Home / Romansa / Suamiku Gay?! / Bab 5 - Adik Arga!

Share

Bab 5 - Adik Arga!

Author: Caty Perii
last update Last Updated: 2022-08-07 11:04:37

"Jadi benar-benar karena uang, kamu menerima tawaran Ayah?" sinis Arga bertanya pada Teresia. 

Arga menghampiri sosok Teresia yang tanpa malu duduk di dapur rumahnya unuk meminta dibuatkan makan pada juru masak rumahnya. 

"Iya! Tadi gue udah bilang kan?" balas Teresia merasa kehadiran Arga mengganggu mood baiknya yang tidak sabar untuk mencoba masakan enak dari seorang chef profesional yang dipekerjakan di rumah pribadi Ayah Romi.

"Gue bisa kasih lo uang yang banyak, tapi bilang sama Ayah kalau lo nolak dan menyerah!" 

Teresia memutar kursinya menghadap pada Arga yang berdiri di sampingnya "dengar! Kita baru aja tanda tangan perjanjian nikah! Dan lo mau gue buat nyerah?! Gak akan! Lagian uang yang lo kasih pasti lebih sedikit dari Ayah lo! Pria tua itu sudah janji mau kasih setengah warisannya ke gue!" bangga Teresia di akhir kalimatnya. 

Arga menggeram kesal, dan bibirnya berkedut jengkel melihat Teresia justru keasikan bermain dengan kursi putar itu dan menghiraukannya. 

"Hanya uang yang ada di pikiranmu kan? Orang miskin sepertimu memang tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi orang kaya!" 

Wajah Teresia memerah, ia yang sedang asik memutar-mutarkan kursi yang didudukinya dengan berpegangan pada meja bar mendadak terpaku mendengar kalimat yang Arga lontarkan padanya. 

Terlebih di ruang makan ini tak hanya ada dia, namun ada dua orang chef yang tengah memasak dan pasti akan mendengar ucapan Arga barusan. 

"Lo tau jelas itu kan?!" Teresia memutar kursinya kembali menghadap Arga dan memandang pria itu dengan tatapan marah serta bencinya. 

"Gue emang miskin, dan karena itu gue mau jadi nyonya kaya supaya gue bisa beli mulut mahal lo itu!" 

"Sialan!" Arga maju satu langkah dan mencengkram dagu Teresia membuat Teresia kaget dan menegang. 

Namun tak hanya Teresia, dua koki yang tengah memasakan makanan permintaan Teresia sama-sama terkesiap atas tindakan Tuannya. 

Arga tidak pernah mau menyentuh wanita, bahkan melihat wanita saja Arga akan berlari menjauh, namun kali ini di hadapan mereka berdua, keduanya bisa menyaksikan wajah Arga yang memerah kesal dan tangannya yang mencengkram erat dagu Teresia yang mendongak menatap Arga. 

"Bibirmu sangat lancang! Berhenti menggunakan panggilan 'Lo Gue' denganku! Saat kita menikah nanti dan kamu masih menggunakan panggilan itu denganku, aku tidak segan untuk memberimu sedikit pelajaran. Kamu harus tau bahwa aku membenci panggilan itu!" 

Arga menjauhkan dirinya dan meninggalkan Teresia serta dapur dalam keadaan hening dan sunyi. 

Teresia menormalkan napasnya  dan memegang dadanya  yang berdenyut dengan cepat. 

"Sialan tuh cowok! Ancaman kayak gitu mana mempan buat gue!" Teresia kemudian memandang kedua koki yang saling terpaku menatap padanya membuat alis Teresia terangkat sebelah. 

"Apa ada yang aneh?" 

kedua koki tersebut berdehem dan menggeleng dengan senyum tipisnya kemudian kembali melanjutkan kegiatannya, memasakan makanan enak untuk Teresia yang sudah berpesan pada mereka untuk membuatkan makanan ala restoran berbintang lima. 

***

Pernikahan pun benar-benar dipersiapkan oleh Ayah Romi. 

Teresia tak lagi tinggal di rumah kontrakannya itu menjelang hari pernikahannya yang akan di adakan esok hari. 

Arga sudah meminta pada Ayahnya bahwa pernikahannya tersebut tak mau dihadiri banyak orang, dan cukup diumumkan saja bahwa dirinya menikah tanpa harus menerima tamu. 

Ayah Romi menyetujuinya, terutama para tamu wanita yang harus mendesah kecewa karena Arga menolak kehadiran mereka semua. 

