Share

Terjerat Cinta Berondong Bucin
Terjerat Cinta Berondong Bucin
Penulis: Septy

Bab 1 Prolog

Tiga tahun yang lalu...

 Plakk..

Sebuah tamparan menggema di sebuah kamar, jeritan tangis seorang bayi terdengar semakin keras karena melihat ibunya di perlakukan kasar oleh ayahnya sendiri. Wajah wanita itu memerah, bibirnya terlihat lebam dan ujung bibir terlihat robek. Sudut bibir itu berdarah, rambut wanita itu acak-acakan. Tak berhenti disitu, pria itu kembali mencekik istrinya dengan kebencian. Merapatkannya ke tembok kamar, air mata wanita itu meleleh dengan sendirinya. Ia tak dapat berkata sepatah kata pun. Sakit, itu yang ia rasakan saat ini. Pria itu tak memperdulikan jerit tangis anak mereka yang masih berumur satu tahun. Ia terus mencekik istrinya serta mengucapkan kata kasar dan penghinaan yang menyakitkan.

"Dasar wanita jalang! Dasar murahan! Aku akan membunuhmu!" Bayu terus mencekik Dinda dengan amarah yang telah menguasainya.

"Am.. puun.. aaa.. ku tak ber..salah." Suaranya terengah-engah di sela cekikan Bayu yang seperti sedang kesetanan. Dinda mencoba menjelaskan, tapi Bayu tak pernah mendengarkan penjelasan apapun dari mulut Dinda. Bayu tak melepaskan tangannya dari leher wanita yang masih sah menjadi istrinya.

Pintu kamar terbuka, terlihat beberapa orang terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka.

"Bayu lepaskan!" Teriak seorang pria seraya berlari mendekati keduanya. Seorang wanita yang merupakan Ibu Bayu ikut masuk dan menggendong putri mereka yang menjerit menangis sedari tadi. Pria yang merupakan tetangga mereka itu, menarik Bayu ke belakang. Melepaskan cekikan Bayu di leher Dinda, 

"Bayu istighfar! Kamu bisa membunuh Dinda!" Pria itu menarik tangan Bayu untuk menjauh. 

"Biarkan aku membunuh wanita jalang itu! Biar dia tau siapa aku!" Teriaknya seraya berusaha melepaskan cekalan tangan tetangganya.

"Sudah Bayu! Ceraikan saja wanita tidak tau diri itu. Ibu tidak mau kamu masuk penjara hanya karena wanita jalang itu. Ceraikan dia Bayu!" Jerit Ibu Bayu dengan emosi yang tinggi.

"Kak, aku tidak punya hubungan apapun dengan Pak Bambang." Dinda mencoba menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi. Selama ini, Bayu sering mengamuk dan berkata kasar jika sedang marah. Dia selalu cemburu buta, tanpa mendengarkan penjelasan apapun. Terlebih Ibu Bayu yang selalu menjelekkan Dinda di depan Bayu. 

"Sudahlah Bayu. Jangan dengarkan wanita jalang ini! Biarkan dia bebas berkeliaran dengan pria manapun yang dia mau. Aku pun tidak sudi jika lebih lama mempunyai menantu seperti dia!" Ucap Ibu Bayu dengan sinis. Ia masih menggendong cucunya yang tak berhenti menangis. 

"Keluar kau dari rumah ini! Dasar wanita murahan!" Ibu Bayu mengusir Dinda tanpa belas kasih. Di saksikan beberapa tetangga yang bergerombol ingin tahu. Mereka menonton adegan menyedihkan itu dengan sangat antusias.

"Bu.." Dinda memelas, memohon belas kasih dari mertuanya.

" Jangan pernah panggil aku Ibu! Aku bukan Ibumu! Ibumu sudah membusuk dalam tanah!" Ujar mertuanya dengan bengis. Wajahnya penuh dengan kebencian. Hati Dinda sangat sakit mendengar ucapan mertuanya. Cukup sudah selama ini ia selalu dihina dan di maki, hidup dua tahun serumah dengan mertua yang membencinya. Tak ada pembelaan dari Bayu, ia hanya menatap Dinda dengan mata memendam amarah yang belum surut. Selama ini pun, tak pernah sekalipun Bayu membela Dinda jika Ibunya memaki Dinda. Jika Dinda berbagi cerita, Bayu akan cepat marah bahkan membanting barang yang ada di dekatnya. Hal itulah yang membuat Dinda menyimpan lukanya sendiri karena percuma jika ia berbagi lukanya pada suami yang diharapkan bisa menjadi tempat ternyaman baginya. Yang ada, hanya akan memperbesar masalah dan menambah luka.

