Setelah belanjaan dimasukan ke bagasi, Amel tidak lupa mengucapkan terimakasih. Raffa langsung melajukan kendaraan saat istrinya sudah naik. Setelah setengah perjalanan, ia melirik Amel yang asik memakan cemilan. "Sayang, akukan udah bantuin kamu tadi. Harus ada imbalannya dong, di dunia ini gak ada yang gratis," tutur Raffa.Mendengar perkataan suaminya, Amel langsung menatap dengan alis berkerut. "Bantuin apaan sih," sahut Amel.Raffa langsung melirik ke arah istrinya berada untuk membalas tatapan wanita itu. Dan mulai fokus menyetir lagi. "Itu lho, tadi ngikutin drama kamu. Aku tau kok kamu manggil suamiku soalnya ada cewek yang curi-curi pandang aku kan," jelas Raffa. Wanita yang berstatus istri Raffa itu, menatap kesal suaminya. Dengan gerakan cepat mencubit pinggang pria tersebut. "Kamu ini! Ya jelas harus ngikutin drama lah, kan kamu emang suami aku. Apa kamu selalu tebar pesona gitu, genit banget sih!" omel perempuan tersebut. Raffa hanya memekik kala tangan wanita itu m
Panji terlihat terengah-engah dan menatap kesal Shilla. "Lo ini, gue gak makan cemilan lo ya. Asal nuduh aja deh, Mel jangan percaya kata-kata dia," lontar Panji. Amel memang sudah menoleh saat Shilla mengucapkan kata tersebut. Lalu disusul Panji untuk membela dirinya. Terlihat wanita itu menghela napas dan mengambil beberapa tas belanjaan dan menyodorkan pada Shilla. "Maaf lo jadi tertuduh karena ulah gue, dan ... maaf gue yang ngabisin cemilan lo, La. Tadi dikampus gue lupa bilang karena lagi kesel sama Mas Raffa," ungkap Amel. Mendengar penuturan Amel, Panji langsung tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Shilla menghela napas dan mengambil tas belanjaan yang disodorkan padanya. "Ish ... lain kali bilang dong, lo ini emang kebiasaan sejak dulu, gue lupa kalau biangnya itu pasti elo," cetus Shilla. Amel yang menundukan kepala mendengar suara Shilla yang terdengar ketus. Sedangkan perempuan itu ingin sekali tertawa melihat wajah murung kakak iparnya. "Aishhh lo ini, kenapa muka
Shilla menatap kesal sepupunya, ia akhirnya mendaratkan cubitan pada lelaki itu. "Lo ini, makanya jalan itu pake mata, dodol!" omel Shilla.Panji yang sedang pusing dengan bagaimana membuat Kayla agar memaafkannya. Ia memekik kesakitan saat Shilla mencubit dengan kencang. "Gila! Sakit tau," geram Panji. Lelaki itu menepis tangan Shilla yang mencubit perutnya. Ia langsung mengusap bekas cubitan tersebut."Biarin! Lo aja kegajenan, udah cepet mikirin cara minta maaf ke cewek itu. Udah tau dia tuh galak bener, gue aja bingung kenapa lo bisa suka sama dia," celetuk Shilla.Panji yang mendengar itu menghela napas. "Tadi itu kecelakaan lho, gue gak maksud lakuin itu," jelas Panji. Shilla memutarkan bola matanya, ia memilih melangkah dan diikuti Panji. "Iya emang kecelakaan, tapi lo seneng, kan," cibir Shilla.Panji mengembuskan napas kasar dan menyugarkan rambutnya. "Terserah apa kata lo aja dah, lagian jalan tuh pake kaki bukan pake mata," balas Panji.Mendengar balasan sepupunya,
"Mas, kenapa kamu natap aku begitu? Apa aku salah."Mendapatkan tatapan seperti itu, Amel seperti kesulitan menelan ludah. "Kamu ternyata memperhatikan Panji, ya," kata Raffa.Nada suara Raffa terdengar sangat dingin, Amel merasa suasana terasa tegang."Eum ... anu, dilihat sekilas aja udah ketauan kok. Beneran aku gak merhatiin dia," ucap Amel. Raffa mendengar itu memutarkan bola mata lalu memilih meninggalkan istrinya dengan riak datar."Sayang, kamu jangan marah dong. Aku kan jujur, beneran lho aku gak merhatiin dia," seru Amel. Wanita itu berseru seraya berlari mengejar langkah Raffa yang sangat cepat dan lebar. Ia lekas menarik lengan pria tersebut agar dia membalas tatapannya."Sayang ... jangan gini ah," keluh Amel. Raffa menatap dalam istrinya, ia menghela napas dan memilih melangkah lagi ke mobil lalu mengambil tas belanjaan yang masih banyak. "Ayo cepat bantu!" perintah Raffa. Amel langsung menuruti perintah tersebut, dia juga membawa belanjaan. Melihat bagasi sudah k