Banyak yang penasaran alasan Arga sangat menjauhi para wanita dan salah satu wanita yang turut tak paham akan pemikiran Arga adalah Teresia. 

Yang Teresia tau adalah, Arga hanya seorang gay yang pasti tidak memiliki ketertarikan pada wanita, namun saat ia mendengar ucapan tegas Arga pada Ayah Romi untuk tidak mengundang para teman bisnis perempuannya, hal itu membuatnya sangat penasaran dengan alasan Arga sesungguhnya. 

Saat itu Teresia hanya bisa mengerjap pelan karena benar-benar tak paham apa yang Arga katakan, baginya mungkin Arga takut untuk menjadi normal kembali. 

Saat Teresia menatap Ayah Romi meminta kejelasan mengapa Arga menolak mengundang wanita di pernikahannya, Ayah Romi hanya memberikan senyum tipis padanya dan berkata "kamu akan segera tau alasannya nanti" 

Entah nanti yang Ayah Romi katakan itu kapan, lagipula Teresia sudah tak begitu tertarik dengan hal tersebut karena yang lebih membuatnya tertarik adalah hidup mewah setelah ia resmi menjadi istri dari pria tersebut. 

Kini seisi rumah sedang sibuk-sibuknya mendekor rumah, mungkin dari sekian banyak orang di rumah ini hanya Teresia seorang yang tidak terlihat sibuk. Karena gadis itu hanya keluar masuk dapur untuk meminta makanan pada para Chef yang bekerja. 

Setelah mencoba masakan para Chef di kediaman Ayah Romi jujur saja nafsu makan Teresia meningkat drastis. 

Karena sebelumnya saat ia hidup susah di rumah kontrakannya, Teresia harus menghemat pengeluarannya untuk membeli makan. Kini dia bisa bebas makan kapanpun dia mau. 

"Hai, Chef Radit!" Teresia kembali duduk di atas meja bar dan menyaksikan pria muda itu sibuk dengan alat-alat masaknya untuk menyiapkan makan malam yang sebentar lagi akan tersedia. 

Chef Radit yang tengah sibuk dengan bahan masakannya itu menoleh pada Teresia dan tersenyum pada wanita muda tersebut. 

"Nona lapar lagi?" 

Teresia mendesis pelan dan menggeleng "bisa stop panggil gue pake panggilan itu?" Teresia mengerucutkan bibirnya kesal saat semua orang di rumah ini terus saja memanggilnya Nona.

Teresia mengakui dirinya sangat tak pantas menyandang panggilan itu untuk namanya.

"Tuan Romi yang meminta kami melayani anda dengan baik, jadi rasanya tidak sopan jika kami tiba-tiba memanggil anda dengan nama saja" jelas Radit yang jelas Teresia beri decak pelan.

"Kalian kan manggil nama gue, jadi ikut aturan gue! Jangan panggil gue pake Nona-Nonaan lagi! Merinding tau!"

Chef Radit terkekeh pelan dan alhasil menganggukkan kepalanya mengiyakan saja permintaan Teresia.

"Chef sedang buat apa?" Teresia mengamati Chef Raditya yang terlihat sedang berkutat dengan bawang dan sayur-sayuran yang entah ingin dibuat apa. Karena Teresia tak memiliki kepandaian mengenai memasak dan mengolah bahan mentah.

"Ratatouille"

Teresia terkesiap mendengarnya dan memicing tajam menatap pada Chef Radit yang terkekeh geli atas ekspresi Teresia.

"Kenapa melihat saya begitu?" dengusnya geli yang sesekali mengalihkan pandang dari Teresia ke  sayuran dan bahan masakan di depannya.

"Itu daging tikus kan? Chef mau masak daging tikus ya?" celetuk Teresia pada Chef Raditya yang justru tertawa keras karena mendengar celetukannya. 

Teresia berkerut dahi melihat Chef Radit yang masih tertawa dan bahkan mengusap matanya yang mengeluarkan air mata. "Kenapa tertawa?" tanyanya sembari satu tangan Teresia mengambil satu lembar roti untuk ia cemilkan. 

"Kenapa anda mengira ini daging tikus, padahal anda bisa melihat sendiri bahan-bahan di atas sini tidak ada dagingnya?" sungguh Raditya penasaran. 

"Gue pernah liat Ratatouille di Tv itupun waktu gue masih jadi pengasuh anak bayi! Gak nonton lengkap sih, cuman gue liat banyak tikusnya yaah, jadi gue pikir makanan itu dari daging tikus!" jelas Teresia berdasarkan pikirannya sendiri, yang lagi-lagi membuat Chef Radit tertawa geli.

