Manusia di hadapannya semakin tergagap. Melihat itu, Kaliya tersenyum kecil. Dia kembali menarik-narik tangannya dengan kuat agar bisa melepaskan diri.
“Tidak! Berhenti bergerak atau aku akan membunuhmu!” seru Orlando dengan suara gemetar.
“Manusia sepertimu berani membunuhku? Hahaha. Dari luar saja kamu sudah terlihat lemah!”
“Aku tidak lemah! Aku menggendongmu dari gedung itu sampai ke sini. Lalu ... lalu aku juga memiliki stik golf pribadi! Aku tidak lemah!”
“Menjijikkan. Berhentilah mengoceh seperti pecundang!” cibir Kaliya muak. “Cepat lepaskan aku atau nyawamu akan melayang malam ini!”
Keras kepala, Orlando menggeleng cepat. Dia berlari ke ruangan lain, lalu kembali dengan sebuah stik golf di tangan.
“Aku tidak bercanda saat aku bilang memilikinya,” ujarnya sembari bersiaga dengan posisi seperti orang yang akan memukul.
“Cih. Baiklah, baiklah. Aku percaya manusia sepertimu tidak lemah. Tolong bisa lepaskan rantai ini? Tanganku benar-benar sakit!”
“Sudah kubilang, aku tidak akan melepaskanmu!”
“Hah!” seru Kaliya jengah. “Aku memintanya secara baik-baik, dan kamu masih tidak mau melakukannya?”
“Tidak sebelum kamu menjelaskan siapa dirimu,” jawab Orlando gigih.
Kaliya membuang napas kasar. Sebagai putri dari iblis ternama, Kaliya bisa saja menyuruh pasukannya untuk menghukum setiap makhluk yang merendahkan dirinya. Dia juga bisa membakar manusia dan tempat kumuh ini jika mau.
Tetapi, kekuatan Kaliya tidak mau keluar. Sedari tadi, dia berusaha mengeluarkan kobaran api dari tangannya, namun itu tidak berhasil. Yang ada, rasa terbakar malah makin menyebar di punggungnya.
“Kenapa diam saja? Beri tahu aku, siapa dirimu!” Orlando kembali menyeru dan berhasil membuat Kaliya kembali sadar.
“Mengapa kamu sangat ingin tahu? Bukankah seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu sampai menculikku seperti ini?”
“A-apa? Aku tidak menculikmu! Kamu tiba-tiba jatuh dari langit, dan ... dan terluka, dan ....”
“Bisakah kamu bicara dengan benar? Jangan buat aku makin berpikir bahwa manusia memang bodoh!” bentak Kaliya. Dadanya naik turun akibat emosi.
“Dan lukamu sembuh dengan sendirinya,” ucap Orlando pelan. “Siapa dirimu sebenarnya? Makhluk apa dirimu ini? Jika kamu tidak jatuh dari langit dan mengalihkan perhatianku, seharusnya aku sudah mati.”
Bibir Kaliya mengerucut kala melihat raut sedih pada wajah Orlando.
“Jadi kamu kecewa karena tidak jadi mati? Astaga, mengapa manusia di muka bumi tidak pernah bersyukur?”
“Apa maksudmu?” tanya Orlando tersinggung.
Kaliya mengedikkan bahu tak acuh. “Kehidupan adalah anugerah terbesar yang diberikan oleh Tuhan. Dan kamu malah ingin membuangnya? Cih. Inilah kenapa aku sangat benci terhadap manusia!”
Belum sempat Orlando menjawab, suara ketukan dari luar terdengar. Orlando melirik tajam ke arah Kaliya.
“Diam di sini dan jangan bertingkah apa pun. Aku benar-benar akan menyerahkanmu kepada polisi!” Orlando bergegas pergi untuk membuka pintu apartemen.
Kaliya mendengus sebal. Dia tidak tahu polisi itu makhluk seperti apa. Yang jelas, nada bicara Orlando membuatnya sangat tersinggung. Kaliya tidak suka diancam seperti itu oleh siapa pun. Dia ini keturunan iblis Azazel yang terakhir. Derajatnya bahkan lebih tinggi dari keturunan iblis mana pun.
“Aku harus pergi!” batin Kaliya. “Sebisa mungkin aku harus sembunyi dan memulihkan diri. Setelah itu, aku akan menghancurkan Lucifer!”
“Tapi bagaimana dengan batu itu? Aku melihatnya pecah dan menyebar! Aish, kenapa aku ceroboh sekali?”
Kaliya terus bergumam lalu memejamkan mata. Dia kembali mencoba memusatkan seluruh fokusnya pada satu titik. Perempuan itu merasakan energi di dalam tubuhnya mulai naik. Dari ujung kaki, kemudian mengalir melalui aliran darah, mulai menyebar menuju dada, dan—
“ARGH!” Kaliya memekik kesakitan. Rasa panas di punggungnya kembali menyerang.
