Home / Romansa / Suamiku Gay?! / Bab 2 - Bertemu

Share

Bab 2 - Bertemu

Author: Caty Perii
last update Last Updated: 2022-08-04 13:45:24

"Ini sudah ketiga kalinya kamu bertengkar dengan para pelanggan! Apa yang harus aku dengarkan alasanmu kali ini Teresia?"

Teresia meringis pelan ia menundukan kepalanya karena tau orang di depannya tengah benar-benar marah padanya. "Maaf Bu, tapi laki-laki itu duluan yang kurang ajar sama saya! Dia bahkan melecehkan saya, tidak mungkin saya diam saja-" 

"Kamu tau dia orang penting?! Bagaimana jika dia melaporkan club ini dan nanti menutup tempat ini?! Apa kamu mampu membayar semua kerugiannya?!" wanita  dengan dandanan full make-upnya itu memarahi Teresia dan benar-benar kesal pada Teresia yang baginya menjadi saingannya, hanya karena beberapa pria yang ditaksirnya justru memilih jatuh cinta pada Teresia. 

"Aku akan memecatmu!" 

Kedua mata Teresia terbuka lebar, lagi? Haruskah dia kembali mencari pekerjaan baru lagi? 

"Tapi Bu-"

"Pergi sekarang!" 

Teresia mengepalkan kedua tangannya, tatapan ramahnya sudah menghilang, kini ia menatap wanita  di depannya dengan pandangan kesalnya. Apa masalahnya memang jika membela diri pada seseorang yang sudah kurang ajar padanya?!

"Baiklah! Lagi pula tempat ini gak cocok buat seseorang seperti saya! Di mana jika ada seseorang yang berniat jahat dan statusnya lebih tinggi dari para pelayan di sini tetap kami semua yang salah! Uang dan kuasa mengalahkan segalanya! Saya berharap anda tidak akan mengalaminya!" 

Teresia melepas apron mini yang terikat di pinggulnya dan melempar kasar benda itu ke atas lantai. Mengabaikan omelan wanita tersebut padanya, Teresia keluar dari ruangan tersebut dan juga tak berkata apapun pada rekan-rekan kerjanya yang beberapa ada yang senang karena dia memilih berhenti. 

Teresia pernah mendengar bahwa para wanita di sana merasa tersaingi karena wajah Teresia cukup dikagumi para pria. Sehingga beberapa pria yang sudah punya kekasih meminta Teresia menjadi simpanannya dengan imbalan uang untuk tutup mulut. 

Teresia tau dia miskin namun jika harga dirinya sudah diinjak-injak seperti itu, Teresia tak terima. Dia bahkan mengatakan dengan jujur pada kekasih para pria itu namun sebaliknya, bukannya para wanita itu berterimakasih padanya karena telah jujur, Teresia justru dikatai wanita  gatal. 

Menyebalkan sekali memang. 

"Sialanlah! Kemana lagi gue cari kerja kalo gini?!" desahnya pelan, ini adalah kesekian kalinya Teresia dipecat dari pekerjaannya. 

Ia memang bekerja di sebuah club malam di mana berisi banyak orang mabuk, namun malam ini Teresia sudah hampir diperkosa karena ia mengantarkan botol minuman di dalam kamar tamu. 

Saat berhasil melawan, Teresia justru dipanggil ke ruang bosnya dan dipecat. 

Seharusnya itu bukanlah kesalahannya, pekerjaan Teresia hanya menjadi pelayan dan bukan pemuas nafsu.

Teresia melihat jam di ponselnya, sudah hampir jam dua dini hari. Teresia mendesah pelan, memikirkan hidupnya kedepan nanti. 

"Ah Bapak itu kapan datang lagi ya? Capek banget hidup susah gini!" 

Teresia menghentikan langkahnya saat merasa ada seseorang yang memperhatikan dirinya, dia menoleh ke belakang dan memeriksa siapa saja yang berada di belakangnya. Namun Teresia tak melihat ada sosok mencurigakan. 

Perasaan ini sama seperti perasaan sebelum-sebelumnya. 

Tak sekali ia merasakan hal ini, semenjak ia selalu pulang malam dari pekerjaannya, Teresia selalu merasa ada seseorang yang memperhatikannya dan mengikutinya dari belakang, namun ketika ia periksa tak ada siapapun yang mencurigakan. 

