Share

3

Kaluna Maharani Atmaji Putri POV

Aku berjalan keluar dari Mall bersama Hilda dan Ervin. Aku akui, Aku sedikit gugup awalnya ketika akan bertemu dengannya. Ternyata semua tidak terbukti karena Ervin sangat santai dan sama sekali tidak terlihat bahwa Ervin seorang bajingan, berengsek, atau laki laki yang memiliki pergaulan tidak benar. Aku bisa melihat wajahnya yang dominan memiliki raut wajah orang barat, dengan alis tebal, dan mata birunya yang hmm... Kalo bukan karena aku tau siapa dia, mungkin aku akan klepek-klepek.

Secara fisik, aku akui Hilda memang memiliki selera yang diatas rata rata. Karena aku yakin ketika aku berjalan bersama Ervin yang tingginya aku yakin diatas 180 cm, mungkin 185 centimeter tepatnya, badannya terbentuk sempurna hasil kerja keras dari gym selama bertahun tahun ini, orang sudah pasti melirikku dan akan berkata bahwa aku tidak pantas bersanding dengannya. Baru aku sadari pantas saja dia digemari oleh para sugar mommy yang mencari kenikmatan diluar rumah, lha wong bentuknya saja seperti ini, aku yang bukan sugar mommy saja bisa kepincut kalo nggak hati-hati jaga mata dan hati.

Diparkiran aku berpisah dari Hilda dan menuju mobil Ervin, aku menuju ke subuah Honda Jazz abu-abu dan aku masuk setelah Ervin membukakanku pintu. Kalo dipikir pikir ini merupakan salah satu sikap termanis dari laki laki yang pernah aku terima.

Ya Tuhan... Aku sereceh ini ternyata.

Selama perjalanan kami sejujurnya awalnya aku merasa canggung, bagaimana mungkin pertama kali bertemu dengannya, langsung diajak bertemu keluarganya, dan akan dikanalkan sebagai calon isterinya pula. oh My God, demi warga bikini bottom yang masih mandi walau mereka tinggal di dalam air, aku sangat gugup dan bingung harus seperti apa nantinya menghadapinya hingga aku dengar Ervin berdeham sebelum berbicara .

"Kalo enggak keberatan, mulai sekarang jangan panggil lo gue ya, panggil aku kamu biar lebih enak di denger dan alami."

"Oh, iya. Okay," kataku sambil tersenyum

"Kamu juga bisa panggil aku pakai mas, abang, sayang, babe, honey atau apapun terserah kamu."

"Kalo manggil berengsek juga boleh?"

Aduh, mulutku memang nggak bisa di kontrol. Terlalu lama bersama Hilda membuatku menjadi orang yang juga ceplas ceplos terkadang.

Justru tawa Ervin yang aku dengar memenuhi mobilnya sebelum akhirnya dia berkata, "Ya, kalo aku memang semenyebalkan itu, aku enggak masalah kamu panggil apa aja, toh itu panggilan sayang kamu ke aku."

Busettt... Aku yang mendengarkan kata kata ajaib Ervin hanya bisa menganga tidak percaya, laki laki yang sedang duduk disebelahku ini ternyata tipikal santai, tidak mudah tersinggung apalagi marah ternyata. Benar benar tipe emak emak berdaster.

"Btw, dirumah kamu ada siapa aja?"

"Cuma ada ibu, adek dan keponakanku s

aja, ayahku sudah meninggal 5 tahun yang lalu "

"Aku kaya gini aja gak papa?" Tanyaku sambil menunjuk penampilan diriku. Ervin hanya tersenyum dan mengusap kepalaku pelan dengan menggunakan tangan kirinya.

"Sudah lebih dari cukup. Kamu tenang saja, ibuku oranganya santai kok. Enggak akan protes kamu pakai apa aja selagi tidak sebugil waktu kamu dilahirkan ke dunia."

Oh, aku sadari kata kata Ervin barusan tergolong rada rada menjerumus ternyata.

