Raffa tertawa mendengar ucapan sang istri. Ia menyatukan hidungnya pada milik wanita itu. Kini mereka memejamkan mata. Saat lelaki tersebut hendak menempelkan bibir ke benda kenyal yang mengugahnya. Suara bel berbunyi membuat adegan itu berantakan. Amel langsung menjauhkan wajah dari lelaki tersebut. "Ishh ... siapa sih!" gerutu Raffa dengan nada kesal. Lelaki itu ikut bangkit mendekati istrinya yang membuka pintu. Terlihat Kayla kini di hadapan mereka, dengan pakaian yang seperti kekurangan bahan. "Mas, boleh anter aku ke acaranya sahabatku gak? Aku lupa baru keinget sekarang, sedangkan di sana temanya berpasangan," ujar Kayla dengan lancar. Amel langsung memancarkan kekesalan pada suaminya. Lalu bersidekap menatap Kayla yang sama sekali tidak melemparkan wajah bersalah. "Hey ... apa Tante ini gak punya teman selain suamiku. Apalagi disana tema pasangan, nanti suamiku ini dikira pacar kamu lagi. Please ... deh jangan mimpi, lagian apa di villa ini yang bisa diajak ke sana cuma
Kayla melangkah dengan cepat, wanita itu kini keluar dari villa. Panji yang melihat hal tersebut semakin cepat berlari dan langsung menahan perempuan idamannya. "Biar aku ikut, kamu pasti malu kalau gak bawa pasangan. Tapi tunggu aku ganti pakaian dulu, masa aku ke sana pake baju gini," ujar Panji.Kayla mengembuskan napas kasar lalu menatap murka ke arah Panji. "Udahlah, ayo cepetan!" perintah Kayla.Panji mendengar itu mengangguk, lelaki tersebut berlari menuju kamarnya. Bahkan dia sampai tersandung, Kayla yang melihatnya sampai tertawa dan menggelengkan kepala."Ampun ... apa ada cewek yang bakal suka cowok ini,"gumam Kayla.Kakinya terasa pegal menunggu Panji yang lama banget. Ia mengembuskan napas kesal saat lelaki itu baru saja selesai dan mendekati dirinya. "Lama banget sih, melebihi cewek," gerundel Kayla.Panji hanya memamerkan gigi putihnya, lalu menggandeng lengan Kayla membuat wanita itu melotot. "Jangan marah lah, ini kita latihan aja, biar gak ketauan kalau kita buka
Bibir Amel mengerucut saat mendengar ucapan Raffa. Tangannya terarah ke pinggang untuk mencubit lelaki itu. "Kenapa Mas selalu nyebelin sih," desis Amel.Raffa meringis mendapatkan serangan dari istrinya. Ia langsung memegang lengan wanita itu dan mengunci, membuat perempuan tersebut tidak bisa berkutik."Mas! Kamu mau ngapain."Mata wanita itu melotot saat Raffa kini berada di atas tubuhnya. Sedangkan lelaki tersebut hanya memamerkan seringai."Masa kaya gini masih dipertanyakan juga," lontar Raffa."Lagian, kita harusnya bergadang. Soalnya kan lusa kamu kedatangan tamu," lanjut lelaki itu.Amel mendengar penuturan Raffa membuat sangat terkejut. Bahkan jadwal kapan haid dimulai ia sampai tau. Bahkan dirinya saja lupa akan hal itu."Mas ... sampe gituan aja kamu tau, teliti banget ya," seru Amel.Lelaki itu mengangguk mantap, ia mendekatkan wajahnya pada muka sang istri. "Harus! Aku harus tau tentang istriku, apalagi soal gituan," goda Raffa.Setelah mengatakan demikian, ia langsung
Mendengar lontaran Panji, mereka sampai membentuk huruf O di mulutnya."Iya, dia itu sepupunya Raffa. Sama kok punya perusahaan," seru Kayla.Semua mengangguk dengan riak tak percaya saat mendengar seruan Kayla. Salah satu dari mereka bersidekap dengan menatap mengejek ke arah wanita itu."Benarkan?"Kayla mendengkus kesal mendengar pertanyaan mengejek itu. Panji yang merasakan sang gadis emosi langsung menggenggam jemarinya dan mengulas senyum entah kenapa membuat hati wanita tersebut merasa tenang."Kalau kalian gak percayapun, kami gak masalah. Lagian mau kalian percaya atau enggak memang kami rugi? Enggak kan," ujar Panji.Kayla mendengkus kesal mendengar pertanyaan mengejek itu. Panji yang merasakan sang gadis emosi langsung menggenggam n di wajah Panji. Kayla yang melihat itu sedikit terkejut, karena ia baru pertama kali memandang ekspresi lelaki tersebut saat marah."Kami percaya, jangan lupa undangannya," lerai pemilik acara tersebut. Panji hanya menampilkan ekspresi datar, i
