WARNING!! 21+ "Aku tak pantas untukmu Mas!" Ucap Dinda dengan suara parau. Hatinya terasa nyeri saat mengatakannya. "Aku ini janda! Usia kita juga berbeda jauh. Carilah wanita yang lebih muda dan pantas bersanding denganmu Mas!" Bulir bening itu luruh begitu saja di wajah cantik berumur 30tahun itu. Sedangkan pria yang berdiri tak jauh darinya hanya menatapnya sedih menahan sesak di dada. "Mas tidak akan pernah pergi. Mas akan tetap bertahan. Meski kamu berhenti berjuang, tidak dengan Mas. Mas akan terus berjuang agar bisa bersamamu." Mata pria itu tak melepaskan pandangannya pada kekasih yang amat di cintai. "Mas tak pernah mempermasalahkan status dan usia. Mas tulus mencintaimu. Please, bertahan dengan Mas! Kita lewati semuanya bersama-sama." Cinta beda usia, manis namun rumit. Jika cinta sudah terpatri dalam hati, usia tak kan jadi alasan untuk tidak saling mencintai. Dinda Fitriah, seorang janda muda beranak satu harus terjebak dalam percintaan dengan seorang berondong. Keduanya saling mencintai dengan level kebucinan tingkat tinggi. Kembalinya sang mantan suami dan terhalang restu orangtua membuat kisah cinta pasangan beda usia ini menjadi rumit. Dapatkah mereka berdua bertahan? Ataukah kisah cinta mereka harus berakhir karena terhalang restu dan perbedaan usia di antara keduanya?
View MoreTiga tahun yang lalu...
Plakk..
Sebuah tamparan menggema di sebuah kamar, jeritan tangis seorang bayi terdengar semakin keras karena melihat ibunya di perlakukan kasar oleh ayahnya sendiri. Wajah wanita itu memerah, bibirnya terlihat lebam dan ujung bibir terlihat robek. Sudut bibir itu berdarah, rambut wanita itu acak-acakan. Tak berhenti disitu, pria itu kembali mencekik istrinya dengan kebencian. Merapatkannya ke tembok kamar, air mata wanita itu meleleh dengan sendirinya. Ia tak dapat berkata sepatah kata pun. Sakit, itu yang ia rasakan saat ini. Pria itu tak memperdulikan jerit tangis anak mereka yang masih berumur satu tahun. Ia terus mencekik istrinya serta mengucapkan kata kasar dan penghinaan yang menyakitkan.
"Dasar wanita jalang! Dasar murahan! Aku akan membunuhmu!" Bayu terus mencekik Dinda dengan amarah yang telah menguasainya.
"Am.. puun.. aaa.. ku tak ber..salah." Suaranya terengah-engah di sela cekikan Bayu yang seperti sedang kesetanan. Dinda mencoba menjelaskan, tapi Bayu tak pernah mendengarkan penjelasan apapun dari mulut Dinda. Bayu tak melepaskan tangannya dari leher wanita yang masih sah menjadi istrinya.
Pintu kamar terbuka, terlihat beberapa orang terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka.
"Bayu lepaskan!" Teriak seorang pria seraya berlari mendekati keduanya. Seorang wanita yang merupakan Ibu Bayu ikut masuk dan menggendong putri mereka yang menjerit menangis sedari tadi. Pria yang merupakan tetangga mereka itu, menarik Bayu ke belakang. Melepaskan cekikan Bayu di leher Dinda,
"Bayu istighfar! Kamu bisa membunuh Dinda!" Pria itu menarik tangan Bayu untuk menjauh.
"Biarkan aku membunuh wanita jalang itu! Biar dia tau siapa aku!" Teriaknya seraya berusaha melepaskan cekalan tangan tetangganya.
"Sudah Bayu! Ceraikan saja wanita tidak tau diri itu. Ibu tidak mau kamu masuk penjara hanya karena wanita jalang itu. Ceraikan dia Bayu!" Jerit Ibu Bayu dengan emosi yang tinggi.
"Kak, aku tidak punya hubungan apapun dengan Pak Bambang." Dinda mencoba menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi. Selama ini, Bayu sering mengamuk dan berkata kasar jika sedang marah. Dia selalu cemburu buta, tanpa mendengarkan penjelasan apapun. Terlebih Ibu Bayu yang selalu menjelekkan Dinda di depan Bayu.
