Ervin Aditya POV
Kemarin siang aku mendapatkan telepon dari seseorang yang mengaku bernama Hilda, dia mengatakan mendapatkan nomerku dari Ayu, wanita yang belum lama ini aku puaskan di ranjang hingga mendapatkan banyak sekali klimaks. Aku memahami, biasanya orang meneleponku ke nomer handphoneku yang ini karena mereka mau menggunakan jasaku, sehingga aku paham sekali siapa mereka, tapi ada yang berbeda dari apa yang Hilda inginkan dariku, Hilda bilang bahwa dia sedang mencarikan suami untuk sahabatnya. Aku langsung tertawa dan Hilda menggeram diujung sana dari apa yang aku dengar di telepon yang menandakan bahwa dia tidak main-main dengan ucapannya. Dari yang disampaikan oleh Hilda temannya ini seorang pengusaha muda yang cukup sukses, dan tentunya wanita baik baik, dia hanya butuh aku menikahinya secara agama dan negara lalu dia akan membayarku.
Aku tau kalo aku adalah laki-laki bayaran, tapi entah kenapa hatiku merasakan sesak ketika ada wanita yang menawarkan padaku untuk menjadi suaminya, bukankah wanita baik-baik akan mencari pria baik-baik untuk dinikahi bukan seorang bajingan sepertiku ini, yang maaf-maaf saja hidupku pas-pasan, keluargaku bukan dari keluarga kaya raya, bahkan aku adalah anak yang lahir tanpa seorang ayah, yang aku tau ayahku adalah orang asing, sehingga itu menjadi point plusku karena aku berwajah lebih dominan bule daripada mirip orang asli negara ini.Siang ini aku janjian dengan Hilda untuk bertemu di sebuah Mall, ketika dia mengirimkan bosan W******p kepadaku bahwa dia ada di salah satu restoran di mall tersebut aku segera menuju ke sana. Setelah mencari cari, akhirnya aku temukan Hilda dan "calon istri" yang sedang asyik dengan makanan yang sedang di santapnya. Aku melihat Hilda melambaikan tangan kanannya ke atas, bermaksud memberitahukanku posisinya dan agar aku segera menuju kesana.
"Hai, Ervin ya, kenalin gue Hilda Amalia dan ini sahabat Gue, Kaluna," kata Hilda ketika aku sampai dimejanya dan langsung sapaan ramah yang aku dapat darinya sambil berjabat tangan dengan mereka berdua. Setelah itu mereka mempersilahkan aku duduk dan aku berhadapan dengan Kaluna, yang katanya cukup dipanggil Luna saja.
Kesan pertama aku melihat Luna adalah dia belum bisa ku sebut "sugar mommy" karena dari wajahnya yang awet muda dengan wajah khas wanita indonesia, eksotis, memiliki tinggi kurang lebih 168 cm, penampilannya pun cukup sederhana jauh dari kata glamor, beda dengan sahabatnya Hilda yang dari penampilannya orang sudah tau kalo dia dari kaum sosialita kelas atas. Hari ini aku melihat Luna jauh dari kata menor, hanya lip blam menghiasi bibirnya, tanpa make up, dan penampilannya hanya di balut kaos dan celana jeans panjang. Sungguh tidak terlihat bahwa ia adalah seorang pengusaha sukses. Cukup melihatnya keseluruhan dan menatap matanya beberapa detik ini, aku tau dia wanita baik-baik dan aku bersyukur tawaran itu jatuh kepadaku untuk menjadi suaminya walau ini pura-pura, aku tidak akan menolaknya."Kira-kira lo okay nggak sama yang gue terangin barusan Vin?" Kata-kata Luna membuatku tersadar ternyata aku sudah melamun cukup lama.
"Hmm... gimana?" Kataku yang membuat Luna memperhatikanku lebih dalam tapi dia mau mengulangi penjelasannya dengan sabar.
"Seperti yang dibilang Hilda kemarin sama lo, gue butuh suami dan Hilda bilang lo setuju, nah karena lo setuju, gue akan kasih rincian pembayaran yang bisa lo terima ketika menikah dengan gue, gue akan hitung bayaran setiap bulan sebesar 50 juta, jadi karena kontrak nikah kita selama setaun, gue akan kasih lo 600 juta. Pembayaran diawal sebagai DP gue akan bayar 50% nya dulu, setelah lo tanda tangani perjanjian kita ini. Gimana, lo setuju?" Melihatku yang masih diam saja Luna menambahkan.
"Kalo menurut lo 50 juta sebulan masih kurang gue bisa tambahin kok, lo mau berapa?"
"Nggak, gue setuju aja, asal lo juga setuju sama syarat gue?"
"Emang lo punya syarat apaan?"
"Sebelum gue nikahin lo, biar terasa ini bukan rekayasa, gue akan ajak lo ke keluarga gue buat dikenalin dan minta restu dari mereka. Untuk mahar pernikahan nanti gue mau, gue yang akan kasih itu ke lo. Gimana, lo setuju?"
Aku melihat Luna menganggukkan kepalanya, dan dia menyodorkan kertas HVS rangkap dua yang ketika aku baca isinya adalah klausa-klausa tentang kesepakatan yang dia inginkan dariku, lebih dari apapun aku tidak keberatan dengan satupun point di sana, bahkan yg lebih menggelikan lagi tertulis No Sex. Aku tersenyum, selama ini orang membayarku untuk sex, dan sekarang justru aku mendapatkan uang sebanyak ini tanpa aku perlu sex. Aku menandatanganinya, dan memberikan kepadanya lagi.
"Oh iya, gue lupa, selama lo jadi suami gue, gue cuma berharap lo bisa vakum dulu dari pekerjaan lo dan tetap setia dengan komitmen pernikahan ini. Karena gue pengen jaga nama baik gue, keluarga dan terlebih lagi nama baik lo dimata semua orang."
Oh Tuhan, wanita sebaik ini yang akan jadi istriku nanti? Aku hanya tersenyum dan mengatakan, "okay, nggak masalah."
"Gue nggak punya banyak waktu, kalo lo nggak keberatan lo bisa ajak gue ke keluarga lo secepatnya."
"Okay kalo gitu sekarang saja gue ajak lo ketemu keluarga gue, biar gak kelamaan."
Aku berdiri dari dudukku di ikuti Luna, serta Hilda yang kemudian membayar tagihan makan mereka, setelah itu kami keluar dari mall tersebut menuju parkiran basemen.
***
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t