"Malam nanti, Tuan Revo akan datang untuk ikut makan malam keluarga sebelum anda dan Tuan Arga menikah. Dan makanan ini salah satu favoritnya Tuan Revo yang harus ada di setiap dia datang ke rumah ini untuk makan malam" 

Kening Teresia berkerut dalam mendengar penjelasan Chef Radit "Revo? Dia adik si pria galak itu? Gue baru tau dia punya adik!" 

Chef Raditya mengangguk lagi. "Sudah sejak lulus SMA, Tuan Revo memilih tinggal di apartemen dan jarang untuk pulang ke rumah, dan pria itu juga sibuk atas pekerjaan yang diberikan Tuan Romi. Jadi sedikit waktu yang yang Tuan Revo punya untuk bisa beristirahat di rumah ini" 

Teresia mengangguk-anggukan kepalanya mengerti akan penjelasan singkat Chef Raditya. 

Tanpa disadari keduanya ada langkah kaki mendekat yang penasaran akan sosok Teresia dari belakang. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Riana Anggraini
bagussssssssssssss bNgettttt
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suamiku Gay?!   Epilog

    "Kakak kue nya udah datang, ini mau diletakkan di mana?" Arshan mengangkat kue stroberi di tangannya pada Zanna yang tengah menempelkan balon-balon huruf di atas jendela dengan Arhan yang memegangi tangganya."Di atas meja aja Dek, setelah itu kamu lihat ke luar ya. Pastikan Mamah dan Papah belum pulang"Arshan mengangguk dan meletakkan kue tersebut ke atas meja.Ia sempat melihat hasil dekorasi sang Kakak yang menyulap ruang keluarga rumah mereka dengan hiasan yang menurutnya cukup cantik.Hari ini adalah hari ulangtahun pernikahan Teresia dan Arga yang ke dua puluh tahun.Saat ini keduanya tengah pergi ke rumah Kakek mereka dan kesempatan itu Zanna gunakan untuk mengajak kedua adiknya untuk menyulap ruang keluarga mereka untuk memberikan kejutan untuk orangtua mereka."Selesai!!" pekik Zanna merasa senang saat ia selesai menempelkan balon-balon huruf di atas gorden ruang keluarga."Bagus gak Dek?"Arhan ikut melihat dekorasi sang Kakak dan memberikan anggukan kuatnya."Bagus! Kakak

  • Suamiku Gay?!   Bab 89 - Kebahagiaan Tiada Akhir!

    Arga mengerjapkan kedua matanya, dan melihat sekelilingnya.Ia di rumah sakit dan hanya seorang diri.Bangkit dengan kasar, Arga turun dari atas ranjang, dengan linglung ia bergerak menuju ruang operasi.Tak tau berapa lama ia pingsan, namun yang Arga ingat ketika sadar adalah kenyataan pahit yang Dokter katakan tentang keselamatan istrinya. Bahkan Arga belum melihat kedua bayi kembarnya yang amat ia dan Teresia tunggu dengan tak sabar."Suster!! Di mana- di mana pasien wanita yang ada di ruang ini?!" Arga tercekat dengan air mata yang bersiap untuk keluar.Perawat wanita itu nampak terkejut sejenak dan melirik ke belakangnya."Ehm, para petugas baru saja mengirim pasien di kamar ini ke ruang jenazah"Lutut Arga lemas seketika. Dadanya terasa sesak, bahkan keluarganya sudah tak di sini lagi."Bapak baik-baik aja?" perawat tersebut nampak khawatir, ia merasa bersalah karena sudah memberitahu Arga.Arga mengangguk singkat, ia memilih bangkit dan pergi menuju ruang jenazah yang dimaksud

  • Suamiku Gay?!   Bab 88 - Ketakutan Terbesarnya

    Memasuki usia pernikahan yang ke tiga tahun, membuat hubungan Arga dan Teresia makin erat.Bahkan di saat Zanna yang sudah berusia dua tahun, Teresia kembali hamil dan berhasil hamil anak kembar. Mendengar bahwa ia akan memiliki dua anak sekaligus membuat Teresia dan Arga tak percaya dan bahagia tentunya.Di kehamilan keduanya ini cukup baik Teresia menjalaninya, meski ia sedikit kepayahan karena saat ini ia mengandung dua janin sekaligus.Arga juga menjadi lebih protektif padanya. Bahkan pria itu selalu izin bekerja dari rumah demi bisa menjadi suami yang siap dibutuhkan lapan saja.Dan tentu jadwal bermainnya dengan Zanna menjadi banyak, karena dengan perut besar, Teresia jadi mudah lelah untuk menemani Zanna yang senang sekali berlarian dan memintanya untuk dikejar.Terkadang hal yang menjadi favoritnya adalah saat melihat Zanna dan Arga bermain kejar-kejaran di halaman belakang rumah mereka.Mendengar tawa Zanna dan bagaimana gadis kecil itu berbicara dengan tidak jelasnya kian me