Setelah perjalanan selama satu jam, kami sekarang ada di sebuah kawasan perumahan. Rumah yang aku masuki halamannya ini tergolong sederhana daripada rumah kedua orang tuaku, tapi cukup bersih dan terawat kalo dari apa yang kulihat. Aku masih menganalisis apa yang ada dihadapanku ini. Ketika aku dengar Ervin mengucapkan salam dan keluarlah seorang perempuan dengan wajah khas Indonesia, membawa seorang bayi laki laki berusia kisaran 6 bulan dan membalas salam Ervin. Tidak lama aku lihat ia menjabat tangan Ervin dan mencium punggung tangan Ervin .

"Lho mas Ervin tumben mampir kesini, eh ternyata mas Ervin bawa pacarnya ya, yuk Mbak, masuk jangan diluar aja ."

Kata perempuan tadi dan aku hanya bisa tersenyum sambil melangkahkan kakiku memasuki teras rumah tersebut. Di teras Ervin menungguku untuk masuk bersama. Ervin meletakkan telapak tangannya di punggungku agar aku melangkahkan kaki memasuki rumahnya dan dia melepaskanya ketika aku sudah duduk di kursi ruang tamu rumahnya. Di ruang tamu tersebut, aku bisa melihat foto keluarga Ervin .

"Kamu duduk sini dulu ya, aku kebelakang nyari ibu dulu."

Aku hanya mengangguk dan dengan itu aku sukses ditinggal sendirian di ruangan ini.

Sekitar lima menit aku sendirian datanglah perempuan tadi yang membawa anaknya. Ia membawakan minuman dan memperkenalkan diri, bahwa ia bernama Rinjani, aku bisa memanggilnya Jani.

"Wah, nama kamu seperti nama gunung ya?" tanyaku basa basi pada Jani.

"Iya, memang dulu almarhum ayah sangat suka mendaki. Maka dari itu ketika saya lahir, nama yang tercetus adalah nama salah satu gunung yang indah di Indonesia itu mbak. Btw, mbak pacarnya mas Ervin ya?"

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Jani, tiba tiba sudah ada yang mewakili untuk menjawab.

"Bukan pacar Jani, tapi Luna itu calon istriku."

"AH!! .... SERIUS MAS?"

Aku kaget dan untung telingaku tidak budeg setelah mendengar Jani berteriak di dalam rumahnya ini.

"Iya, serius, mas bakalan nikahin dia secepatnya, ini mas ke sini mau ngenalin ibu sama kamu ke Luna," Kata Ervin yang tangannya masih setia pada pegangan kursi roda ibunya.

Seketika sadar, aku lalu berdiri dari tempat dudukku dan berjalan untuk menyalami ibu Ervin

"Assalamualaikum bu, perkenalkan saya Kaluna, panggil saja Luna, calon isterinya Ervin."

"Wa'alaikum salam, saya Farida, ibunya Ervin, Ayo nak duduk lagi di sana," kata ibu Ervin mempersilahkan kembali duduk di kursi ruang tamu.

"Maaf ya, ibu duduk disini aja, soalnya ibu lemes, baru besok jadwal ibu untuk HD lagi."

Ketika mendengar itu, aku kaget, ibunya Ervin cuci darah, kira kira apa penyakitnya ibunya berhubungan dengan gagal ginjal pikirku

"Nak Luna, rumahnya dimana?"

"Saya asli Jogja dan tinggal disana bu."

"Orang tua masih lengkap?"

"Alhamdulillah masih bu."

"Kamu sudah tau pekerjaan Ervin nak Luna ?"

Tiba tiba dudukku menjadi tegak dan tanpa aku sadari kini aku menjadi sedikit lebih waspada mendengar pertanyaan ibu

"Sudah bu, Ervin model dan fotografer, kebetulan saya kenal Ervin ketika Ervin ngeJob di salah satu acara pernikahan yang kebetulan memakai WO saya sebagai penyelenggaranya."

Entah dari mana datangnya semua kata kata ajaib yang jelas jelas ngawur bin bohong alias ngapusi ini. Tapi aku temukan Ervin dan ibu tersenyum dengan jawabanku ini.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
renvana nikah cepat..langsung dikenalin calon istri ke keluarga
goodnovel comment avatar
Ria Fella
tambah seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status