Home / Romansa / Tanpa Status / Bab 5 Sticker di Belakang Handphone

Share

Bab 5 Sticker di Belakang Handphone

Author: J Shara
last update Last Updated: 2022-08-27 19:45:32

"Selamat pagi, Nico!" seru Rendy saat Nico tiba dan duduk di kursinya.

"Selamat lagi, Rendy," balas Nico. Ia lalu menoleh ke arah kursi Jessica yang berada di baris kedua. "Jessica belum datang?" tanyanya.

"Sudah tuh, dia tadi mencarimu."

"Halo, Nico!" seru Jessica.

Nico menoleh ke belakang dan wanita cantik itu sudah berada di sana, dengan anggunnya.

"Jessica hari ini kita ...."

"Ssstt! Aku ingat kok. Sekarang, ayok kita ke tempat si barbie!"

"Baiklah, aku siap-siap dulu ...."

"Tidak usah, kita sudah tidak punya banyak waktu lagi!"

Jessica langsung menarik tangan Nico dan menyeretnya ikut dengannya.

"Tunggu dulu!" seru Nico ketika Jessica hendak membuka pintu mobilnya, "aku tidak mau ikut di mobilmu kalau kau menyetir seperti semalam," kata Nico, wajahnya tampak serius.

"Memangnya kenapa?" tanya Jessica dengan tampang tak bersalahnya.

"Kita bisa mati karena kamu!" kata Nico serius.

Jessica diam sejenak lalu ia menyunggingkan sudut bibirnya. "Baiklah," kata Jessica, "aku tidak akan mengebut."

"Janji?" ujar Nico, "kalau kau ingkar, aku tidak mau lagi ikut denganmu atau aku mengundurkan diri saja dari proyek ini."

Jessica memutar bola matanya. "Baiklah, aku janji."

***

Mereka kini berada gedung butik di suatu kawasan elit. Ketika mereka masuk, semuanya serba berwarna pastel. Mulai dari cat tembol, furniture hingga desain pakaian di sana.

"Permisi!" Seketika Nico berada di dunia boneka. "Permisi!"

Nico melihat sekeliling, mencari-cari siapa yang menjaga butik itu. Di depan pintu bertuliskan papan "OPEN" namun tidak ada yang menjawab seruan Jessica dan Nico. Nico tetap berdiri memandang Jessica sementara Jessica tampak asik melihat-lihat koleksi pakaian di sana.

"Siapa kau?"

Nico menoleh ke belakang dan sosok gadis berambut chat ash pink nan panjang, mengenakan dress hitam pendek yang ketat tanpa lengan, terlihat menggeram ke arah Nico.

"Kau penyusup di sini, ya?" Ia menuduh Nico.

"Hai, Riry!" sapa Jessica sambil tersenyum manis.

Gadis bernama Riry itu menoleh ke arah Jessica lalu mengernyit ke memandang Jessica. "Siapa kau?"

"Aku Jessica Andini," kata Jessica sambil mengulurkan tangannya.

"Oh, kamu yang namanya Jessica ...." ucapnya tanpa meraih tangan Jessica.

"Mau apa kalian datang ke sini?"

"Kami berdua ditugaskan oleh Pak Arya untuk launching kembali toko Cattleya dan aku berencana untuk mengajakmu ikut bergabung dalam proyek ini," terang Jessica, "kupikir, desain mu sangat unik dan up to date."

"Oh, tentu saja. Itu sudah tak diragukan lagi," kata Riry dengan bangganya.

"Baiklah, nanti aku akan menghubungimu lagi," kata Jessica.

"Okay."

"Kalau begitu, aku dan partnerku permisi dulu."

Jessica dan Nico lalu keluar dari butik barbie itu. Tiba-tiba Jessica berseru.

"Aduh, aku lapar!" serunya sambil berjalan menuju mobilnya. Dengan gerakan lincah di berbalik ke arah Nico. "Nico, ayo kita makan!" serunya dengan manja, "aku lapar, aku belum sarapan tadi."

