Share

Dinikahi Ustadz Tampan
Dinikahi Ustadz Tampan
Penulis: HalSya

Kabar Menyebalkan

"APAAA??? Ayah mau jodohin aku? Ngawur! Projects iklan aku masih banyak dong, jangan seenaknya sendiri lah Ayah!"

Jujur, aku beneran kaget banget pas tiba-tiba ayah bilang aku harus menikah, ini gak salah ambil keputusan kan?

Aku memijat kepala berkali-kali dan berharap bahwa ini prank besar dari Ayah.

"Maafkan kami ya nak, ini yang bisa kami lakukan buat kamu. Buat kehidupan kamu ke depan!" 

Ibu yang sedari tadi duduk di sampingku berusaha menenangkan aku yang pastinya merasa sangat terguncang.

"Hello, Ayah gak lagi ngelinduur kan, ini?Aku mentolerir banyak candaan, tapi gak yang satu ini loh, Ayah!'' kataku semakin merengek.

Rasanya aku pengen jitak kepalanya Ayah pakek palu, supaya Ayah tersadar dari buaian mimpinya.

Ngomong suruh nikah gampang banget kek nyuruh cebok!

"Rey, Ayah tidak pernah serius ini. Hidup Ayah udah hancur, Ayah sudah tidak punya apa-apa lagi. Ayah cuma memikirkan nasib anak perempuan ayah satu-satunya," jawab Ayah ku memelas. 

"Ya kalau begitu kita hancur sama-sama aja Yah, gak harus tumbalin aku kan? Ayah kayak mau bikin proyek besar aja!"

"Rey, kamu gak boleh begitu sama Ayah kamu. Ini semua, usaha terbaik dari kita supaya kamu selamat dunia akhirat. Kita sudah salah mendidik kamu, sekarang saatnya kami bertanggung jawab, kamu paham tidak?"

Ibu mengguncangkan kedua bahuku, karena kesal. 

Terus aku kudu guncang bahunya siapa supaya bisa menghentikan perjodohan ini?

Semuanya sama! Pengen aku menikah di saat bayang-bayang oppa Kim Seon Ho ada di depan mata. 

Haruskah aku lepas impian aku itu? Tidak mungkin jawabannya!

"Lagian kalau mau nikah, aku harus nikah sama siapa? Kalau aktor papan atas, bisa lah aku pertimbangkan. Kalau sama rakyat biasa, say sorry ya Ayah! Aku mending kerja aja sampai ayah dan ibu kembali kaya raya lagi," decitku dengan percaya diri. 

Aku harus mengutamakan impian aku yang udah tersusun rapi sejak aku lulus kuliah 

"Calon suami kamu bukan hanya yang akan menyelamatkan di dunia, tetapi sanggup membawa kamu ke surga. Kamu tahu, apalah arti kita menimbun harta di dunia kalau akhirnya ketika mati hanya amal perbuatan yang dibawa. Ayah cuma mau menyelamatkan hidup anak Ayah."

"Iya siapa? Aktor-aktor juga banyak yang bisa baca Alquran, siapa Ayah?" 

Aku mulai penasaran sama yang katanya, calon suami aku. 

Soalnya, kalau calon suami aku aktor juga, kemungkinan aku bakal masih bisa kerja sebagai aktris dan bisa pergi ke Korea Selatan, karena sama-sama publik figur pasti paham.

Boleh nih, dicoba!

"Namanya Husein, dia...."

"Oooh, Husein Budiawan yah? Yang ganteng dan terkenal itu?"

"Bukan!" Ayah langsung memotong ucapan aku!

"Terus?" 

Aku mulai gak enak perasaan ini.

"Husein Alfarizi sayang, anaknya teman Ayah kamu, Kiayi Umar, sewaktu kita masih tinggal di Bandung. Dia lulusan terbaik di kairo mesir.

Sekarang anaknya Kiayi itu, udah jadi ustadz dakwah yang terkenal di kotanya. Jangan tanya sifatnya, dia begitu baik dan ingsyallah bisa membimbing kamu!"

What's?? Ustadz? Dakwah? 

"Ibu mau bunuh aku?"

Mereka berdua pun seperti tercengang saling pandang karena pertanyaan aku.

"Rey dengarkan Ayah!" 

Ayah benar-benar bernada tinggi sambil menggebrak meja.

"Kok bisa kamu berpikir begitu Rey? Kita berdua cuma mau menyelamatkan hidup kamu yang sempat tersesat oleh kenikmatan dunia. Kamu tahu, kemarin malam ayah...."

"Kenapa Ayah?" 

Melihat ayah berbicara dengan mata yang sudah berlinang air mata dan suara yang gemetar membuat aku juga ikut meneteskan air mata!"