"Sudahlah Bayu. Jangan dengarkan wanita jalang ini! Biarkan dia bebas berkeliaran dengan pria manapun yang dia mau. Aku pun tidak sudi jika lebih lama mempunyai menantu seperti dia!" Ucap Ibu Bayu dengan sinis. Ia masih menggendong cucunya yang tak berhenti menangis.
"Keluar kau dari rumah ini! Dasar wanita murahan!" Ibu Bayu mengusir Dinda tanpa belas kasih. Di saksikan beberapa tetangga yang bergerombol ingin tahu. Mereka menonton adegan menyedihkan itu dengan sangat antusias.
"Bu.." Dinda memelas, memohon belas kasih dari mertuanya.
" Jangan pernah panggil aku Ibu! Aku bukan Ibumu! Ibumu sudah membusuk dalam tanah!" Ujar mertuanya dengan bengis. Wajahnya penuh dengan kebencian. Hati Dinda sangat sakit mendengar ucapan mertuanya. Cukup sudah selama ini ia selalu dihina dan di maki, hidup dua tahun serumah dengan mertua yang membencinya. Tak ada pembelaan dari Bayu, ia hanya menatap Dinda dengan mata memendam amarah yang belum surut. Selama ini pun, tak pernah sekalipun Bayu membela Dinda jika Ibunya memaki Dinda. Jika Dinda berbagi cerita, Bayu akan cepat marah bahkan membanting barang yang ada di dekatnya. Hal itulah yang membuat Dinda menyimpan lukanya sendiri karena percuma jika ia berbagi lukanya pada suami yang diharapkan bisa menjadi tempat ternyaman baginya. Yang ada, hanya akan memperbesar masalah dan menambah luka.
"Baik, aku akan pergi. Dari awal, aku memang tak pernah di terima disini."
"Bagus. Pergi sekarang juga dan jangan pernah kembali!" sahut Ibu mertuanya dengan angkuh.
Tak ada pembelaan sama sekali dari Bayu. Ia hanya memandang Dinda kebencian yang menggunung. Tak ada rasa iba ketika melihat perempuan yang telah hidup bersamanya selama beberapa tahun ini. Yang tinggal di hatinya hanya kebencian yang dan hasrat ingin membunuh wanita itu.
Dinda pergi. Seraya menggendong putri semata wayangnya hasil pernikahan dengan Bayu. Membawa serta luka yang ditorehkan oleh Bayu dan Ibunya. Tak pernah ia menyangka sebelumnya, orang yang teramat ia cintai akan membuatnya menjadi seperti ini.
Orang yang ia harapkan untuk membuatnya bahagia, ternyata hanya memberi luka dan trauma yang mendalam. Ia tak mengerti mengapa Bayu berubah setelah menikah, janji tinggallah janji. Janji akan melindungi hanyalah omong kosong. Justru Bayu lah yang menjadi penyebab Dinda tersakiti. Bukan hanya fisik, tapi juga batin yang sangat sulit di obati.
Seorang wanita muda menatap bocah yang ada dalam pelukannya, membelai rambut putri kesayangannya dengan lembut. Hatinya teriris mengenang kejadian tiga tahun lalu, dimana rumah tangganya hancur begitu saja hanya karena kesalahpahaman dan suami yang cemburu buta. Wanita muda itu ialah Dinda Fitriah, yang tiga tahun silam mendapatkan perlakuan buruk oleh mantan suami dan Ibu mertuanya. Meskipun Dinda berusaha menjadi istri dan menantu yang baik, tapi ia selalu salah di mata mereka. Kini, ketika ia sudah baik-baik saja dan bahagia, mantan suaminya kembali dan mengusik kehidupannya. Ingin merajut kembali cinta yang telah hancur disaat Dinda mati-matian menghilangkan rasa trauma akan cinta.
"Aku mohon maafkan aku, Din. Aku sudah berubah, aku tidak akan kasar lagi padamu Din" ucap Bayu sang mantan suami yang tiga tahun silam menyakitinya. Entah ada angin apa, siang ini pria itu mengunjungi kediamannya. Lebih tepatnya rumah Ayahnya, karena setelah kepergiannya dari rumah orangtua Bayu, Dinda tinggal bersama Ayahnya dan Nadira anak hasil pernikahannya dengan Bayu.
"Maaf, aku tidak bisa." Jawab Dinda dingin. Luka yang ia torehkan belum sepenuhnya sembuh, apakah ia tega menambah luka baru di hati Dinda? Dinda tak habis pikir dengan mantan suaminya itu.
