Share

Kebablasan Main

Penulis: HalSya
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-01 12:50:12

Habis terang terbitlah gelap. Bagiku, itu baru bener! 

Bisa-bisanya setelah selesai mengantar kepergian ayah dan ibu, ada beberapa tamu yang ujug-ujug membeludak di rumah mertuaku hanya untuk melihat istri dari ustadz Husein. Dan rata-rata tamunya adalah ibu-ibu yang katanya kumpulan majlis ta'lim. 

Mereka, adalah orang-orang kampung yang heboh sendiri dan banyak tanya saat bertemu denganku. 

Aku gak suka! Gimana caranya aku menghindari tamu-tamu menganggu itu? Aku pengen kabur ke kamar, minimal melepas baju ninja ini dulu dan ganti pakai baju santai. Sudah dikerubungi ibu-ibu yang bau badan, pakai baju panjang, tanpa kipas angin pula. 

"Ya Allah neng, beruntung sekali ya bisa jadi istri dari ustadz Husein. Kami di sini yang punya anak gadis semua merasa patah hati soalnya kami gagal meminang hati Ustadz Husein," ujar mereka yang antara satu ibu dengan ibu yang lain semua rata-rata berkata sama. 

Dalam hatiku, ambil aja Bu! Mungkin anak gadis mereka rela dan ridho dinikahi ustad dakwah seperti Husein, gak kayak aku yang menolaknya mati-matian. "Aku juga gak butuh-butuh amat," batinku. 

Ku lihat, suamiku hanya tersenyum tanpa banyak berkata dan sering kali menundukkan kepalanya ke bawah. Ia menghindari kontak mata dengan ibu-ibu itu meski umur mereka terpaut jauh. Jangankan lihat kalian, lihat kaki istrinya aja ketar ketir. 

Duh aku harus cari alasan untuk pergi. 

"Maaf ya, bu saya harus ke kamar dulu. Saya harus menelepon orang tua saya sudah sampai mana, permisi!" Akhirnya sebuah ide muncul juga supaya aku bisa pergi dari mereka. Terserah mau ngobrol apa sama mereka, aku sih gak urus. 

** 

Akhirnya, aku bisa bebas dari mereka juga. Buru-buru ku lepas baju itu dan ku simpan hanya sampai perut. Minimal, ketek aku kena angin lah ya! Samar, aku mendengar pintu terbuka lagi. 

"Astaghfirullah, kamu mau ngapain buka baju begitu Mba? Tolong ditutup lagi!" 

Suaranya memekik sampai aku menoleh tajam ke arahnya. Bagian atas gamis ini sudah ku buka dan ku hentikan sampai di perut. Aku hanya memakai BH dilapisi tank top. 

"Apaan sih, ngagetin aja. Lagian panas kali di dalam kamar pakek baju ninja begini, ya aku lepas lah!" 

"Tapi saya belum siap melihatnya Mba, saya masih malu!" ucap dia sambil menutupi kedua matanya. 

Bahkan suaranya pun membuat aku muak. Keberadaannya semakin menambah keinginanku untuk melarikan diri. 

"Gimana sih? Katanya Mas udah resmi jadi suamiku, berarti sekarang kita muhrim dong!" 

Rasanya ingin ku cekik saja leher pria itu, dosa gak ya? 

"Siapa suruh sok-sokan mau dijodohin! Giliran lihat wanita seksi aja kelabakan begitu!" 

Ku bawa bantal, dan ku pakai untuk menutupi area dada ini. Soalnya aku perlu ngobrol dan gak mungkin ku biarkan dia tutup mata begitu. 

"Udah ditutup!" kataku kesal. "Oh iya Mas, nanti siang teman-teman aku mau ajakin ketemu. Aku mau pergi!" ucapku langsung pada intinya. Dia menurunkan tangannya lalu menatapku balik. 

"Perginya ke mana?" 

"Ya gak tahu sih, paling di mall terdekat," jawabku sewot. Pokoknya ngobrol sama dia bawaannya emosi. 

"Penting ya pertemuannya sampai harus hari ini?" 

Aku memandang nya penuh keheranan. "Penting lah! Kehidupan aku sebelum menikah lebih penting dari segalanya." Sekalian aja terus terang. "Aku mau menjelaskan ke teman-teman aku bahwa aku sudah menikah. Supaya mereka gak salah paham pas gak sengaja lihat kita berduaan." Butuh keberanian sangat tinggi untuk sekedar menghayal aku dan dia lagi jalan bareng. 

"Temennya cewek atau cowok?" tanyanya lagi, dah mirip kayak reporter. 

"Ya cewek lah!" 

"Kalau cewek, melihat kita jalan berdua bareng ya gak akan salah paham. Kecuali temen mba cowok, baru!" 

Duh, bisa gak sih tidak menyela ucapan ku paus...tad? 

"Ya temen cowok juga ada, temenku banyak!" 

"Kenapa musti takut temen cowoknya salah paham pada laki-laki yang menjadi muhrim kamu? Toh kita jalan berdua gak dosa. Justru, ketika Mba kumpul dengan teman cowokmu lah yang membuat salah paham." 

Astaga! Aku diajakin debat nih ceritanya? 

"Ceramah di masjid Pak!" 

"Gak semua ucapan saya berisi ceramah," sahutnya lagi. 

"Sekali lagi ngomong, ku tonjok beneran deh mukanya entar!" Aku bisa gila lama-kelamaan begini, ini aja udah stres. 

"Asal tonjok nya pakek yang lain." 

"Pakek apa?" 