Meski begitu, Kaliya tetap melanjutkannya. Dia adalah wanita iblis terkuat. Seharusnya rasa sakit seperti ini bukanlah apa-apa.
Kaliya tetap fokus mengumpulkan energinya pada satu titik. Beberapa saat kemudian, percikan api kecil muncul dari telapak tangan dan menjalar ke pergelangan tangannya. Lidah api mungil itu mulai melilit rantai yang mengekang, lalu meleburnya hingga menjadi abu.
Kedua tangan Kaliya terlepas. Perempuan itu langsung menghembuskan napas lega. Dengan cepat, Kaliya bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke mana Orlando sebelumnya pergi.
Samar-samar, dia mendengar beberapa suara manusia yang sedang bercakap-cakap. Semua makhluk pasti memiliki naluri untuk waspada. Maka dari itu, Kaliya mempertajam penglihatannya dan mendapati dua manusia lain sedang berbincang dengan pemuda yang menculiknya.
Saat ketiga orang itu mendekat, Kaliya mundur beberapa langkah. Di tangan manusia yang mungkin adalah seorang polisi, terdapat dua lingkaran besi yang menggantung. Insting Kaliya dengan cepat tahu, bahwa benda itu digunakan untuk menangkap dirinya.
“Saya tidak bohong, Sir. Perempuan ini aneh! Dia tiba-tiba jatuh dari langit dalam keadaan terluka parah, kemudian saya melihat lukanya menutup sendiri!” ujar Orlando berapi-api.
Kedua petugas polisi yang datang hanya saling melempar pandang. Dalam pikiran mereka, Orlando mungkin tampak seperti orang yang memiliki gangguan jiwa. Karena itu, untuk mempersingkat waktu, akhirnya polisi tersebut meminta untuk masuk.
Orlando terus saja berceloteh. Dia tidak tahu jika telinga tajam Kaliya bisa mendengar semuanya.
Kaliya kembali berlari ke dalam kamar. Dia melirik ke arah jendela besar yang terbuka.
“Itu dia, Sir! Tolong tangkap perempuan itu!”
Tersentak, Kaliya menoleh ke arah Orlando dan dua polisi tadi.
“Baiklah, Nona. Bisakah kita bicara sebentar?” tanya salah satu petugas polisi sembari mendekat.
“Jangan bermimpi!” ucap Kaliya dingin. “Aku tidak bicara dengan manusia rendahan sepertimu!”
Usai mengatakan itu, Kaliya segera berlari dan menembus jendela hingga kacanya pecah berkeping-keping.
****
Kaliya hanya bisa mengernyitkan dahi ketika melihat kepergian manusia itu. Entah kenapa, nada bicara Orlando sangat tak enak didengar oleh gendang telinganya.“Apa-apaan itu tadi? Kenapa ekspresi Orlando juga berubah seperti itu?”Meski sempat bingung dengan reaksi dari manusia tersebut, Kaliya memilih untuk tidak mengkhawatirkannya.Kondisi perut dan suasana hatinya sudah berubah-ubah. Dan perempuan iblis itu tidak mau menambah pikirannya karena Orlando.Di sisi lain, Orlando berjalan masuk ke dalam hutan. Pria itu kemudian membuang napas kasar beberapa kali. Rasa kecewa tampak jelas di matanya.“Kalau kamu membenci Lucifer, lantas kenapa kamu membiarkan iblis itu menjamah dirimu, Kaliya?” gumam Orlando.Orlando menatap rimbun pepohonan di depannya. Saat menemukan sebuah pohon dengan batang yang besar, entah kenapa ia ingin sekali menghampiri pohon tersebut dan melayangkan tinjunya di sana.Namun, Orlando bukanlah lelaki seperti itu. Dia hanyalah manusia lemah yang bahkan orang-orang
“Huweeek!” Kaliya mendadak muntah. Dia mencoba menutup hidungnya, tapi aroma busuk itu semakin membuatnya tak bisa mengontrol diri.“Astaga, Kaliya! Apa yang terjadi padamu?” seru Orlando panik.Mendengar keributan yang mereka timbulkan, Alex dan Hannah pun segera menghampiri mereka.Saat melihat keadaan Kaliya yang tiba-tiba saja muntah seperti itu, tentu saja keduanya merasa khawatir. Hannah langsung memegangi kedua bahu Kaliya, takut-takut wanita iblis itu mendadak pingsan. Sementara itu, Orlando membantu memijat bagian belakang leher Kaliya.“Ada sesuatu di sana!” seru Orlando kepada Alex. “Mungkin sesuatu itu yang membuat Kaliya muntah-muntah seperti ini!”“Kalau begitu bawa Kaliya kembali ke tempat peristirahatan,” ujar Alex. “Masalah di sini biar aku yang selesaikan.”“Tapi Alex—”“Tidak apa-apa, Hannah.” Alex tersenyum ke arah wanita ular itu. Dia berusaha untuk membuat Hannah tenang.“Aku akan baik-baik saja. Aku dan Foxie akan mengurus ini semua. Kamu dan Orlando harus memba
