Akhirnya Aris sepakat dengan Nathan untuk menjaga Nela secara bergantian, Jika Aris pergi, maka Nathan harus tinggal di rumah. Dan ketika Aris kembali maka Nathan bisa pergi ke dunia lain.Tibalah saatnya bagi Aris pergi bersama Giri, untuk memasarkan beras ke beberapa daerah. "Baik-baik di rumah ya, Nela dan Nathan tolong jaga ibumu, dan kau Ningsih, aku titipkan anak-anak padamu," Pesan Aris sebelum pergi."Aku akan menjaga mereka dengan baik," janji Ningsih."Aku percayakan mereka padamu," bisik Aris lalu memeluk dan mengecup kening isterinya.Lalu Arispun menugaskan Ningsih dan Nita untuk bergantian mengawasi para pekerja sawah dan terus memantau proses penggilingan padi.Tak ada keanehan apapun sepeninggal Aris, Nathan mengantar dan menjemput Nela di sekolah. Bahkan sekarang Ningsih mengantarkan Nela ke sekolah saat Nathan mendadak sakit perut.Selama perjalanan, Nela memeluk erat perut ibunya. Ningsih tersenyum penuh arti, entah apa yang sedang dia pikirkan. Hari itu Ningsih t
Ketika Ningsih berbalik, dia tak melihat lagi bayangan Sonu. Ningsih masuk ke dalam kamar mandi, berharap dia bisa menemukan Sonu di sana, tapi pria itu hilang begitu saja. Apakah dia tadi menghayal ?Ningsih buru-buru memakai bajunya dan keluar dari kamar. "Apakah ibu sakit ?" Ningsih dikejutkan dengan pertanyaan Nathan yang tiba-tiba berdiri di belakangnya."Ah..ti..tidak, kau mengagetkan ibu saja," jawab Ningsih terbata-bata."Tapi wajah ibu pucat, mungkin ibu belum makan, ibu beristrahatlah di kamar, aku akan membawakan makanan untukmu.""Tidak usah nak, ibu akan makan sendiri di dapur, oh ya jangan lupa jemput adikmu,"Ningsih berjalan perlahan menuju ke meja makan, dia tak menanyakan keberadaan Nita, karena dia tahu wanita itu sedang mengawasi para pekerja dan akan kembali pada sore hari.Ningsih makan sedikit saja, hari ini dia tak berselera. Dià lalu masuk ke dalam kamar, lalu mengunci pintunya. Dia meraih ponselnya, berharap suaminya memberi kabar. Tapi yang dilihatnya malah
Ningsih tidak sadar dengan apa yang dia lakukan , yang dia tahu saat ini dia terperangkap dalam pesona Sonu Batista. Pertapa yang cukup tampan membawanya terbang sampai ke awan.Dia merasa sangat puas tapi tubuhnya terasa remuk, dia tak tahu sudah berapa kali dirinya mendapatkan pelepasan sedahsyat ini."Apakah kau menginginkannya lagi?"Pertanyaan Sonu membuat Ningsih sadar, jika saat ini dia tengah terbaring di sebuah bilik yang hanya beralaskan kasur tipis. Pantas saja tubuhnya terasa remuk."A..aku mau pulang, tapi tubuhku sulit untuk digerakkan.""Jangan khawatir, minumlah air ini maka kau akan pulih seperti sedia kala," Sonu membantu mengangkat kepala Ningsih dan meminumkan air untuknya.Benar saja, Ningsih kini merasa segar kembali. Dia lalu bangkit meraih semua pakaiannya yang berserakan, dan mulai memakaimya satu persatu.Sonu sekali lagi memeluknya dan memberikan kecupan mesra."Mulai malam ini, aku akan menemanimu tidur."Bagai terhipnotis, Ningsih hanya mengangguk. Dia lal
Ningsih keluar dari kamar mandi dan terkejut saat melihat Sonu sudah berbaring di atas ranjangnya."Kau masuk dari mana ?" Tanya Ningsih penasaran.Sonu hanya tertawa tanpa suara, dia lalu menarik Ningsih ke dalam pelukannya."Bukankah aku sudah bilang, jika aku berasal dari Negeri antah berantah. Mudah bagiku untuk masuk tanpa harus menunggu kau bukakan pintu."Ningsih merasa nyaman berada dalam pelukan Sonu. Dia bahkan sudah melupakan suaminya yang sedang banting tulang mencari nafkah dari satu daerah ke daerah lain.Pesan dari nomor baru yang diterima Ningsih sebenarnya itu dari Aris. Ponselnya dan Giri ďicuri orang sehingga dia terpaksa membeli ponsel baru. Tapi ternyata Ningsih tak membalas pesannya. Di daerah yang dikunjungi Aris jangkauan jaringan seluler sangat sulit, sehingga dia hanya bisa mengirim pesan. Untunglah dia mengingat nomor ponsel isterinya. Sialnya dia tak ingat nomor ponsel ledua anaknya. Malam ini Aris merasa sangat gelisah, mereka sedang memasuki kawasan hut