"Apa aja yang saat ini sedang kamu pikirkan. Silakan pergi, pakai pakaian yang menutupi tangan dan kaki." 

Apa nih? Kenapa jantung aku beda banget detak nya pas beradu mulut sama dia barusan? Aku baru dengar ternyata dia jago debat juga. 

Tonjok pakek apapun yang ada di pikiranku? Apaan? Aku terpekik sendiri sambil memperhatikan dia yang keluar dari kamar. 

Merinding lama-lama. 

*** 

"Hai!" kataku pasrah saat menghadapi mereka di meja restoran yang telah ku reservasi sebelumnya untuk pertemuan kami. Mereka jauh-jauh datang dari Jakarta setelah ku pinta untuk menemui aku di sini. Tetapi, begitu kita i berhadapan, mereka menatapku dengan tatapan aneh. Gimana gak aneh coba? 

Aku ke mall pakek baju panjang begini, mau qasidahan apa heh? Duh bapak mertua ngeselin! Untung kiayi, mau ku sumpahin takut kualat. 

Kenapa coba musti ada dia pas aku mau pergi, jadinya kan aku dipaksa pakek baju begini. Padahal Husein sudah mengizinkan aku pakai celana panjang dan baju dengan lengan 3/4. 

"Salah orang kayaknya!" ucap Clara menyindir. 

"Iya salah orang! Gak mungkin Reynata yang kita kenal mau pakek baju ginian!" Mereka semua mengejek pakaianku. Tapi emang wajar sih, aku memang gak pernah pakek baju tertutup kecuali mengunjungi pemakaman orang. 

Dan sekarang mereka lihat aku pakek gamis panjang, ya jelas lah syok berat. 

"Kalian pasti gak bakal percaya sama omongan gue!" kataku menciut. 

Reza, pacarku juga terlihat sudah datang meskipun terakhiran, dan kini kami sedang kumpul untuk mendengarkan pidatoku. 

*** 

"Hah serius?" Nadine melayangkan ekspresi keterkejutannya saat aku udah bilang ke mereka, aku sudah nikah. 

Reza yang berada di sampingku juga tak kalah membelalakkan mata. "Kamu bercanda kan sayang? Kamu jago akting loh!" katanya saat dia memaksa menerobos sorot mataku untuk mencari kebohongan. 

"Sayang, ini cincin aku. Mana mungkin aku bohong. Maafkan aku ya!" Aku meraih lengannya dan menjatuhkan kepalaku di sana. 

"Lo percaya Nad?" tanya Clara pada Nadine. 

"Enggak lah! Gila aja, secara Reynata si anti nikah muda, dan bersikeras pengen ke korea mana mungkin mau nikah!" sahut Nadine. Mereka adalah sahabatku yang sama-sama bekerja di dunia entertainment. Bedanya, Nadine adalah selebgram dan Clara adah youtuber, pemilik konten YouTube horor. Sedangkan Reza, dia memiliki studio foto tempat biasanya aku melakukan pemotretan produk yang menjadikan aku brand ambassador nya. 

"Sayang, terus hubungan kita?" 

"Tidak akan ada yang berubah Za, kita masih tetap pacaran. Kita cuma ijab doang, gak akan ada hubungan layaknya suami istri seperti di bayangan kalian." 

"Itulah kenapa aku gak mau rahasiakan hubungan kita. Kalau Papa kamu tau ternyata anaknya punya pacar, pasti akan langsung minta aku menikahinya." 

"Gue gak ngerti sama pemikiran bokap gue! Maafkan aku ya sayang. Please, buat kalian sering-sering ya ngunjungi sahabatnya di sini. Soalnya gue pasti yang gak akan bisa ke mana-mana sekarang. Kamu juga sayang." Aku berbicara memohon pada mereka semua. 

"Gue jadiin konten deh pernikahan elo, gimana?" ejek si Clara kurang asem itu. 

"Emang pernikahan gue genre horor apa? Tapi bisa sih, hantunya bokap mertua gue!" 

Reza mendekatiku dan mengelus rambutku. "Suami kamu tau tentang hubungan kita?" 

Aku menggeleng. "Enggak, kalau tau pasti gue gak di bolehkan temui kamu lagi," jawabku. 

"Udah jangan sedih, gimana kalo kita hangout aja, demi menyenangkan hati Reynata kita tersayang?" 

"Ayok, gue setuju!" sahut Clara. 

"Aaaaah, makasih. Kalian perhatian banget sama temen kalian yang malang ini. Ayok gas, tapi gue mau beli baju dulu. Masa hangout pakek baju ninja begini!" 

Mereka semua mentertawakan aku. 

Untung aku memiliki mereka, yang setia dan bisa menghiburku saat aku merana kayak begini. Aku tak peduli Husein mau cariin aku atau enggak, yang jelas aku mau hangout dan senang-senang sama para sahabat. 

Tak terasa, kepergian ku bersama mereka sampai mengantarkan ku pada jam 10 malam. 

Padahal, Husein sudah pernah berkata bahwa jam 9 malam gerbang pondok sudah ditutup. 

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Ustadz Tampan    Cinta Sehidup Sesurga

    POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya

  • Dinikahi Ustadz Tampan    Sepertinya Cerita Yusuf dan Zulaikha

    Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel

  • Dinikahi Ustadz Tampan    Ini Pilihan Terbaik

    Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku

  • Dinikahi Ustadz Tampan    Satu Jam Lalu

    Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t

  • Dinikahi Ustadz Tampan    Aku Ingin Kembali

    Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba

  • Dinikahi Ustadz Tampan    Kenangan Apa ini?

    Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status