“Aku tidak yakin akan hal itu, Orlando.” Kaliya menjawab sembari menatap ke arah api unggun di depannya.Sesekali, wanita iblis itu menjulurkan tangan sehingga ia bisa memainkan api tersebut.“Bagaimana kalau kita berjalan-jalan ke negara lain?” cetus Hannah tiba-tiba.Semua perhatian langsung tertuju pada wanita ular tersebut.“Apa maksudmu, Hannah?” tanya Kaliya sambil mengerutkan dahi.“Ya, kau tahu. Aku berpengalaman dalam berburu pria, ingat? Dalam prosesnya, aku selalu berkelana dari satu hutan ke hutan lain, dan itu aku lakukan bukan hanya di satu negara. Jadi bila kau ingin menemukan permata itu lebih cepat, kau tidak boleh diam di tempat terlalu lama, Kaliya.”“Jadi kamu ingin kami pergi berkelana?”“Ya, benar. Apa itu terdengar sulit bagimu? Aku yakin hal itu bukanlah ide yang buruk.”Kaliya melirik ke arah Orlando dan Alex. Kedua rekannya itu tampak memikirkan saran dari Hannah. Mau tak mau, Kaliya juga ikut memikirkannya. Mulai dari bagaimana cara pergi mengelilingi dunia
Hannah tak bisa menyembunyikan senyuman bahagia di bibirnya. Ketika Kaliya membebaskannya dari kandang gaib, wanita ular itu langsung meneriakkan nama Alex.Akibat kelakuan wanita ular itu, Alex yang sedang berburu pun langsung berlari secepat angin.“Hannah!” seru manusia serigala itu begitu melihat Hannah.“Alex!”Keduanya berlari untuk saling menghampiri kemudian mereka berpelukan. Bukan hanya pelukan biasa, melainkan pelukan yang amat erat. Kaliya yang melihatnya pun bahkan sampai takut jika Alex dan Hannah bisa saling meremukkan tulang masing-masing.“Bisakah kalian tidak bertingkah seperti ini di depanku?” cetus Kaliya sebal.Hannah dan Alex pun terpaksa melepaskan pelukan mereka. Senyum lebar menghiasi bibir masing-masing, dan itu menambah rasa sebal di benak Kaliya.“Maaf, Kaliya. Kami hanya terlalu senang,” ujar Alex membela diri, atau lebih tepatnya membela kelakuan mereka.Kaliya hanya mendengus pelan, kemudian wanita iblis itu memutuskan untuk memberi waktu kepada Alex dan
“Aku bisa menjadikan semua keturunan Hannah sebagai pengikutku!” serunya lagi.“Ya, benar! Kamu bisa melakukan itu, Kaliya!”Wanita iblis itu kemudian tertawa bahagia. Sebuah tawa yang sangat khas. Anehnya, Orlando malah senang bila Kaliya tertawa seperti itu. Meskipun Orlando tahu bahwa Kaliya memiliki rencana liciknya sendiri.Setelah diskusi singkat itu, Kaliya dan Orlando kembali menghampiri Hannah. Tanpa basa-basi, Kaliya segera mengatakan maksud dari rencananya.“Hannah,” panggil wanita iblis itu.Hannah yang tengah duduk sambil merenung pun mendongak. Sepasang matanya tampak berbinar karena lapisan air mata. Ekspresi kelabu yang menghiasi wajahnya membuat Kaliya jadi merasa bersalah.Tapi, Kaliya tidak akan tunduk dengan mudah tentu saja. Selama hidupnya sebagai iblis, dia selalu mengupayakan berbagai cara agar hubungan yang ia miliki dengan makhluk lain bisa memberikan benefit tersendiri untuknya.“Kaliya,” balas Hannah pelan.“Aku sudah memikirkannya matang-matang.”“Sungguh?
Kaliya berdecak kesal. Dia tidak suka dengan perdebatan kecil di depannya. Menurut Kaliya, apa yang dilakukan oleh Alex dan Hannah itu terlalu dramatis. Dan Kaliya benci melihatnya!“Kaliya?”Tiba-tiba Kaliya merasakan sentuhan di lengan atasnya. Dia langsung melirik, dan mendapati wajah tampan Orlando.“Mari bicara sebentar,” ucap lelaki itu. “Kamu tidak perlu memberikan keputusan secara buru-buru. Aku yakin Alex dan Hannah akan mengerti, kalau kamu juga butuh mempertimbangkan permintaan mereka.”“Ya, benar.” Kaliya menyahut. “Beri aku waktu untuk memikirkan itu semua. Sebelum aku memberi keputusan, kalian dilarang bertemu!” serunya kemudian dia memanggil Foxie.“Foxie! Bawa Alex untuk kembali berburu, dan jangan kembali ke sini sebelum aku memanggil!”Foxie mengaum singkat, lalu serigala itu menarik-nari celana Alex dengan giginya.Alex sendiri tidak menjawab. P