Share

Bab 6 Sebuah Ciuman

Malam itu Nico memilih bekerja lembur karena sepertinya Jessica juga akan lembur. Tadi sore wanita itu berada di ruangan Pak Arya dan belum keluar sampai sekarang. Entah apa yang wanita itu kerjakan di dalam sana hingga semua karyawan tak boleh masuk ke ruangan itu.

Nico merasa sangat lelah, selain harus melupakan mantan kekasihnya ia juga harus memikirkan bagaimana proyek bersama Jessica tetap berjalan.

Nico menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya sambil menutup matanya. Ia memilih istirahat sebentar dan benar saja, wajah Nerra langsung muncul di kepalanya. Tiba-tiba ia mendengar suara sesuatu. ia membuka matanya dan secangkir kopi sudah ada di atas mejanya, ia lalu melihat ke arah depan, melihat sosok yang sudah membuatkannya secangkir kopi hitam yang wangi.

"Jessica, kau?"

Wanita itu, tersenyum begitu manis. "Kenapa memangnya?"

"Ti-tidak," suara Nico terdengar gugup, "kukira kau masih kerja di dalam."

"Oh, kau kira aku kerja di dalam?" Jessica lalu tertawa kecil sambil menggeleng, "jangan-jangan kau lembur karena ngira aku lembur juga?"

"Ya ...," sahut Nico sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "aku tidak enak kau kerja dan belum pulang sementara aku sudah pulang. Sebagai partner kerja, aku merasa tidah enak."

Jessica terenyuh mendengar ucapan Nico barusan. "Aduh ... sweet-nya," balasnya, lalu wanita itu tersenyum manis dan mengusap-ngusap rambut Nico layaknya mengusap kepala anak kecil. "Lain kali, kalau sudah waktu pulang, pulang saja! Tidak usah tunggu aku."

"Ya ... aku kan tidak enak."

Jessica terkikik sebentar. "Ya, sudah. Aku sudah mau pulang juga," ucapnya, aku duluan, ya!"

"Oh, iya ...."

Jessica lalu berjalan menuju lobby sementara Nico menyeruput kopi panasnya sebelum ia membereskan berkas-berkas pekerjaannya dan mengambil tas kerjanya.

Kantor sudah begitu sepi saat Nico berjalan keluar gedung. Namun saat ia berada di pintu keluar gedung, langkahnya terhenti. Ia melihat Jessica masih berdiri di luar gedung, seperti hendak menunggu seseorang.

Tidak lama kemudian, muncul mobil mewah di hadapan wanita itu dan alangkah terkejutnya Nico melihat siapa pria yang turun dan mempersilahkan Jessica masuk di dalam mobil itu. Dia tak lain adalah Pak Arya, atasan mereka.

Jessica sama terkejutnya saat melihat Nico melihat ia berada di dalam mobil atasan mereka namun sejurus kemudian wanita itu tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Nico.

Mobil Pak Arya melayu meninggalkan Nico di sana sementara Nico masih bertanya-tanya apakah Jessica benar memiliki hubungan dengan Pak Arya.

***

"Aku dengar, istrimu sempat datang ke kantor dan mencariku?" tanya Jessica pada sosok pria dewasa yang kini berdiri di hadapannya.

"Ya, dia memang datang ke kantor beberapa hari yang lalu."

"Lalu?"

"Aku membawanya pulang dan akhirnya dia percaya kalau aku sudah meninggalkanmu."

"Kau yakin dia percaya?" tanya Jessica.

"Ya, lebih tenang sekarang dan tidak mengecek handphone-ku," kata Arya.

Jessica menghela napas lega. "Syukurlah ...."

"Kenapa kau tetap bersikeras dengan hubungan seperti ini?" kata Arya, "jika kau mau, aku akan lebih memilihmu dibanding bersama Cici!"

"Jangan lupa, kau punya anak!" Jessica menekankan ucapannya, "bagiku tidak apa-apa kita seperti ini, aku menikmatinya kok."

"Kau tidak sakit hati terus-terusan menjadi simpananku?"

Jessica menggelengkan kepalanya, "itu lebih baik daripada harus menikah," ucapnya enteng.

Arya lalu memeluk tubuh Jessica dan wanita itu membalasnya.

"Bagaimana pun aku selalu mencintaimu, Jessica. Tolong jangan pergi dariku!"

Jessica hanya mengangguk sebagai jawaban.

***

"Nico, temani aku ke acara pernikahan sahabatku, ya!" tiba-tiba Jessica menghampiri Nico dan menyeru di hadapan pria itu.

"Kapan?" tanya Nico.

"Malam ini," jawab Jessica, "habis pulang kerja," tambahnya.

"Nanti, apa kau akan pulang ganti baju dulu?" tanya Nico.