Nico menatap jam tangannya. "Tapi, bukannya ini masih jam kerja. Apa tidak apa-apa kita makan sebelum kembali ke kantor?"

"Tidak apa-apa," jawab Jessica asal. Wanita itu lalu menarik tangan Nico. "Jangan terlalu kaku dalam bekerja! Nanti kau cepat tua sendiri di kantor."

Mereka lalu naik mobil Jessica dan melaju ke rumah makan tradisional.

"Aku mau makan nasi!" kata Jessica, wajahnya tampak begitu semangat saat melepaskan sett belt-nya. "Ayo, Nico! Aku traktir kamu makan kali ini."

Jessica menggandeng tangan Nico saat memasuki restoran itu walaupun Nico menatap agak risih ke arah wanita cantik itu. Ia tidak mengerti mengapa wanita itu melakukan hal itu. Saat masuk ke dalan restoran, mereka pun mengambil tempat di samping jendela kaca.

"Kau mau pesan apa?" tanya Jessica.

"Um ... aku pesan apa saja yang kau pesan," jawab Nico

"Oh, sweet-nya."

Nico melemparkan pandangannya ke arah jendela kaca saat Jessica memesan makanan dan minuman bersama pelayan yang menghampirinya.

Tidak lama kemudian handphone Jessica berdering. Wajah wanita itu langsung terlihat girang saat melihat layar handphone-nya dan cepat-cepat mengangkatnya.

"Halo!" sapanya, sudut bibirnya melengkung begitu manisnya. "Aku singgah makan dulu sebelum ke kantor," lanjutnya, "iya, aku sama Nico di tempat biasa."

Diam-diam Nico menyimak ucapan Jessica di handphone-nya. Dalam hati ia menebak, orang yang menelepon Jessica sekarang pastilah orang yang mengenalnya. Mungkinkah orang di kantor? Tapi Jessica begitu akrab dengan lawan bicaranya sekarang.

Jessica tiba-tiba tertawa namun tawanya tawa yang anggun. "Kenapa? Kamu takut aku naksir Nico?"

Tiba-tiba wanita itu terkikik geli, "baiklah, nanti kita sama-sama pulang. Okay?"

Jessica lalu menutup panggilan teleponnya dan tidak lama kemudian pesanan makanan mereka datang.

"Oh, kau suka bleach?" seru Jessica tiba-tiba ketika melihat sticker di belakang handphone Nico.

"Oh, ini?" Nico memperlihatkan sticker itu, "Ya, lumayan suka, aku suka beberapa anime terkenal dulu."

"Aku juga suka!" kata Jessica dengan semangatnya, "tapi aku paling suka bleach, cuma aku benci ending-nya. Kenapa si rambut jeruk menikah dengan si big boob?"

Nico cuma bisa menahan tawanya melihat ekspresi Jessica saat ini. Wanita yang selalu tampak anggun itu kini terlihat lebih manis dengan sifat kekanak-kanakannya.

"Aku sampai tidak bisa tidur karena memikirkan ending-nya, rasanya seperti putus cinta!"

Wanita cantik itu lalu mengambil nasi dan menaruh di piringnya, "kau mengingatkanku dengan cerita itu tapi aku harus makan." Jessica pun melahap makanannya.

"Um ... Jessica?" panggil Nico tiba-tiba.

"Ya?"

"Yang tadi meneleponmu ... apa dia pacarmu?"

"Kenapa? Tertarik untuk mengetahuinya?"

"Tidak sih, cuma sepertinya dia mengenalku."

"Memang dia kenal kamu, kok."

Mata Nico melotot ke arah Jessica, tiba-tiba ia ingat rumor bahwa Jessica adalah kekasih simpanan atasan mereka.

"Kau tidak mau makan makananmu?" ujar Jessica.

