchel, dia tidak tahu kalau Marchel tidak tinggal di rumah orang tuanya lagi. Begitu mobilnya masuk ke halaman rumah orang tua Marchel, Petty melepaskan Bra-nya.Petty yang tampil dengan hotpan dan tank top, yang dilapis cardigan sebagai penutup pakaiannya begitu terbuka dan seronok. Dia pikir dia akan ketemu dengan Marchel pagi itu, dengan dandanan seperti itu dia berharap, bisa menarik perhatian Marchel.Petty memencet bell yang ada di samping pintu masuk rumah orang tua Marchel, pada saat dia ingin memencet bell yang ketiga kalinya, pintu terbuka dan Mami Marchel yang muncul. Mami Marchel agak kaget melihat gadis yang ada di depannya dengan dandanan seadanya, juga tanpa menggunakan bra.