  • Suamiku Gay?!   Bab 87 - Merasa Terabaikan

    "Kyaa! Baju Mamah basah" Suara tawa balita berusia 7 bulan itu nampak memenuhi ruangan di dalam kamar mandi kamar Teresia dan Arga. Bayi itu kembali menepukan air yang dipakai berendamnya sehingga mencipratkan air mengenai Teresia yang tengah menemaninya mandi. "Yahh basah" balita itu kembali tertawa geli seolah apa yang dilakukannya nampak sangat menghibur dirinya. Arga mengamati dengan senyum geli di depan pintu kamar mandinya. Bayi mungil yang sudah tumbuh itu makin menempel pada Teresia, dan bahkan Teresia juga mulai melupakan Arga sepertinya karena sibuk untuk mengurus Zanna. Arga sempat menawarkan baby sitter agar Teresia tidak lelah untuk menjaga Zanna, namun Teresia menolak, wanita itu tak mau ia kalah populer dibandingkan baby sitter. Teresia mau terus ada di samping bayinya. "Yuk pakai baju, nanti Zanna kedinginan" Teresia mengangkat Zanna dan membawanya ke dalam kamar. Wanita itu sedikit terkejut melihat Arga sudah berada di depan pintu kamar mandi. "Kamu sudah pula

  • Suamiku Gay?!   Bab 86 - Zanna Kirania Anata

    "Kita duduk dulu ya?" Arga nampak khawatir melihat Teresia yang sudah banyak berkeringat namun masih terus menginginkan berjalan. Teresia menolak, dia meminta botol air yang selalu Arga bawa. "Perut aku sakit lagi, ahh bayi kamu aktif banget" bisik Teresia mendesis sakit saat kontraksinya kembali menyerangnya. Arga ikut berkeringat, dirinya sendiri sangat khawatir. "Kamu benar gak mau sesar aja? Aku khawatir banget" ujar Arga mengusap-usap perut Teresia dan ia bisa merasakan bagaimana bayinya yang senantiasa menendangnya. "Apa sakit?" tanya Arga saat mendengar desisan Teresia saat bayi di perutnya menendang ke bawah telapak tangannya. "Lumayan" "Sesar-""Arga stop! Aku udah pembukaan enam! Aku gak mau sesar!!" Teresia mendengus kesal jika setiap kekhawatiran Arga selalu mengusulkan dia untuk operasi sesar. "Aku mau kembali ke kamar! Kamu pegangin aku, ini sakit banget" ujarnya lirih dan mengusap-usap perutnya pelan. ***"Ahh ini sakit banget!!" Teresia benar-benar ingin sekal

  • Suamiku Gay?!   Bab 85 - Bertengkar Kembali

    "Aku gak mau yang ini! aku mau yang beruang pink itu di tengah" Teresia menunjuk dengan penuh kekesalan pada Arga yang sedari tadi tak mendapatkan apa yang dia inginkan. "Susah Teresia! Kamu aja coba yang ambil!" Arga menyerah dan memberikan mesin capit boneka itu untuk Teresia. Mungkin sudah ada dua jam mereka hanya bermain alat capit demi mendapatkan apa yang Teresia inginkan. Boneka yang Teresia inginkan itu berada di bawah tumpukan boneka lainnya, dan jelas itu mustahil untuk bisa ia dapatkan. "Kamu 'kan bilang mau melakukan apa aja buat aku! Masa ambil boneka yang aku mau aja gak bisa!" Teresia melipat kedua tangannya kesal dan menghentakkan kakinya ke atas tanah. "Aku beli aja ya, aku gak bisa jika harus mengambilnya dari mesin capit ini" Teresia menggeleng menolak "kamu gak mau berjuang buat aku?! Aku jadi ragu sama pernyataan cinta kamu itu! Kamu pasti gak bener cinta sama aku, kalo soal permainan capit ini aja kamu gak mau sedikit berjuang untuk aku!" Kepala Arga bena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status