"Ini demi Nadira. Apa kamu tidak kasihan dengan Nadira yang tumbuh tanpa seorang Ayah?"
Dinda tersenyum sinis.
"Kasihan? Aku lebih kasihan jika mempunyai Ayah seperti kamu!" ucap Dinda dengan lantang dan sangat menusuk. Masih teringat jelas bayangan ketika Bayu marah, Nadira yang masih sangat kecil menjadi pelampiasan kemarahannya. Tubuh kecil itu harus menahan rasa sakit akibat pukulan Ayahnya.
Sungguh, hati Dinda masih sakit sampai sekarang. Dia rela ketika di pukul atau dimaki oleh Bayu, tapi ia tak akan rela jika anaknya juga mendapatkan perlakuan buruk dari Bayu Ayah kandungnya.
"Aku janji akan berubah! Aku akan menyayangi kalian, aku tidak akan menyakiti kalian." Bayu meraih jemari Dinda, tapi dengan cepat Dinda menepisnya.
"Jangan pernah sentuh aku!" Dinda memperingatkan. Melihat wajah Bayu saja ia sudah merasa jijik, apalagi jika harus di sentuh oleh pria itu.
Wajah Bayu terlihat memerah menahan marah, tapi Bayu dengan cepat berusaha menguasai diri. Ia ingin membuktikan bahwa ia tidak seperti dulu lagi. Ia ingin Dinda kembali padanya, ia sangat menyesal dan merasakan bahwa hidupnya hampa tanpa Dinda dan Nadira.
“Kau?” Rio melepaskan genggamannya dan berdiri, mengujam pria yang datang dengan marah. “Jangan pernah berpikir untuk menikahi Dinda, karena Dinda hanya milikku! Selamanya dia akan tetap menjadi milikku. Jadi, jangan pernah bermimpi terlalu tinggi!” tegasnya tanpa ampun. “Ya ampun! Setelah dua orang ini membuatku terkejut, sekarang kamu juga datang mengejutkanku. Apa kalian bertiga mau aku benar-benar mati mendadak karena jantungan?” keluh Amira seraya memijat kepalanya yang terasa berdenyut. Wanita itu menggelengkan kepala, mendaratkan tubuhnya di sofa kecil yang ada di sudut ruangan. “Lebih baik aku di sini saja. Kalian lanjutkan saja drama percintaan yang tiada habisnya ini. Aku tidak ingin ikut campur, aku akan menjadi penonton saja.” ucapnya seraya menghela napas lelah. Sementara ketiga orang yang sedang berdiri itu hanya saling pandang. “Bayu, kenapa kau ada di sini?” tanya Dinda memecahkan keheningan serta kecanggungan yang terjadi di antara mereka. “Aku menjemput kamu.” J
“Apa? Maksudnya ... Dinda hamil anak Alvian?” tanya Rio terkejut.“Astaga aku keceplosan. Aku lupa ada manusia lain di sini.” Amira menepuk jidatnya dengan kencang.“Jawab aku! Apa benar Dinda mengandung anak Alvian?”Kedua wanita itu saling pandang, kemudian kompak kembali melihat pria satu-satunya yang ada di sana saat itu. Dengan wajah terkejut dan mata penuh tanda tanya serta kebingungan yang sangat kentara.Dinda menghela napas berat, sementara Amira memukul mulutnya karena merasa bersalah tidak bisa mengontrol ucapannya.“Maafkan aku, Din.” ujarnya lemah.“Kenapa minta maaf?”“Ya karena aku tidak bisa menjaga ucapanku.”“Sudahlah, jangan merasa bersalah. Lambat laun semua orang juga akan tahu, kan?”“Iya, tapi kan ....”“Apa yang sedang kalian bicarakan? Apa benar Dinda sedang mengandung anak si brengsek itu?” tanya Rio sekali lagi, kali ini dengan rasa marah yang akan meledak. Dinda terpekur menatap lantai berwarna putih yang berada di bawah. Meremas kedua jemari yang saling be
