Share

Bab 1 - Gay?

Memiliki hutang budi itu sungguh tak mengenakan!

Yaaa, karena akan ada saatnya hutang itu harus dibayar! Seperti saat ini ...

"Saya pernah menolong kamu bukan? Apa keinginan yang saya minta sangat berat untuk kamu wujudkan?"

Teresia mendesis pelan dan merasa tak enak untuk menolak keinginan pria tua yang kini tengah berbicara dengannya.

"Maaf Tuan, tapi jika menikah ..."

"Kehidupan kamu akan terjamin, kamu akan memiliki tempat tinggal tetap dan makan enak setiap harinya, kamu tak perlu lagi susah-susah mencari pekerjaan. Tolong saya, hanya ini permintaan saya atas apa yang pernah kamu tawarkan dulu, atas balasan terimakasih mu sama saya"

Teresia menghela napas dan memejamkan kedua matanya. Jika kembali dipikirkan, tak ada rugi baginya untuk menerima tawaran pernikahan yang diajukan Ayah Romi Anata, si pria kaya raya yang memiliki aset berlimpah di negri ini.

Teresia beruntung bisa bertemu dengan sosok Ayah Romi saat dirinya sudah patah semangat untuk hidup karena lilitan hutang dan ketidak mampuannya menjalani hidup yang keras.

Ayah Romi memberikannya kehidupan, pria itu menyelesaikan semua masalahnya, kebaikannya benar-benar membuat Teresia tak lagi dikejar para rentenir dan dia bisa menjalani hidup normal.

Meski masih sulit karena Teresia selalu berganti-ganti pekerjaan dan tempat tinggal akibat tak ada yang bisa ia kerjakan dengan benar.

Kini pria tua itu mendatanginya lagi dan meminta Teresia untuk membayar balas budi kebaikannya dengan menikahi putranya yang ternyata seorang gay.

Iya, seorang Gay!

Teresia sudah menolaknya, namun yang membuatnya ragu adalah kenyamanan hidup dan ketentraman jiwanya untuk tak lagi hidup susah yang ditawarkan padanya.

Sungguh dia tergiur akan hal itu.

"Tapi kenapa harus saya Tuan? Kenapa tidak orang lain saja?" Teresia mencoba bernegoisasi lagi, meski dia teringin sangat hidup mewah dan enak, namun jika harus menikahi seorang gay ... Rasanya Teresia lebih memilih miskin seumur hidup.

Ayah Romi menegapkan duduknya, kemudian matanya menatap Teresia dengan tajam.

"Maaf jika kata-kata yang saya ucapkan sedikit kasar dan mungkin akan menyakitimu"

Teresia meneguk salivanya kasar, menunggu dengan cemas apa yang mau Ayah Romi katakan.

"Kamu sebatang kara Tere, kamu tak memiliki ikatan keluarga dengan siapapun, bahkan panti tempatmu berasal juga tak pernah lagi kamu kunjungi setelah kamu keluar dari sana. Dengan keadaanmu akan sangat sedikit resiko orang-orang luar tau tentang siapa putraku sebenarnya, jika saya menikahinya dengan seorang gadis dari kelas yang sama dengan kami, tak menutup kemungkinan mereka akan membocorkan dan justru merusak nama keluarga Anata! Saya mencegah hal itu terjadi"

Sedikit menusuk hati Teresia, namun Teresia yang terbiasa terluka dan tersakiti tak merasa harus menangis atau menjerit penuh drama dengan kata-kata benar Ayah Romi.

"Biarkan saya berpikir, berapa hari saya harus memutuskan jawaban? Lalu apa yang terjadi jika saya menolak serta menerimanya?"

Bibir Ayah Romi tertarik membentuk senyum tipis.

"Jika kamu menolaknya, kamu mungkin akan kembali hidup seperti ini, luntang-lantung terus berganti pekerjaan karena kamu tak memiliki skill apapun dalam pekerjaan yang kamu geluti, juga akan terus diusir ibu pemilik kos karena telat membayar uang sewa. Namun berbeda jika kamu menerima tawaran dari saya, hidupmu akan terjamin semua kebutuhan materimu pasti akan saya penuhi, juga kamu akan mendapat sebagian warisan keluarga Anata karena menjadi istri dari putra ser keluarga Anata!" jelas Romi panjang lebar.

Kedua mata Teresia berbinar takjub, kenikmatan dunia yang sebentar lagi akan diraihnya sungguh membuatnya buta dan begitu menginginkannya.

"Kamu hanya saya beri waktu tiga hari untuk berpikir! Putuskan dengan bijak. Namun jika kamu pandai kamu tau jelas mana yang lebih menguntungkan hidupmu untuk ke depannya bukan?"