Shilla langsung melepaskan rangkulannya saat mendengar jawaban lelaki itu. Ia melangkah meninggalkan Panji yang memanggilnya."Kenapa lo pergi! Gue kan lagi nanya lho, jarang-jarang gue minta saran," celetuk Panji.Panji langsung mengejar sepupunya, kini gantian lelaki itu yang merangkul. "Lo ini, marah-marah mulu. Nanti cepet tua lho, dan pacar lo jadi kabur karna lo keriputan," goda Panji.Shilla hanya melirik kesal Panji, tetapi ia tidak mengeluarkan suaranya lagi. Memasang wajah cemberut,membuat lelaki itu merasa bersalah. "Hey ... jangan marah dong, masa gitu aja marah." Panji berusaha membujuk Shilla, bahkan ia melepaskan rangkulan dan berganti memegang lengan sepupunya. "Gak usah pegang tangan gue, lo itu bukan pacar gue!" sembur Shilla.Shilla menepis tangan sepupunya, Panji yang mendengar itu tertawa. Lelaki tersebut langsung memeluk Shilla."Kalau gitu peluk ya," celetuk Panji.Panji terus menjahili Shilla sampai perempuan itu tertawa. Sedangkan di kamar pemilik vila in
Wajah Amel memerah mendengar penuturan Raffa, apalagi membayangkan jika lelaki itu mengambil keperluan perempuan saat di sana. Ia langsung membuang muka dan bergegas merapikan pembalut. Bahkan sesekali dia menggerakan tangan seperti mengipas ke wajah. "Mas, emang kamu pas ambil ini gak malu? Pasti ada aja kan yang ngeliatin kamu," ujar Amel.Raffa menoleh pada istrinya dan Amel langsung membuang muka. Ia malu menampakan wajah yang pasti memerah. "Malu buat apa, akukan suami kamu. Harus selalu mentingin keperluan kamu dong, lagian aku udah tau kamu pake merk apa," balas Raffa.Lelaki itu hanya mengulum senyum saat melihat sang istri yang memalingkan wajah saat ia menoleh. "Padahal Mas cukup ingetin aku doang, Mas. Gak perlu ngambilin, ih ... pasti banyak yang ngeliatin kamu, kok jadi aku yang malu sih," ungkap Amel.Raffa yang mendengar ungkapan istrinya langsung tidak tahan untuk tertawa. Pria tersebut bangkit dan mendekati Amel lalu menghujamkan kecupan di wajah sang istri."Sayan
Raffa berusaha mengontrol diri saat melihat riak ketakutan anaknya."Apa kamu pengen lembur malam ini," lontar Raffa.Amel mendengar lontaran suaminya langsung mengerjapkan mata. Ia menggeleng dengan cepat dan berusaha menjauh dari lelaki itu tetapi ditahan oleh Raffa."Gak mau ah, walau besok libur ngampus," balas Amel.Mendengar ucapan terakhir Amel, Raffa langsung menyeringai. "Sayang, gak boleh lho ... nolak suami," tegur Raffa.Amel membenarkan posisi tidurnya, membuat mata menatap ke langit kamar. Tangan wanita itu diletakan di dahi, sedangkan Raffa terus memperhatikan gerak-gerik sang istri."Ahh ... Mas ini, aku jadi bingung, kan," gerundel Amel. Mendengar gerutuan istrinya, Raffa terkekeh. Lelaki itu membuat diri nyaman dan memposisikan hanya menatap wanita tersebut. "Bingung kenapa sih, Sayang. Emang Mas buat bingung gimana sih," seru Raffa. Amel memanyunkan bibirnya, Raffa yang melihat itu gemas. Dengan reflek tangan pria tersebut mencomot benda kenyal tersebut."Mas! I
Raffa tertawa mendengar ucapan sang istri. Ia menyatukan hidungnya pada milik wanita itu. Kini mereka memejamkan mata. Saat lelaki tersebut hendak menempelkan bibir ke benda kenyal yang mengugahnya. Suara bel berbunyi membuat adegan itu berantakan. Amel langsung menjauhkan wajah dari lelaki tersebut. "Ishh ... siapa sih!" gerutu Raffa dengan nada kesal. Lelaki itu ikut bangkit mendekati istrinya yang membuka pintu. Terlihat Kayla kini di hadapan mereka, dengan pakaian yang seperti kekurangan bahan. "Mas, boleh anter aku ke acaranya sahabatku gak? Aku lupa baru keinget sekarang, sedangkan di sana temanya berpasangan," ujar Kayla dengan lancar. Amel langsung memancarkan kekesalan pada suaminya. Lalu bersidekap menatap Kayla yang sama sekali tidak melemparkan wajah bersalah. "Hey ... apa Tante ini gak punya teman selain suamiku. Apalagi disana tema pasangan, nanti suamiku ini dikira pacar kamu lagi. Please ... deh jangan mimpi, lagian apa di villa ini yang bisa diajak ke sana cuma