"Baik, aku akan pergi. Dari awal, aku memang tak pernah di terima disini." 

"Bagus. Pergi sekarang juga dan jangan pernah kembali!" sahut Ibu mertuanya dengan angkuh.

Tak ada pembelaan sama sekali dari Bayu. Ia hanya memandang Dinda kebencian yang menggunung. Tak ada rasa iba ketika melihat perempuan yang telah hidup bersamanya selama beberapa tahun ini. Yang tinggal di hatinya hanya kebencian yang dan hasrat ingin membunuh wanita itu.

Dinda pergi. Seraya menggendong putri semata wayangnya hasil pernikahan dengan Bayu. Membawa serta luka yang ditorehkan oleh Bayu dan Ibunya. Tak pernah ia menyangka sebelumnya, orang yang teramat ia cintai akan membuatnya menjadi seperti ini.

  Orang yang ia harapkan untuk membuatnya bahagia, ternyata hanya memberi luka dan trauma yang mendalam. Ia tak mengerti mengapa Bayu berubah setelah menikah, janji tinggallah janji. Janji akan melindungi hanyalah omong kosong. Justru Bayu lah yang menjadi penyebab Dinda tersakiti. Bukan hanya fisik, tapi juga batin yang sangat sulit di obati.

Seorang wanita muda menatap bocah yang ada dalam pelukannya, membelai rambut putri kesayangannya dengan lembut. Hatinya teriris mengenang kejadian tiga tahun lalu, dimana rumah tangganya hancur begitu saja hanya karena kesalahpahaman dan suami yang cemburu buta. Wanita muda itu ialah Dinda Fitriah, yang tiga tahun silam mendapatkan perlakuan buruk oleh mantan suami dan Ibu mertuanya. Meskipun Dinda berusaha menjadi istri dan menantu yang baik, tapi ia selalu salah di mata mereka. Kini, ketika ia sudah baik-baik saja dan bahagia, mantan suaminya kembali dan mengusik kehidupannya. Ingin merajut kembali cinta yang telah hancur disaat Dinda mati-matian menghilangkan rasa trauma akan cinta. 

"Aku mohon maafkan aku, Din. Aku sudah berubah, aku tidak akan kasar lagi padamu Din" ucap Bayu sang mantan suami yang tiga tahun silam menyakitinya. Entah ada angin apa, siang ini pria itu mengunjungi kediamannya. Lebih tepatnya rumah Ayahnya, karena setelah kepergiannya dari rumah orangtua Bayu, Dinda tinggal bersama Ayahnya dan Nadira anak hasil pernikahannya dengan Bayu.

"Maaf, aku tidak bisa." Jawab Dinda dingin. Luka yang ia torehkan belum sepenuhnya sembuh, apakah ia tega menambah luka baru di hati Dinda? Dinda tak habis pikir dengan mantan suaminya itu.

"Ini demi Nadira. Apa kamu tidak kasihan dengan Nadira yang tumbuh tanpa seorang Ayah?" 

Dinda tersenyum sinis.

"Kasihan? Aku lebih kasihan jika mempunyai Ayah seperti kamu!" ucap Dinda dengan lantang dan sangat menusuk. Masih teringat jelas bayangan ketika Bayu marah, Nadira yang masih sangat kecil menjadi pelampiasan kemarahannya. Tubuh kecil itu harus menahan rasa sakit akibat pukulan Ayahnya.

Sungguh, hati Dinda masih sakit sampai sekarang. Dia rela ketika di pukul atau dimaki oleh Bayu, tapi ia tak akan rela jika anaknya juga mendapatkan perlakuan buruk dari Bayu Ayah kandungnya.

"Aku janji akan berubah! Aku akan menyayangi kalian, aku tidak akan menyakiti kalian." Bayu meraih jemari Dinda, tapi dengan cepat Dinda menepisnya.

"Jangan pernah sentuh aku!" Dinda memperingatkan. Melihat wajah Bayu saja ia sudah merasa jijik, apalagi jika harus di sentuh oleh pria itu.

Wajah Bayu terlihat memerah menahan marah, tapi Bayu dengan cepat berusaha menguasai diri. Ia ingin membuktikan bahwa ia tidak seperti dulu lagi. Ia ingin Dinda kembali padanya, ia sangat menyesal dan merasakan bahwa hidupnya hampa tanpa Dinda dan Nadira. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status