Ningsih terbangun dari tidurnya, dia ingat semalam dia pingsan, tetapi dia merasa seakan baru bangun tidur. Dilihatnya Sonu masih tertidur pulas disampingnya. "Hei bangun, sudah pagi,"Ningsih terus mengguncang-guncang tubuh Sonu yang tidur bagaikan orang mati, diguncang begitu kerasnya tetapi tak bergerak. Akhirnya Ningsih masuk ke kamar mandi membilas wajahnya sesaat lalu keluar. Tok...tok...! Terdengar ketukan di pintu kamarnya.Ningsih membuka pintu, dilihatnya Nathan berdiri dibalik pintu."Sarapan sudah siap bu,""Kalian sarapan saja, ibu nanti menyusul,"Setelah mengucapkan itu Ningsih menutup kembali pintunya. Dia bersandar dipintu sambil mengelus elus dadanya. Tatapan Nathan penuh selidik membuat Ningsih tidak nyaman. Dilihatnya Sonu menggeliat dan membuka matanya. Sepertinya Ningsih lupa dengan sesuatu yang membuatnya pingsan semalam."Kau pulanglah, anak tiriku mulai mencurigaiku," bisik Ningsih."Tidak perlu berbisik, walau kau berteriak sekalipun tak akan ada yang mende
Ini adalah daerah terakhir yang dikunjungi Aris, semua beras laku terjual. Bahkan beberapa pedagang beras memesan kembali dalam jumlah yang banyak. Mereka berbelanja beberapa kebutuhan di kota lalu pulang.Aris dan Giri tiba di desa pada sore hari, Nela dan Nathan menyambut kedatangan ayahnya dengan gembira."Dimana Ningsih ?" tanya Aris karena tak melihat wajah isterinya."Ibu pergi dari tadi siang, katanya mau ke kota untuk belanja keperluan dapur," jawab Nathan.Ningsih pergi sejak siang menggunakan motor Aris. Berhubung hari minggu sehingga Nathan tak menggunakan motor itu. Tak ada yang tau jika Ningsih menemui Sonu di pondok pertapaannya.Sehari tak melihat Sonu bagaikan setahun, karena Sonu tak datang semalam makanya Ningsih mencarinya."Mengapa kau tak menemuiku ?" protes Ningsih saat dia melihat Sonu sedang duduk santai di pondoknya."Aku butuh istirahat, bukankah hampir sebulan ini aku menemanimu ?""Iya, tapi aku merasa sepi tanpamu," Ningsih langsung bergelayut manja di pun
Malam ini Sonu teringat janjinya untuk menemani Ningsih, walau kebutuhan biologisnya sudah terpenuhi sejak sore hari tapi apa salahnya menemani kekasihnya itu. Dia sudah menganggap Ningsih sebagai kekasihnya, karena sampai dengan detik ini dia belum menemukan Sahara. Dia kini sudah bisa berjalan seperti manusia biasa, jadi saat mendekati rumah Ningsih, dia menampakkan dirinya dengan berjalan kaki. Namun saat tiba di rumah Ningsih dia tertegun saat melihat mobil Aris terparkir di halaman.Sonu menahan marah, akhirnya dia menggunakan ilmunya masuk begitu saja ke dalam rumah itu. Betapa terkejutnya dia tatkala melihat Aris. Bukankah pria itu yang telah membuat Sahara pergi ke dunia manusia ? Lalu dimana Sahara ?Tetnyata banyak hal yang tak di ketahuinya. Menurut Ningsih ke dua anak itu adalah anak tirinya. Apakah kedua anak itu keturunan dari kerajaan Goro ? Tapi kenapa tak ada miripnya dengan Sahara ? Sonu duduk di sudut ruangan, menyaksikan keluarga itu sedang berbincang."Bukankah
Terlihat suasana di sekeliling masih gelap, walau dikiri kanan jalan sudah terlihat warga membuka warung warung kecilnya. Suara azan subuh berkumandang dari mesjid yang tak jauh dari rumah Aris. Aris segera bangun dan mengambil air wudhu bersiap-siap ke mesjid.Ningsihpun ikut bangun, dia ingat janjinya untuk bertemu Sonu pagi ini. Dia segera bergegas ke dapur, dilihatnya Nita sedang turun dari lantai dua."Tolong buatkan sarapan pagi untuk kami, aku akan bersiap-siap mengantar Nela ke sekolah."Nita hanya mengangguk, walau dia sedikit heran, biasanya Nathan yang akan mengantar Nela ke sekolah.Ningsih bergegas ke kamar Nela untuk membangunkannya, tapi ternyata Nela sudah bangun dan menunaikan sholat subuh. Begitu juga Nathan, dia ikut ayahnya ke mesjid.Saat Aris dan Nathan kembali dari mesjid, Ningsih menghampiri mereka."Pagi ini biar aku saja yang mengantar Nela ke sekolah, sekalian aku ke pasar untuk belanja keperluan dapur.""Kita berdua saja yang antar Nela dengan mobil," ucap