"Ayah di titik terendah hidup ayah kemarin nak! Ayah sampai kehilangan harga diri. Kamu tahu siapa yang menyelamatkan hidup Ayah? 

Husein nak! Laki-laki yang ingsyallah akan jadi imam yang baik buat kamu. Sekali saja kamu ikuti apa kata Ayah? bisa kan?"

Arrgghh!! Air mata aku semakin deras menetes. Aku jadi gak punya kendali buat menghentikan perjodohan ini kalau melihat wajah putus asa nya Ayah.

Aku lihat Ayah pasrah dan gak punya harapan apa-apa lagi, dan menurut yang udah dia jelaskan bahwa harta kami hilang, hutang di mana-mana, sponsor aku di Jakarta juga ikut mengundurkan diri.

Rumah sudah di sita, astaga.. siapa yang menipu ayah sampai seperti ini?

Tapi anehnya, ayath justru menempuh jalur lain. Daripada mempermasalahkan hal ini ke kantor polisi, Ayah lebih memilih bertaubat dan membersihkan seluruh hidupnya dari kemaksiatan dunia.

Dan aku ikut tersereet? 

Gila! Aku gak bisa diam begini. Aku lebih baik mati daripada harus hidup tersiksa sama orang yang gak aku cinta.

Hancur sudah harapan ketemu, EXO, SNSD dan Super Junior! 

Padahal aku ngefans banget sama Om Sehun.. Sial! Hidup aku amat sial!!

"Sudah Kang, biarkan Rey beristirahat dulu di kamarnya. Ibu rasa dia benar-benar terguncang dengan perjodohan ini!"

'Ibu, apa ibu tahu aku hampir meledak sekarang?'

Percakapan malam ini diakhiri aku yang gak berselera untuk hidup lagi. Seperti punya tubuh tapi arwahnya udah hilang.

***

Pagi-pagi buta, aku udah buru-buru cabut dari rumah. Bukan rumah aku, tapi rumah sewaan di kota Bandung yang kami tinggali sejak kami tiba dua hari yang lalu.

Yah, niatnya pen nenangin diri dari masalah ini, tapi sejak bangun tidur handphone aku bunyi terus, karena kabar kebangkrutan Ayah udah tersebar di entertainment tempat aku kerja.

Malu iya, dan lebih pastinya juga aku udah gak bisa ambil pilihan buat balik lagi ke dunia sana.

"Mau ke mana neng?" kata si tukang taksi itu.

"Uhm, jembatan Mangkurawang Mang!" jawabku acuh.

Bodo amat lah, aku cuma mau pergi ke satu lokasi yang aku searching di g****e map barusan.

Katanya lokasinya sejuk dan pas.

***

"Tidaakk!! Aku benci semuanya!" 

Aku berteriak sekencang-kencangnya melampiaskan beban berat yang ku tahan beberapa hari ini. Tuhan sangat tidak adil!

Di saat semua manusia bisa meraih impiannya, kenapa aku harus gagal? 

Salahnya di mana sih? Bodo amat! 

Aku hanya mau mengakhiri hidup di sini. 

Jembatan ini cukup tinggi untuk menghabisi nyawaku sekaligus. Kalau loncat dan mati, paling tidak ayah bakal merasa bersalah sudah merenggut mimpi anaknya. 

Aku mengambil sebuah tape recorder yang ku gunakan untuk merekam pesan-pesan terakhir. 

"Bye semua, bye Clara, bye Nadine, bye sayangku Reza. Gue pergi duluan, ya! Gue gak kuat hadapin kenyataan tentang perjodohan yang dilakukan ayah. Gue gak bisa merelakan mimpi gue!" 

Tangisan ini gak berhenti, cengeng amat deh, udah kayak adegan di Drakor aja deh!  

"Titip pesan buat bokap gue itu, supaya menyesali perbuatannya di samping mayat gue." 

Lalu aku pun menekan tombol stop setelah berhasil merekam ucapan barusan. 

Yah ceritanya itu tuh sebuah wasiat. Supaya mereka semua tahu tentang penderitaan aku saat ini. 

Oke, saat keberanian melompat itu muncul, aku menaruh alat itu di saku celana lalu, mulai berpegangan erat pada besi-besi yang menempel kokoh di atas semen beton. 

Ku angkat satu kaki dan mulai berusaha menjangkau area permukaan jembatan. 

?

***

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Asri
Duhh kalau aku sih mau
goodnovel comment avatar
Author Siti
Yuk kapan tamatnya nih seru
goodnovel comment avatar
HalSya
bagaimana dengan cerita saya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status