"Ma-mau kok," jawab Nico dengan kikuk lalu cepat-cepat ia mengambil nasi dan lauknya, "aku makan, ya!" ucapnya dengan sopan sebelum makan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tanpa Status   Bab 24 Mari Kita Akhiri!

    Jessica tampak lemah dan murung di kantor. Tidak seceriah seperti yang biasa tampak darinya, ia bahkan tak tersenyum dengan semua orang bahkan menyibukkan dirinya dengan beberapa dokumen yang harus dia selesaikan.Sebenarnya, dokumen itu bisa ia selesaikan kapan saja namun ia memilih untuk tidak menundanya mengerjakannya. Di sisi lain, Nico yang sedari ngobrol bersama rekan kerja lainnya, diam-diam memperhatikan Jessica yang tampak beda dari biasanya. Begitu pun saat makan siang, wanita itu tetap memilih makan sendirian. Ingin sekali Nico menghampirinya namun ia berusaha menahannya. Ia bisa merasakan ada yang beda dengan wanita cantik itu. Malam telah tiba, Nico mencoba mengambil kesempatan untuk bisa bicara dengan Jessica namun wanita itu malah memilih untuk lembur. *** Jam sudah menunjukkan jam 23.00 dan Jessica hendak membereskan dokumen dan meninggalkan mejanya. dengan anggunnya dia berjalan menuju lift namun ia tak menyangka di belakangnya, Nico juga menghampirinya. "Kau bel

  • Tanpa Status   Bab 23 Terima Kasih

    Jessica dan Arman menoleh ke samping, ke arah pria yang berseru dengan lantangnya yang kini berdiri tak jauh dari mereka. Jessica tampak kaget saat melihat sosok itu adalah Nico. Nico menyeringai tajam menatap Arman. "Dengan paksa, Heh?" Arman mendengus sekali lalu secara terpaksa ia melepaskan cengkramannya. Sementara Jessica masih shock, tubuhnya gemetaran karena perlakuan paksa yang dilakukan Arman padanya. Sambil terus menatap tajam Arman, Nico berjalan menghampiri mereka. Setelah berada di samping Jessica yang masih shock, Nico meraih tangan Jessica. Menyadari tangan Jessica yang gemetaran hebat, Nico pun menggenggamnya erat. "Jessica, biar kutemani sampai di parkiran," kata Nico lalu ia menarik Jessica untuk memasuki lift dan meninggalkan Arman. Di dalam lift, mereka hanya berdiaman sementara Nico masih menggenggam tangan Jessica selama lift bergerak ke bawah. Secara berangsur-angsur ketakutan Jessica sirna, bahkan kini ia merasa aman berada bersama Nico. Perlahan ia menenga

  • Tanpa Status   Bab 22 Bimbang

    Jessica diam merenung, ia sampai tak bisa menikmati hidangan steak di hadapannya. Ia mengingat lagi pertemuan terakhir ia dan Nico, bagaimana Nico bersikap tak ramah padanya. Jessica berpikir keras, apa yang membuat pria itu bersikap seperti itu padanya. "Apa steak-nya tidak enak?" Jessica tersentak dari lamunannya, ia menoleh ke arah Arya yang kini tersenyum lembut padanya. "Oh, bukan itu ...," kelit Jessica. "Ada yang mengganggu pikiranmu?" Jessica diam sejenak sebelum menjawab. "Tidak ada, jawabnya sambil berusaha tersenyum manis. Arya lalu menggenggam tangan Jessica. "Jika ada sesuatu yang mengganggu pikirianmu, kau bisa ceritakan padaku." Jessica mengangguk semangat. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja, kok, tidak ada masalah," ucapnya. Arya hanya mengangguk sambil tersenyum mengerti lalu ia kembali menikmati hidangan makan malamnya. *** "Aku lihat kau semakin dekat dengan karyawan baru itu," kata Arya. Jessica yang duduk menyandar di sofa tersenyum tipis. "Kenapa? Ka