Kakek Romi merasa puas bisa meracuni otak Teresia. Dengan kelicikannya dia mampu membuat lawan bicaranya akan termakan semua pembicaraannya.

Tak hanya untuk dirinya dan nama baik keluarga yang ia besarkan, namun juga untuk Arga, putra kesayangannya yang memiliki masalalu buruk karena para wanita brengsek itu dan mencipta trauma mendalam pada Arga.

Ayah Romi pun pergi setelah berpamitan pada Teresia, membiarkan Teresia duduk diam di dalam kafe tempat mereka bertemu dan berbicara.

Teresia sendiri sudah memiliki jawabannya, sembilan puluh lima persen dirinya memilih menerima tawaran pria tua itu.

Namun lima persennya menolak karena pria yang akan dinikahi olehnya itu seorang gay!

Si pecinta sesama jenis!

Teresia merasa jijik pada orang-orang yang memiliki ketertarikan pada sesamanya!

Meski mereka yang merasakannya bilang bawah itu adalah anugerah yang tuhan berikan, namun bagi Teresia mereka hanya sekumpulan manusia bodoh yang bisa terjerat hubungan memalukan dan hina tersebut.

Namun jika menolaknya .... Teresia harus kehilangan bayangan-bayangan hidup enak dan mewahnya.

"Ah sialan! Kenapa tu cowok harus gay! Mending jelek atau buruk rupa masih bisa ditolerir, bisa operasi! Nah kalo gay?! Masa dandanan gue harus kayak cowok biar dia naksir gue! Gak mau gue nikah kalo dianggurin doang! Eh tapi kan gue bisa hidup enak tanpa mikirin dia ya? Apa terima aja kali ya?"

Teresia berdecak dan mengacak rambutnya kesal. Sepertinya hidup tengah ingin bermain-main dengannya.

***

Suara dentuman musik cukup mengekakkan telinga, belum lagi cahaya lampu yang remang-remang namun mampu mengundang banyak peminat club ini datang.

Sebuah club yang hanya berisikan orang-orang yang memiliki kesimpangan dalam hubungan menjalin cinta.

Dan di antara semua pengunjung tersebut, ada sosok Arga yang duduk di meja paling pojok tengah meneguk beberapa botol alkohol.

Semua ucapan Ayahnya tentang nama baik keluarga dan masa depannya cukup membuat kepalanya pening.

Dia tak mau terikat dengan wanita, namun hanya dengan cara ini Ayahnya akan menyerahkan seluruh ahli waris padanya.

Sial!

Membayangkan dia harus tinggal dan berbicara dengan wanita asing di hidupnya sudah membuat Arga mual.

"Arga, apa kamu benar-benar sedang tak mau aku sentuh?"

Arga menggeleng, mengabaikan tangan-tangan Sony, salah satu pria yang cukup dekat dengannya dan menjadi seseorang yang bisa melepas hasratnya itu berbisik di telinganya.

Arga mendesis kesal dan mendorong Sony menjauh "pergilah!"

Arga memang tak melakukan hubungan badan dengan kaum sodom, dia tak sebodoh itu harus bercinta dengan lubang anus! Dia hanya mengizinkan para pria menyentuhnya dan setelah gairahnya padam dia akan pergi meninggalkan para pria yang kecewa karena tak ia sentuh lebih jauh.

Arga tak mau mengotori miliknya jika harus berhubungan badan dengan para pria meski dia memiliki rasa jijik dan anti perempuan dia juga tetap waras untuk tak melakukan hubungan badan dengan para pria!

Lalu apakah dia puas? 

Jawabannya adalah tidak! Arga tak pernah merasakan kepuasan. Dia melakukanya hanya sekedar mengeluarkan gairahnya. Terkadang pikiran untuk berhubungan dengan wanita terlintas di benaknya namun jika harus menyentuh wanita, Arga justru mual. 

"Kalau aku puaskan, apa kamu menolak? " bisik sensual Sony masih berlanjut.  Pria itu mulai membuka perlahan kemeja milik Arga dan mengenduskan napasnya di leher Arga. 

"Sialan!!  Kamu tidak mengerti apa yang aku katakan?!  Aku sedang tidak ingin!  Dan jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!"

Arga mengacak rambutnya kasar dan memilih pergi meninggalkan club tersebut.

Arga sedang tak berselera untuk terus minum dengan tambahan gangguan Sony yang tak berhenti meminta memuaskannya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Hendri Tanjung
bingung juga ga suka cewek tp juga belum pernah berhubungan badan dg cowok
goodnovel comment avatar
Nathalia Sama
ini bocah beneran gay ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status