Ia kembali melanjutkan langkahnya dengan perasaan was-was, karena merasa ada seseorang yang terus memperhatikannya dan mengikutinya diam-diam. 

Langkahnya kian cepat dan Teresia buru-buru melewati tikungan, ia bersembunyi di  balik bangunan tersebut dan menanti seseorang yang berjalan di belakangnya. Seseorang yang ia curigai itu. 

Kupingnya menajam saat mendengar langkah sepatu yang kian dekat, dan saat langkah itu sudah berada di sampingnya, tak menunggu lama, Teresia melayangkan kepalan tinjunya pada hidung orang tersebut. 

"Ahh Shit!!" 

"Sialan lo! Lo mau mesum ya?! Ngapain lo ikutin gue?!" 

Teresia memelototkan matanya dengan galak ke arah pria tinggi yang tengah meringis dan menahan hidungnya yang baru saja mendapat bogeman darinya. 

Bibir Teresia menyunggingkan senyum miring saat melihat darah mengalir keluar dari hidung pria itu. 

"What the- Ahh, sialan!! Apa yang ada di otakmu?!" Pria itu menatap marah pada Teresia, dia membersihkan darah yang keluar dari hidungnya dengan sapu tangan yang dibawanya. Menatap nyalang pada Teresia yang terkekeh dan bersedekap. 

Baru kali ini ada seorang wanita yang memukulnya hingga berdarah. 

"Gue udah curiga ada yang ngikutin gue! Apa lo juga yang setiap malam selalu ikutin gue pulang?! Lo mau macem-macem kan?!" Teresia sedikit tak tega melihat wajah tampan di depannya harus terluka karena pukulannya. 

Namun namanya orang jahat tetap tak ada pengampunan. Setidaknya itulah menurutnya. 

"Aku tak mengikutimu! Minta maaf padaku! Dan bayar kerugian yang kamu sebabkan!" desis pria itu terdengar galak dan menunjuk hidungnya yang sudah Teresia lukai. 

Teresia hanya berdecih dan merasa tak takut pada pria tersebut, "lo tunggu di situ!" kemudian Teresia mengambil ponselnya dan membuka fitur kamera, dengan cepat ia memotret wajah pria tersebut. 

"Buat apa itu! Kamu tau mengambil foto orang lain tanpa izin itu salah?! Kamu bisa ku laporkan!" 

"Sebelum lo lakuin itu! Gue yang lebih dulu melapor! Lo mau macam-macam sama gue! Lo selalu ngikutin gue pulang!" 

Pria tersebut menggeram kesal dan kedua tangannya terangkat ingin sekali ia membalas perlakuan Teresia. "Aku berharap tak pernah bertemu denganmu lagi! Akan aku ingat hal ini seumur hidupku!"

Pria itu mengeram kesal dan berjalan melalui Teresia. 

Teresia tak menerima saat pria yang ia anggap orang yang ingin menjahatinya itu kabur begitu saja.

"Sialan lo jangan kabur!!"

Pria yang tak dikenalnya itu memberhentikan taksi dan kemudian melaju di kegelapan malam.

Teresia mendesis kesal. Kedua tangannya mengepal erat karena seluruh amarahnya belum sepenuhnya ia keluarkan.

"Semoga gue gak pernah lagi ketemu cowok mesum itu!"

***

Arga membuang tisu yang baru saja dipakainya untuk membersihkan sisa darah di hidungnya.

Terluka karena seseorang wanita yang asal menuduhnya dan tiba-tiba saja memukulnya.

"Siapa yang melakukan hal ini padamu?"

Arga melirik sinis pada adiknya yang terlihat baru juga tiba di rumah sama sepertinya.

"Seorang wanita gila yang menuduhku menguntitnya dan berniat melakukan hal buruk padanya!"

Revo tertawa mendengar gerutuan Arga, Kakaknya. Pria itu terdengar memendam kekesalan pada wanita yang berhasil membuat Arga terus memikirkannya.

Dan melupakan satu fakta buruk tentang Arga yang anti seorang wanita.

"Wanita itu cukup lucu"

Arga mendesis dan berdecak pelan "dia kasar dan sangat menyebalkan! Wanita itu berhasil membuatku benar-benar ingin ku balas atau setidaknya mengerjainya! Aku ingin dia mengetahui siapa aku dan kemudian berlutut meminta maaf!"

Revo menarik sudut bibirnya, ia duduk di kursi bar mengamati wajah Kakaknya yang menegang dan wajah Arga yang datar menatap dinding di depannya.

Dia cukup menyimak bagaimana Arga yang tengah mengeluarkan suara hatinya tentang perempuan yang baru ditemuinya ini.

Tak ada raut jijik atau tanda-tanda trauma Arga yang bangkit hanya karena mengingat wanita tersebut.

Sebagai adik Arga dan mengenal Arga cukup dekat, Revo memahami bahwa Arga tak menaruh rasa traumanya pada wanita yang baru saja diceritakan Arga padanya.

Dan Revo juga berpikir apa wanita itu bisa membantu Arga untuk keluar dari rasa takutnya terhadap wanita dan juga menghentikan kegilaan Arga yang bermain dengan para pria hingga bisa disimpulkan bahwa Arga adalah seorang gay?

Mendadak Revo penasaran siapa sosok wanita itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Gay?!   Epilog

    "Kakak kue nya udah datang, ini mau diletakkan di mana?" Arshan mengangkat kue stroberi di tangannya pada Zanna yang tengah menempelkan balon-balon huruf di atas jendela dengan Arhan yang memegangi tangganya."Di atas meja aja Dek, setelah itu kamu lihat ke luar ya. Pastikan Mamah dan Papah belum pulang"Arshan mengangguk dan meletakkan kue tersebut ke atas meja.Ia sempat melihat hasil dekorasi sang Kakak yang menyulap ruang keluarga rumah mereka dengan hiasan yang menurutnya cukup cantik.Hari ini adalah hari ulangtahun pernikahan Teresia dan Arga yang ke dua puluh tahun.Saat ini keduanya tengah pergi ke rumah Kakek mereka dan kesempatan itu Zanna gunakan untuk mengajak kedua adiknya untuk menyulap ruang keluarga mereka untuk memberikan kejutan untuk orangtua mereka."Selesai!!" pekik Zanna merasa senang saat ia selesai menempelkan balon-balon huruf di atas gorden ruang keluarga."Bagus gak Dek?"Arhan ikut melihat dekorasi sang Kakak dan memberikan anggukan kuatnya."Bagus! Kakak

  • Suamiku Gay?!   Bab 89 - Kebahagiaan Tiada Akhir!

    Arga mengerjapkan kedua matanya, dan melihat sekelilingnya.Ia di rumah sakit dan hanya seorang diri.Bangkit dengan kasar, Arga turun dari atas ranjang, dengan linglung ia bergerak menuju ruang operasi.Tak tau berapa lama ia pingsan, namun yang Arga ingat ketika sadar adalah kenyataan pahit yang Dokter katakan tentang keselamatan istrinya. Bahkan Arga belum melihat kedua bayi kembarnya yang amat ia dan Teresia tunggu dengan tak sabar."Suster!! Di mana- di mana pasien wanita yang ada di ruang ini?!" Arga tercekat dengan air mata yang bersiap untuk keluar.Perawat wanita itu nampak terkejut sejenak dan melirik ke belakangnya."Ehm, para petugas baru saja mengirim pasien di kamar ini ke ruang jenazah"Lutut Arga lemas seketika. Dadanya terasa sesak, bahkan keluarganya sudah tak di sini lagi."Bapak baik-baik aja?" perawat tersebut nampak khawatir, ia merasa bersalah karena sudah memberitahu Arga.Arga mengangguk singkat, ia memilih bangkit dan pergi menuju ruang jenazah yang dimaksud

  • Suamiku Gay?!   Bab 88 - Ketakutan Terbesarnya

    Memasuki usia pernikahan yang ke tiga tahun, membuat hubungan Arga dan Teresia makin erat.Bahkan di saat Zanna yang sudah berusia dua tahun, Teresia kembali hamil dan berhasil hamil anak kembar. Mendengar bahwa ia akan memiliki dua anak sekaligus membuat Teresia dan Arga tak percaya dan bahagia tentunya.Di kehamilan keduanya ini cukup baik Teresia menjalaninya, meski ia sedikit kepayahan karena saat ini ia mengandung dua janin sekaligus.Arga juga menjadi lebih protektif padanya. Bahkan pria itu selalu izin bekerja dari rumah demi bisa menjadi suami yang siap dibutuhkan lapan saja.Dan tentu jadwal bermainnya dengan Zanna menjadi banyak, karena dengan perut besar, Teresia jadi mudah lelah untuk menemani Zanna yang senang sekali berlarian dan memintanya untuk dikejar.Terkadang hal yang menjadi favoritnya adalah saat melihat Zanna dan Arga bermain kejar-kejaran di halaman belakang rumah mereka.Mendengar tawa Zanna dan bagaimana gadis kecil itu berbicara dengan tidak jelasnya kian me

  • Suamiku Gay?!   Bab 87 - Merasa Terabaikan

    "Kyaa! Baju Mamah basah" Suara tawa balita berusia 7 bulan itu nampak memenuhi ruangan di dalam kamar mandi kamar Teresia dan Arga. Bayi itu kembali menepukan air yang dipakai berendamnya sehingga mencipratkan air mengenai Teresia yang tengah menemaninya mandi. "Yahh basah" balita itu kembali tertawa geli seolah apa yang dilakukannya nampak sangat menghibur dirinya. Arga mengamati dengan senyum geli di depan pintu kamar mandinya. Bayi mungil yang sudah tumbuh itu makin menempel pada Teresia, dan bahkan Teresia juga mulai melupakan Arga sepertinya karena sibuk untuk mengurus Zanna. Arga sempat menawarkan baby sitter agar Teresia tidak lelah untuk menjaga Zanna, namun Teresia menolak, wanita itu tak mau ia kalah populer dibandingkan baby sitter. Teresia mau terus ada di samping bayinya. "Yuk pakai baju, nanti Zanna kedinginan" Teresia mengangkat Zanna dan membawanya ke dalam kamar. Wanita itu sedikit terkejut melihat Arga sudah berada di depan pintu kamar mandi. "Kamu sudah pula

  • Suamiku Gay?!   Bab 86 - Zanna Kirania Anata

    "Kita duduk dulu ya?" Arga nampak khawatir melihat Teresia yang sudah banyak berkeringat namun masih terus menginginkan berjalan. Teresia menolak, dia meminta botol air yang selalu Arga bawa. "Perut aku sakit lagi, ahh bayi kamu aktif banget" bisik Teresia mendesis sakit saat kontraksinya kembali menyerangnya. Arga ikut berkeringat, dirinya sendiri sangat khawatir. "Kamu benar gak mau sesar aja? Aku khawatir banget" ujar Arga mengusap-usap perut Teresia dan ia bisa merasakan bagaimana bayinya yang senantiasa menendangnya. "Apa sakit?" tanya Arga saat mendengar desisan Teresia saat bayi di perutnya menendang ke bawah telapak tangannya. "Lumayan" "Sesar-""Arga stop! Aku udah pembukaan enam! Aku gak mau sesar!!" Teresia mendengus kesal jika setiap kekhawatiran Arga selalu mengusulkan dia untuk operasi sesar. "Aku mau kembali ke kamar! Kamu pegangin aku, ini sakit banget" ujarnya lirih dan mengusap-usap perutnya pelan. ***"Ahh ini sakit banget!!" Teresia benar-benar ingin sekal

  • Suamiku Gay?!   Bab 85 - Bertengkar Kembali

    "Aku gak mau yang ini! aku mau yang beruang pink itu di tengah" Teresia menunjuk dengan penuh kekesalan pada Arga yang sedari tadi tak mendapatkan apa yang dia inginkan. "Susah Teresia! Kamu aja coba yang ambil!" Arga menyerah dan memberikan mesin capit boneka itu untuk Teresia. Mungkin sudah ada dua jam mereka hanya bermain alat capit demi mendapatkan apa yang Teresia inginkan. Boneka yang Teresia inginkan itu berada di bawah tumpukan boneka lainnya, dan jelas itu mustahil untuk bisa ia dapatkan. "Kamu 'kan bilang mau melakukan apa aja buat aku! Masa ambil boneka yang aku mau aja gak bisa!" Teresia melipat kedua tangannya kesal dan menghentakkan kakinya ke atas tanah. "Aku beli aja ya, aku gak bisa jika harus mengambilnya dari mesin capit ini" Teresia menggeleng menolak "kamu gak mau berjuang buat aku?! Aku jadi ragu sama pernyataan cinta kamu itu! Kamu pasti gak bener cinta sama aku, kalo soal permainan capit ini aja kamu gak mau sedikit berjuang untuk aku!" Kepala Arga bena