Gemercik hujan membasahi bumi, awan di langit sangat mendung. Membuat manusia sangat malas dan kebanyakan memilih terbaring di atas ranjang yang empu. Suara dengkuran halus seseorang membuat pasangannya itu hanya mengulum senyum geli."Sayang, aku pergi kerja dulu ya," bisik Raffa. Lelaki itu mengecup kening Amel membuat wanita itu terusik. Kini kedua manusia tersebut bertatapan."Mas ...."Amel memanggil dengan suara serak, Raffa langsung membantu agar wanita itu duduk. "Kamu udah rapih? Ahh ... padahal aku mau ikut, tapi badanku pegel semua," tutur Amel.Tangan lelaki itu terulur untuk mengelus pipi sang istri. Ia mengulas senyuman kecil lalu mendaratkan kecupan di bibir wanita tersebut. "Maaf deh, sekarang kamu istirahat aja. Pulihin stamina kamu buat malam ini," ucap Raffa.Netra wanita itu membulat, terlihat bola mata yang berwarna cokelat tersebut menatap kesal sang suami. Menatap reaksi Amel, Raffa langsung tertawa dan bangkit."Udah jangan melotot gitu, mendingan bangun gih
Amel langsung bangkit dari duduknya lalu menatap dengan tatapan tak terbaca oleh semua orang. Sekar yang sudah memahami sikap anaknya dengan gerakan cepat memegang lengan wanita itu. "Udahlah, jangan dibesar-besarin. Lagian Ibu juga udah gak papa, kan," pinta Sekar.Mendengar perkataan Ibunya, Amel langsung menoleh menatap wanita itu. "Tapi dia keterlaluan, Bu. Mana bisa maafin begitu aja, dia mau nyelakain Ibu," sahut Amel. Wanita itu sedikit berteriak, karena amarah tengah menguasain. Melihat hal tersebut, Wulan bergegas mendekati sang menantu dan mendekapnya. "Tenangkan dirimu, Nak. Tarik napas dan buang perlahan," tuntun Wulan. Amel menuruti perintah mertuanya, setelah sedikit merasa tenang ia langsung melirik Wulan dan menatap tajam Kayla. "Mendingan kalian pergi dari sini deh, aku gak mau keluargaku celaka gara-gara ulah kalian," seru Amel.Mila, Kayla dan Erika membulatkan mata saat mendengar seruan Amel. Bahkan Kayla langsung berdiri dan menunjuk wanita yang mengusirnya
Mila memilih merapikan barang milik sang anak, melihat hal tersebut Kayla berusaha menahannya. "Mah! Apaan sih, aku masih pengen disini," teriak Kayla. Mendengar teriakan Kayla, Erika langsung masuk ke sana karena khawatir. Mila tidak menghiraukan seruan sang anak, ia melirik Erika yang mematung. "Cepat kemasi pakaianmu! Kita akan pulang," lontar Mila. Erika tidak bisa berkata-kata, ia memilih melaksanakan perintah Mila. Bergegas mengemasi pakaian dan tidak menghiraukan omelan Kayla. Bahkan mereka berusaha tak peduli dengan ocehan wanita itu. "Ayo pulang! Apa kamu ingin mempermalukan diri sendiri, lagian ... kenapa bertindak ceroboh, malah nyelakain orang lain," tutur Mila.Kayla menghentakan kakinya mendengar penuturan sang Mama. "Lagian, kalau kamu tetap di sini. Wulan pasti masih menyimpan kekesalan, jadi mendingan kamu menjauh beberapa hari bukan? Menunggu amarahnya reda," celetuk Mila. Hanya itu yang bisa membujuk agar Kayla menurut untuk pulang. Mendengar hal tersebut, wa
Shilla sama sekali tidak menampilkan riak tak bersalah. Ia langsung menatap Amel dan memegang bahu wanita itu."Jangan marah-marah mulu, nanti cepet tua. Lagian gue kan yang bakal nganterin lo ke kantor Ka Raffa, harusnya lo baek-baek dong sama gue," balas Shilla.Amel mencebik mendengar balasan Shilla. "Ayia, sana pergi! Siap-siap sana, masa pakai lo ke kantor Mas Raffa begini," usir Amel.Shilla mengeryitkan alis lalu bersidekap. "Emang kenapa dengan baju ini? Perasaan gak ada yang aneh deh," ujar Shilla.Amel menggerakan tangannya dan memegang lengan Shilla membawa telapak gadis itu ke pantatnya. "Coba liat tangan lo sekarang!" perintah Amel.Shilla langsung melihat telapak tangannya, karena disana terasa lengket. Matanya membulat lalu mencium cairan kental dan hitam tersebut. "Aish ... kena kecap." Perempuan itu langsung berbalik dan ternyata tempat tadi dia bersandar ada lelehan kecap. "Kamu tuh gimana sih, kok bisa sampe belepotan dimana-mana gini," gerundel Shilla. "Ya n