Jessica mengangguk. "Tidak, aku hanya memakai baju ini saja, ucapnya."

"Apa tidak seharusnya pakai baju kondangan?"

"Tidak perlu," kata Jessica, "aku sudah terbiasa datang ke acara pesta dengan pakaian apa saja."

Malam pun tiba dan Jessica langsung menarik tangan Nico untuk ikut dengannya. Nico pun patuh pada permintaan Jessica dan ikut pada wanita itu.

Kini mobil Jessica berada di parkiran suatu hotel mewah. Tiba-tiba wanita itu melepaskan kemejanya.

"Hei, kenapa kau melelas kemejamu?" Nico tampak gusar begitu lengan putih Jessica terekspos oleh indera penglihatannya karena tubuh indah wanita itu hanya tertutupi tanktop hitam.

"Sebentar, aku punya ide untuk mengubah penampilanku," kata wanita cantik itu.

Jessica lalu mengambil sesuatu di belakang bangkunya, sebuah kain scarf dengan morif abstrak yang sangat indah. Ia lalu mengenakannya di tubuhnya dan tampak ia seperti mengenakan gaun yang indah.

"Wow, kau langsung sangat berbeda," gumam Nico, terpana memandang penampilan Jessica saat ini.

"Kemarin aku sudah menyiapkan hadiah," kata Jessica sambil mengambil kotak hadiah di bangku belakang mobilnya. "Okay, kita siap?"

Nico dan Jessica lalu turun dari mobil, Jessica menggandeng tangan Nico saat mereka berjalan memasuki hotel dan gedung tempat pernikahan itu dilaksanakan.

Nico melemparkan pandangannya ke segala arah ketika Jessica menandatangani buku tamu, tiba-tiba ia melihat ada sepasang sejoli yang tak ingin ia lihat lagi. Kedua sejoli itu juga sama kagetnya dengan dirinya namun mereka akhirnya tetap berjalan menghampiri Nico.

"Hai, kau yang waktu itu, kan?" tanya pria itu.

Gadis yang tak lain adalah Nerra memandang tak enak ke arah Nico. "Nico, apa kabar?" ucapnya terpaksa.

"Hai, Alvian!" tiba-tiba Jessica menyeru pada pria yang bersama Nerra.

Alvian begitu terkejut dan langsung memeluk Jessica saat melihat wanita itu berada di sana. "Astaga, itu kau!" ucapnya, "apa kabarmu, Jessica?"

"Baik," jawab Jessica sambil melepas pelukan Alvian.

"Kita sudah lama sekali tidak ketemu, kau sibuk sekali setelah bekerja di perusahaan itu, ya?"

"Ya, lumayan," jawab Jessica. Wanita itu lalu melingkarkan lengannya ke lengan Nico.

"Kalian berkenalan?" tanya Alvian.

"Iya, kami bekerja di tempat yang sama," ucap Jessica.

Alvian diam sebentar lalu ia tersenyum tipis.

"Oh, ini ya pacarmu?" tanya Jessica pada Alvian.

"Bulan depan kami akan menikah," kata Alvian.

***

Setelah bersalaman dan memberi kado ke mempelai pengantin, Jessica dan Nico duduk di kursi tamu. Nico mencoba untuk menikmati hidangan makan malam untuk tamu namun makanan itu terasa hambar di mulutnya.

"Kau sepertinya ada sesuatu dengan pacar Alvian," kata Jessica tiba-tiba, "apa kalian dulunya ada hubungan?"

"Tidak ada," jawab Nico.

Jessica lalu terkikik, "kau baru menjawabnya iya."

"Tidak, aku ingat kalau aku bilang tidak ada, aku tidak ada hubungan dengan mereka," kelit Nico dengan raut wajah seriusnya.

Jessica lalu melihat ke arah pasangan sejoli itu, ia bisa menangkap beberapa kali Nerra melirik ke arah Nico dan itu membuat Jessica semakin penasaran dengan hubungan Nico dan pacar Alvian itu.

Setelah acara foto-foto dan memberi salam terakhir, mereka pun menuju parkiran untuk pulang. Dari kejauhan Jessica melihat Nerra dan Alvian juga berada di parkiran yang sama dengan mereka.

"Nico, kau tidak ingin menciumku?"

"Apa?" Nico langsung kaget dengan pertanyaan Jessica barusan tapi ia lebih kaget lagi saat wanita itu langsung mencium bibir Nico tanpa aba-aba apa pun.

Nico hanya bisa mengerjap-ngerjapkan matanya saat bibir Jessica mengajak bibirnya untuk saling mengulum. Nico sangat bingung apa yang harus ia lakukan mengingat ini pertama kalinya ia berciuman dengan seorang wanita.

Jessica tersenyum begitu manis saat ia melepaskan bibirnya dari bibir Nico sementara Nico masih tampak begitu shock.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status