  • Suamiku Gay?!   Bab 84 - Selamat Ulang Tahun

    Kehamilan Teresia sudah memasuki minggu ke-24. Banyak yang terjadi belakangan hari ini dari seringnya wanita itu terbangun di tengah malam untuk meminta Arga mencarikan makanan-makanan aneh yang Teresia inginkan hanya dari mimpinya. Pernah saat Arga besok paginya harus pergi meeting ke luar kota, namun Teresia membangunkannya memintanya mencarikan ia batangan coklat namun yang terbuat dari stroberi dan bukan coklat. Tengah malam dan Arga harus mencarinya kemana?Lalu saat kembali dan membawakan coklat dengan perisai stroberi, pria itu disalahkan dan hasil akhirnya adalah Teresia akan mengurung dirinya di kamar mandi untuk menangis. Meski saat keluar dari kamar mandi Teresia akan memakan coklat yang Arga berikan. Arga mau marah, dia sangat mengantuk namun dia bisa apa?Teresia sedang hamil anaknya dan tidak mungkin dia bisa marah pada Teresia. Meski setelah makan, Teresia akan kembali dalam mood yang baik dan meminta Arga untuk memeluknya sepanjang malam. Juga saat keesokan hari

  • Suamiku Gay?!   Bab 83 - Teman Lama

    "Aku tidak pernah melihatnya bisa tertawa lepas seperti itu" ujar Arga menatap dengan binar bahagia ke arah Teresia yang tertawa lepas dengan teman-teman wanitanya. "Kamu bisa mencari kontak teman-teman Teresia, dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Ayahnya yang nampak penasaran bagaimana bisa Arga merencanakan pesta ini dengan sangat mendetail. "Di ponselnya aku melihat hanya ada dua orang temannya dan itu pun mereka jarang sekali mengirim pesan, namun karena aku rasa dia akan senang jika teman sekolahnya hadir di sini jadi aku meminta dua temannya itu menginfokan pada seluruh teman kelasnya untuk datang dan memeriahkan pernikahanku ini" Ayah Romi tertawa dan mengacak rambut Arga dengan perasaan senangnya. "Kamu benar-benar berbakat membuat Teresia bahagia" Arga tersenyum hangat dan pandangannya tak lepas pada Teresia yang masih asik berkumpul dengan teman-teman wanitanya. Pandangan Arga perlahan menyipit tajam saat ada seseorang pria yang mendekati istrinya dan berjabat tangan

  • Suamiku Gay?!   Bab 82 - Pesta yang Dinanti!!

    Teresia mengerjapkan kedua matanya, dia mendengar banyak orang berisik di dalam kamar, hingga membuatnya membuka kedua matanya. "Akhirnya pengantin wanitanya bangun" Kedua mata Teresia terbuka lebar dan menatap kaget pada beberapa wanita yang ada di dalam kamarnya. "Ka-kalian siapa?" Teresia melirik ke sampingnya di mana tempatnya Arga tidur, namun pria itu sudah tidak ada di sampingnya. "Yuk kita bersihkan tubuhnya, lalu berikan riasan yang sangat memukau seperti yang suaminya pesan" ujar salah satu wanita di antar keempat wanita yang berada di kamarnya namun ucapannya itu diiyakan oleh semuanya membuat Teresia mengerjap makin tak mengerti. "Yuk Mbak!" Teresia menolak saat tangannya ingin ditarik pelan menuju kamar mandi. "Kalian itu siapa?! Kenapa ada di sini?" Teresia waspada, dan merasa takut akan kehadiran para wanita asing di matanya ini. "Kami pegawai salon Mbak, dan mereka penata rias yang akan merias wajah anda" Teresia menggeleng pelan masih belum mampu mencerna ata

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status