‘Cinta bukan tentang dua raga yang selalu bersama. Tapi tentang pengorbanan serta dua hati yang menerima kenyataan bahwa tak selamanya cinta akan berakhir Bahagia'***“Aku akan menikah.” ujar Dinda dengan suara serak. Wanita itu menunduk, menahan kuat-kuat air mata yang kembali menganak sungai.“Jangan bercanda, sayang. Ini sama sekali tidak lucu.” kata Alvian seraya tertawa kaku. Wanita yang di hadapannya hanya diam seribu basa, tak berani sekedar mengangkat kepala. Melihat ujung kaki yang kini mulai terasa dingin.“Sayang, jangan suka mengerjaiku. Kau tidak berubah, selalu sukses membuat jantungku seakan lepas karena kejahilanmu.” Alvian mengangkat wajah wanita itu, kembali menariknya dalam pelukan.“Aku tidak bercanda, mas.” kata Dinda lagi. Ia menggigit bagian bibir bawahnya dengan kuat, meremas jemarinya yang berkeringat.“Sayang, please. Aku baru kembali dan aku sangat merindukanmu. Aku ingin melepaskan rindu yang selama ini terpendam. Kau tahu? Aku bagaikan mayat hidup. Aku ha
Ketika dua hati yang saling merindu bertemu, meleburkan lara yang selama ini membelenggu. Tapi semua hanya lah sebatas cinta yang semu, saling merindu tapi cinta tak di izinkan menyatu. *** “Apa aku boleh duduk di sini?” tanya seorang pria berkemeja hitam, berdiri di hadapan Dinda seraya memasang wajah ramah penuh senyum. Tapi yang di tanya hanya diam tak merespon. Menatap jalanan yang ramai, penuh dengan kendaraan berlalu lalang. Ntah apa yang tengah di pikirkan wanita itu, sehingga tak menyadari seorang pria yang sedari tadi berdiri memandangnya. Merasa di abaikan, pria itu sengaja duduk di sebelah wanita yang sedang melamun itu. Menopang dagu dengan tangan sebelah kanan, netranya tak merasa jenuh memandang keindahan yang di ciptakan Tuhan. Meski terlihat sedikit pucat dan tanpa memakai make up, wajah Dinda malah terlihat cantik alami. “Cantik ... Dan kamu akan selalu cantik.” gumamnya seraya tersenyum. “Eh, siapa kamu?” suara Amira membuat Dinda dan pria itu terkejut. Pria it
Cinta ini akan tetap bersemayam di relung hati, Tak kan ku biarkan namamu mati. Ia akan tetap abadi, meski pun engkau telah pergi. ❤️❤️ “Sialan tu Si Alvian, sok suci banget jadi cowok. Kalo nggak karena hartanya, mana mau aku capek-capek ngejar dia!” seorang wanita berambut pirang dengan kesal menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk di sebuah apartemen. “Memangnya kenapa dia?” tanya seorang pria yang menghampirinya dengan membawa sebotol soda lalu memberikannya pada Amanda. “Kamu tahu sayang, dia itu terlalu dingin dan cuek. Aku tidak bisa sedikit pun merayunya. Bahkan aku sampai nyaris telanjang di depannya, tapi tidak ada sedikit pun ketertarikan di matanya!” wanita itu mendengus kesal. Meneguk soda yang telah di buka sebelumnya. “Wow ... Apa kau benar-benar melakukannya?” tanya sang pria dengan penuh selidik. “Iya, sayang. Aku bahkan menggodanya mati-matian. Meraba tubuhnya yang sangat ... Uhh atletis.” membayangkan betapa sempurnanya tubuh Alvian membuat wanita itu menggigit
“Pergi dari sini! Dasar wanita jalang!” seorang gadis yang nyaris telanjang jatuh terjerembab ke lantai setelah di hempaskan begitu saja oleh Alvian. Gadis itu meringis, menahan nyeri di lutut dan sikutnya yang memerah.“Dasar bajingan sok suci!” umpatnya kasar seraya menatap tajam pria yang berdiri di depan pintu kamar.Alvian berjongkok, meraih dagu gadis itu. Awalnya lembut, tapi lama-lama pria itu mencengkeram dagu Amanda dengan kuat sehingga kini gadis yang awalnya menatapnya dengan nyalang, kini meringis kesakitan.“Lepaskan brengsek!” teriak Amanda seraya memberontak. Berusaha melepaskan cengkraman tangan Alvian di dagunya. Tapi usahanya sia-sia karena tenaga Alvian lebih besar darinya. Sehingga ia hanya bisa meringis, menahan sakit.“Wanita murahan seperti kamu, tidak pantas ada di ranjangku! Kamu itu ... Pantasnya berada di rumah bordir. Atau menjadi simpanan om-om yang membutuhkan jasa kamu. Jadi ....” Alvian menggantung kalimatnya dan mencengkeram lebih kuat dagu wanita itu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments