Orlando tersentak saat mendengar suara debuman benda jatuh. Pria itu mundur beberapa langkah menjauhi tepi gedung sembari berteriak. Air mata yang tadi mengalir pun langsung berhenti. Kala dia menemukan seorang wanita terkapar tak berdaya, Orlando langsung berlari menghampiri.
“A...apa-apaan ini?” gumamnya tergagap. “Apa yang terjadi? Kenapa kamu jatuh dari atas sana? Apa yang terjadi?!”
“Hei, Nona! Bangunlah! Kamu tidak mati, kan?”
Siapa yang tidak panik jika menemukan seseorang jatuh dari langit? Apalagi, atap gedung ini adalah tempat yang ingin Orlando jadikan sebagai kenangan terakhirnya sebelum bunuh diri.
Namun, dia malah dikejutkan dengan pemandangan benda jatuh dari langit. Dan ternyata itu adalah seorang wanita!
“Nona, apa kamu baik-baik saja? Kamu masih bisa bernapas?” Orlando memberanikan diri mengulurkan tangan saat melihat dada perempuan itu kembali naik turun.
Beberapa luka terbuka dengan darah segar terlihat begitu jelas. Pemandangan itu membuat Orlando harus menahan mual.
“Apa aku harus memanggil ambulans?” batin Orlando gusar. Segera dia meraba kantong celananya, dan baru ingat kalau ponsel pintarnya sudah dia hancurkan.
“Bodoh, bodoh, bodoh!” Orlando memukul kepalanya berkali-kali.
Beberapa menit lalu, Orlando sangat putus asa sampai ingin mati. Dia sudah mengundurkan diri dari tempat bekerja, meninggalkan surat terakhir di apartemen, juga menghancurkan telepon genggamnya.
Semua itu Orlando lakukan karena ia lelah. Hidup sebatang kara di muka bumi tentu saja membuatnya kesepian. Dia selalu dicampakkan oleh wanita dengan kejam. Belum lagi, baru-baru ini Orlando difitnah telah melakukan penggelapan dana oleh rekan kantornya.
Dunia berlaku tidak adil baginya. Semua hancur dalam hitungan detik. Status Orlando berubah menjadi buronan. Wajahnya tercetak pada selebaran poster yang ditempel di setiap sudut kota. Hal itu membuatnya harus bermain petak umpet setiap hari.
Daripada mendekam di balik jeruji besi sampai membusuk, Orlando lebih memilih mati. Siapa yang akan menjamin kehidupannya akan membaik jika ia menyerahkan diri? Terlepas dari itu, Orlando bukanlah pelakunya.
Rasa bimbang Orlando terpaksa harus berakhir saat melihat tubuh wanita di hadapannya mendadak kejang. Lelaki itu mundur. Tangannya terlentang ke depan dengan waspada.
“Hei, Nona! Apa yang terjadi padamu?! Tolong jangan menakutiku!” pekik Orlando.
Tubuh wanita itu kejang hingga dadanya terangkat ke udara. Dia juga mengeluarkan suara seperti orang tercekik.
Orlando mematung sesaat melihat kejadian itu. Sampai akhirnya, dia menahan tubuh wanita tersebut agar kembali berbaring di lantai. Orlando mengeluarkan sapu tangan dari saku jaketnya, menggulung kain tersebut, kemudian memasukkannya ke dalam mulut wanita itu.
“Maafkan aku, Nona! Aku tidak tahu separah apa penyakit ayanmu. Hanya ini yang bisa aku lakukan!” seru Orlando dengan sebelah tangan menahan sapu tangan, dan tangan yang lain menahan tubuh perempuan tersebut agar tidak kejang lagi.
Beberapa menit berlalu dengan posisi seperti itu. Tubuh wanita di hadapannya mulai kembali lunglai. Namun, kelegaan di mata Orlando tidak berlangsung lama.
Luka-luka di wajah serta tubuh wanita itu tiba-tiba saja menutup secara perlahan. Orlando memekik dan langsung menjauh. Lagi, dia membeku menyaksikan pemandangan magis yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
****
Kaliya membuka mata dengan usaha keras. Sakit di sekujur tubuh langsung bisa ia rasakan begitu sadar. Ingatan tentang perlawanannya dengan Lucifer, membuat Kaliya mengumpat kecil.
“Iblis sialan,” gumamnya sebal.
“Kamu sudah bangun?”
Suara pria asing membuat mata Kaliya spontan melebar. Diliriknya dengan cepat, dan dia mendapati seseorang tengah duduk beberapa langkah di hadapannya.
Kaliya bangkit. Insting memburunya langsung timbul jika melihat makhluk yang tidak ia kenali. Sayangnya, aksi Kaliya harus gagal ketika sesuatu menahan kedua pergelangan tangannya.
“Wow, wow, tenanglah, Nona! Maaf karena aku merantaimu seperti itu, tapi kamu sedikit terlihat berbahaya.”
“Apa yang kamu bicarakan? Lepaskan aku, manusia sialan!”
“Hei, tidak baik menghina orang seperti itu. Lagi pula, seharusnya kamu berterima kasih padaku.”
“Aku tidak pernah berterima kasih, dan meminta maaf kepada siapa pun! Apalagi kepada manusia rendahan sepertimu! Lepaskan aku sekarang juga!” desis Kaliya dingin.
Orlando merinding saat mendengar nada perintah yang amat mendominasi. Meski begitu, dia tetap teguh pada pendiriannya. Dia tidak akan melepaskan wanita aneh ini sampai bala bantuan datang.
“Ja-jangan bertingkah! Aku sudah melaporkanmu kepada polisi. Jika berani menyakitiku, kamu akan menyesalinya!” ancam Orlando. Dia kembali mundur seperti pengecut.
“Polisi?” Dahi Kaliya mengerut. “Apa itu?”
“Jangan bercanda, Nona. Orang bodoh sepertiku saja tahu apa itu polisi!”
Kaliya menggeleng. Rasa sakit masih menjalar di sekitar punggungnya. Tangannya berusaha menarik-narik rantai agar terlepas.
“Dengar, manusia. Aku berjanji tidak akan melukaimu. Kamu harus melepaskanku sekarang juga,” ucap Kaliya lemah.
“Tidak! Bagaimana mungkin aku bisa melepaskan seorang monster?”
“Monster apa maksudmu?”
“Jujur saja padaku, Nona. Kamu seorang monster, kan? Benar, kan? Jika kamu seorang manusia, tidak mungkin luka di tubuhmu bisa sembuh dengan sendirinya!” seru Orlando memberanikan diri.
Kaliya termenung, lalu berdecak kecil. “Dasar manusia bodoh. Memangnya kenapa kalau aku seorang monster? Kamu ingin membunuhku, hah?”
****
Manusia di hadapannya semakin tergagap. Melihat itu, Kaliya tersenyum kecil. Dia kembali menarik-narik tangannya dengan kuat agar bisa melepaskan diri.“Tidak! Berhenti bergerak atau aku akan membunuhmu!” seru Orlando dengan suara gemetar.“Manusia sepertimu berani membunuhku? Hahaha. Dari luar saja kamu sudah terlihat lemah!”“Aku tidak lemah! Aku menggendongmu dari gedung itu sampai ke sini. Lalu ... lalu aku juga memiliki stik golf pribadi! Aku tidak lemah!”“Menjijikkan. Berhentilah mengoceh seperti pecundang!” cibir Kaliya muak. “Cepat lepaskan aku atau nyawamu akan melayang malam ini!”Keras kepala, Orlando menggeleng cepat. Dia berlari ke ruangan lain, lalu kembali dengan sebuah stik golf di tangan.“Aku tidak bercanda saat aku bilang memilikinya,” ujarnya sembari bersiaga dengan posisi seperti orang yang akan memukul.“Cih. Baiklah, baiklah. Aku perc
Orlando dan petugas polisi di sana langsung berteriak. Mereka mendekati jendela dan melihat ke bawah. “Apa wanita itu sudah gila? Kenapa dia malah melompat?!” “Sudah aku bilang kan, kalau wanita itu aneh!” seru Orlando ketakutan. Mata mereka terus mencari ke jalanan di bawah sana. Namun, mereka tidak menemukan satu tubuh pun yang terkapar. “Apa-apaan ini? Kamu menyuruhnya bunuh diri di hadapan kami?” bentak petuga kepolisian sambil menatap Orlando dengan marah. “Ti-tidak! Tentu saja tidak, Sir! Harus saya katakan berapa kali lagi kalau perempuan itu aneh! Dia seorang monster!” “Sir, saya akan mencari ke bawah,” ujar petugas yang satunya. Setelah mendapat anggukan, dia segera berlari dari sana. Orlando kembali menatap ke bawah melalui jendela. Meski ini larut malam, lampu jalanan dan penerangan dari beberapa kedai masih terlihat bersinar. Hal itu membuat Orlando bisa mendapati pemandangan apa pun dengan jelas. Namun, tubuh wanit
“Apa yang kalian tunggu? Cepat lawan perempuan itu!” jerit salah satu dari mereka.Tanpa menunggu lama, mereka mulai menyerang Kaliya secara bersamaan. Meski seluruh tubuh Kaliya sakit, kekuatan iblis tentu saja lebih besar dari pada kekuatan manusia.Maka dari itu, Kaliya dengan mudah membanting mereka, menendang tubuh mereka hingga terpental, bahkan ia mampu membuat senjata besi yang mereka bawa menjadi hancur.“Aku tidak main-main soal mencabik jantung kalian, lho! Jangan berani macam-macam denganku!” seru Kaliya marah. Kilat kemerahan menyorot dari matanya.Seorang gadis yang tadi bergabung dengan mereka, kini malah memojokkan diri di antara jajaran tong sampah. Bau pendosa yang sudah busuk, kini semakin menyiksa usai berpadu dengan tumpukan limbah rumah tangga.“Kenapa kamu bersembunyi seperti itu?” gumam Kaliya lembut. Dia berjalan mendekat dengan langkah ringan. “Bukankah tadi kamu sangat ini menyera
“Lepaskan aku, Lucifer!” ucap Katarina terengah-engah.Penampilan perempuan itu sangat lusuh dan kacau. Lucifer bahkan hampir tidak mengenali Katarina jika bukan anak buahnya yang berkata.“Dari mana kalian menemukan wanita ini?” tanya Lucifer kepada bawahannya.“Dia sedang dalam perjalanan melarikan diri ke kerajaan iblis timur, Tuanku.”“Kerja bagus. Buatkan dia sangkar yang luas!”“Baik, Tuan!” Anak buah Lucifer menunduk hormat. Kemudian mereka mengalihkan perhatian kepada Katarina.Katarina didorong ke lantai hingga tersungkur. Beberapa pasukan iblis itu kemudian mengeluarkan tombak mereka masing-masing. Dari ujung tombak mereka mengalir cahaya merah legam yang berbentuk seperti sulur-sulur tipis, kemudian bergabung dan membentuk jeruji secara perlahan. Beberapa saat kemudian, sangkar luas telah menaungi tubuh Katarina dengan sempurna.“Apa yang kamu lakukan, Lucife