  • Tanpa Status   Bab 21 Menjauh

    Nico berjalan terhuyung-huyung saat memasuki apartemennya. Ia tampak lelah dan langsung duduk menyandar di sofanya. Ia lantas meraih remote TV dan menyalakannya namun ia tak bisa menikmati tontonan yang ada di TV. Akibatnya, ia menengadahkan kepalanya dan memandang langit-langit apartemennya, membiarkan TV menyala di sana. Ia memikirkan Jessica, wanita itu sepertinya berhasil menguras pikirannya. Hari ini ia tak henti-hentinya memikirkan wanita itu, apalagi sampai ia pulang dari kantor, wanita itu tak kunjung keluar dari ruangan atasan mereka. Nico memejamkan matanya, tak seharusnya ia terlalu serius dalam menganggap sikap Jessica yang kerap membuatnya berdebar-debar apalagi saat mereka bercinta. Nico mulai berpikir, wanita sepertu Jessica hanya menganggap sex adalah hal yang biasa namun tidak bagi Nico. Sex adalah pengalaman awal Nico dan ia melakukannya dengan perasaan.Nico berpikir mungkin ia tak patut lagi terlalu dekat dengan wanita macam Jessica, ia tak ingin perasaannya pada

  • Tanpa Status   Bab 20 Mengapa?

    Napas Nico tertatih menyaksikan Jessica yang berada di atasnya, menggoyangkan pinggulnya maju mundur di sana. Sesekali ia menggeram, merasakan nikmatnya liang milik Jessica mengaduk-mengaduk miliknya. "Ah ... Jessica ...," desah Nico. Napas Jessica juga memburu, ia memandang wajah Nico yang menatapnya penuh gairah. Ia mempercepat gerakan pinggulnya saat ia merasakan ada sesuatu yang meledak dalam dirinya. "Ugh ... ah ah ah ah, Nico ... aku ... ahh!" Tubuh Jessica mengejang hebat, ia menengadahkan wajahnya dan dadanya membusung. Napasnya terdengar memburu. Nico yang menyaksikan pemandangan seksi itu tak tahan apalagi ia merasakan denyutan-denyutan hebat di dinding kenikmatan milik Jessica. Nico bangun dan mencium bibir Jessica dengan penuh gairah, mereka saling melumat bibir dan sesekali menyesapnya. "Ahh ... Nico ...," desah Jessica saat Nico menyesap puncak buah dadanya. Wanita itu mulai bergairah lagi dan menggerakkan pinggulnya. "Ah ah ah ah ...." Suara desahan mereka saling

  • Tanpa Status   Bab 19 Apa Kau Menyukaiku?

    "A-aku ...," Nico tersipu hingga bingung harus menjawab apa. Jessica diam menunggu pengakuan Nico namun tiba-tiba ia tertawa. "Aku hanya bercanda!" Nico mengusap belakang kepalanya. Ia pun bingung, Jessica adalah wanita yang cantik dan menarik, tentu ia sangat menyukainya. Hanya saja, ia masih ragu apakah wanita itu memiliki hubungan dengan atasannya atau tidak. Karena tidak mungkin ia mendekati wanita yang masih menjadi kekasih pria lain."Baiklah, ayo kita naik itu!" ujar Jessica sambil menunjuk wahana bianglala. Nico menoleh ke arah wahana yang menyerupai kincir raksasa itu. "Apa itu aman?" "Tentu saja," kata Jessica, "kau harus mencobanya! Dari atas kita bisa lihat pemandangan kota yang indah." Nico mengangguk setuju lalu mereka pun menuju ke wahana itu. Dengan semangat Jessica masuk ke salah satu kabin bianglala itu. Mereka saling duduk berhadapan. Bianglala mulai berputar, Jessica tertawa saat melihat Nico agak panik saat merasakan bianglala itu mulai berputar namun tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status