“TIDAK!” teriak Katarina saat cahaya api kemerahan yang begitu besar, menghempas ke arah dirinya.Seketika, semuanya berubah menjadi gelap. Rasa terbakar menyelimuti seluruh tubuh Katarina. Padahal dia sendiri tercipta dari api neraka. Namun, dia tetap bisa merasakan kesakitan saat api milik Lucifer menyerang tubuhnya.Katarina dibawa tenggelam begitu dalam. Tubuhnya dilahap dengan ganas. Meski dia menjerit sekuat mungkin, tak akan ada yang bisa menolong Katarina. Tidak siapa pun.Dari kejauhan, tawa Lucifer terdengar begitu congkak dan arogan. Katarina juga bisa merasakan pukulan dan sengatan hebat di seluruh tubuhnya. Lucifer tidak memberikan jeda kepada Katarina untuk bernapas. Dia diserang secara terus-menerus.“Inilah akibatnya jika kamu kurang ajar padaku, Katarina!” Gema suara Luciifer terdengar.Bibir Katarina terbuka untuk berteriak. Tetapi satu suara pun tidak keluar.“Teruslah seperti itu, Katarina! T
Otomatis Orlando langsung ketakutan saat mendengar perkataan wanita tersebut. Dia menundukkan kepala dengan mata yang terpejam erat. Seolah dengan cara seperti itu, sosok perempuan mengerikan itu akan segera menghilang dari pandangannya.“T-tolong tinggalkan aku sendiri! Pergilah dari sini!” rengak Orlando ketakutan.“Hahaha. Apa yang sedang kamu lakukan? Apa dengan menutup matamu, lantas aku akan pergi? Lucu sekali!”Kaliya menggebrak kaca mobil dengan kuat. Seketika retakan memenuhi benda transparan itu.Orlando memekik. Dia kembali berteriak seperti perempuan.“Tolong! Tolong selamatkan aku! Aku belum mau mati, tolong selamatkan aku!” jeritnya dengan mata berkaca-kaca.Kaliya tertawa bahagia saat melihat pemandangan itu. Siapa yang menyangka bahwa manusia bodoh yang telah menyelamatkan dirinya, kini akan berada di bawah jeratan kukunya sekarang juga?Sebuah tinju ringan Kaliya layangkan ke arah k
Pengejarannya terhadap Orlando juga bukan tanpa alasan. Kala mengetahui jika membunuh manusia bisa membuatnya semakin kuat, Kaliya segera mengikuti ke mana aroma Orlando pergi.Ya. Kaliya ingat bagaimana busuknya bau Orlando. Jika di dunia iblis, semakin busuk suatu kaum, maka semakin kuat dan dipuji-pujilah mereka. Maka dari itu, Kaliya sempat bingung. Apakah Orlando adalah bagian dari iblis juga? Namun, kenapa Orlando bentukannya sangat manuasiawi sekali?“Siapa sebenarnya dirimu?” bisik Kaliya kepada lelaki itu.“Kenapa aku tidak bisa melukai orang bodoh sepertimu?”“Tentu saja kamu tidak boleh!” balas Orlando gemetaran.Mata Kaliya memicing saat tiba-tiba setitik cahaya muncul dari ujung jalan. Suara sirine menggema di tengah kegelapan malam.“Suara apa itu?” tanyanya panik.“I-itu suara mobil polisi, bodoh! Kamu akan segera ditangkap karena telah membunuh orang lain!”
“Tidak!” seru petugas kepolisian itu saat melihat Kaliya dan Orlando terjun dari jembatan.“Apa mereka sudah gila?” ujar yang lain masih syok.“Bagaimana ini, Sir?”“Cepat hubungi bala bantuan, dan beri tahu mereka untuk mencari di setiap hilir sungai!”“Baik, Sir!”Aparat kepolisian itu juga mulai mengevakuasi tubuh beberapa polisi lain yang sudah tidak bernyawa. Laporan ke kantor pusat sudah diberikan. Mereka mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dan segera melapor jika menemukan wanita dengan kekuatan aneh.Potret wajah Kaliya juga sempat tertangkap oleh kamera black box. Maka dari itu, Kaliya dan Orlando resmi menjadi buronan.***Suara gemericik aliran air beserta kicauan burung berhasil membuat seluruh indra Kaliya kembali berfungsi.Perempuan itu terhenyak. Dia langsung bangun dan mendapati pemandangan kumuh di sekelilingnya.