Waktu menunjukan pukul empat sore. Audrey tengah melajukan mobilnya. Audrey sudah pulang dari rumah kedua orang tuanya. Tadi, Audrey menikmati waktu bersama dengan kedua orang tuanya serta Frank. Tak banyak percakapan yang terjalin antara dirinya dan Frank. Hanya sesekali Frank menanyakan hobby Audrey. Frank dan ayahnya lebih banyak membahas tentang pekerjaan.Namun, sialnya di tengah-tengah obrolan pekerjaan, ayahnya itu meminta Audrey untuk membantu project baru ayahnya yang bekerja sama dengan Ewald Group. Audrey tahu ayahnya tidak memaksa tapi tetap saja ayahnya sekaan meminta dirinya untuk lebih sering bertemu dengan Frank Ewald. Yang Audrey harapkan adalah semoga dirinya tak lagi bertemu dengan Serry. Setiap kali melihat Serry hati Audrey selalu merasa seperti lukanya disiram oleh alkohol. Begitu perih dan menyakitkan.Mobil yang dilajukan Audrey mulai memasuki kediaman keluarga Foster. Ya, Audrey menuruti keinginan orang tuanya yang meminta dirinya untuk bertemu dengan Marco da
Angela menatap para pelayan yang tengah menghidangkan hidangan makan malam ke atas meja makan. Khusus malam ini, Angela menyiapkan banyak menu makanan lezat yang dirinya buat sendiri.Makan malam kali ini akan terasa berbeda karena kehadiran Audrey di tengah-tengah keluarga intinya. Sungguh, Angela tak menyangka Audrey akan datang. Bahkan tak hanya datang untuk sekedar mampir, tapi Audrey juga akan menginap.Hal itu yang membuat Angela sejak tadi terus melukiskan senyuman bahagia. Walaupun sekarang Audrey dan Xander telah bercerai, tapi Angela tetap dan selalu menganggap Audrey seperti putri kandungnya sendiri.“Nyonya Angela, dessert apa yang akan dihidangkan untuk makan malam?” tanya sang pelayan sopan pada Angela.“Hm, sepertinya pudding buah dan pudding cokelat saja,” jawab Angela hangat.“Baik, Nyonya,” kata sang pelayan begitu patuh.“Oh, ya, apa pelayan lain sudah memanggil suamiku, Xena, dan juga Audrey untuk ke ruang makan?” tanya Angela seraya menatap sang pelayan.“Sudah, N
“Maaf, membuat kalian menunggu.” Xander melangkah memasuki ruang makan. Refleks, Xena bangkit berdiri dan melompat memeluk erat Xander. Pun Xena memberikan kecupan bertubi-tubi di pipi Xander. Gadis itu sangat bahagia melihat kedatangan kakaknya.“Kak, aku merindukanmu. Kau kenapa jarang sekali pulang? Memangnya kau tidak merindukan adikmu yang cantik ini?” Xena bergelayut manja di lengan Xander.Xander membelai pipi Xena. “Aku sibuk, Xena. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Sekarang kau duduklah di tempatmu. Kita harus makan malam.”“Iya, Kak.” Xena mengangguk patuh merespon ucapan Xander. Lantas, Xena kembali duduk di samping Audrey. Sedangkan Xander duduk di kursi meja makannya. Posisi duduk Xander tepat berhadapan dengan Audrey.Audrey membuang pandangannya tak mau menatap Xander. Sayangnya, meski Audrey membuang pandangannya, tetap saja Xander menatap wanita itu. Xander seolah mengabaikan keberadaan seluruh keluarganya. “Yasudah, lebih baik kita makan sekarang. Selagi m
Audrey melangkah memasuki kamarnya bersama dengan Xena. Setelah makan malam, Xena meminta ikut ke kamar Audrey. Tentu Audrey pun tak bisa menolak. Sejak dulu memang Audrey dan Xena sangat dekat.Bahkan Audrey sudah menganggap Xena seperti adik kandungnya sendiri. Audrey tak memiliki adik perempuan, jadi wajar saja kalau Audrey dan Xena sangat dekat. Ditambah Xena adalah sosok gadis periang, centil, cantik, dan cerewet.“Kak Audrey, aku sangat merindukanmu. Tiga tahun ini aku benar-benar kesepian, Kak.” Xena berucap seraya duduk di ranjang, tepat di samping Audrey. Gadis itu mengambil bantal kecil dan memeluk bantal itu erat.Audrey tersenyum hangat. “Maaf, Xena. Tiga tahun ini memang aku ingin menenangkan diriku. Aku ingin menyendiri sejenak. Aku juga ingin fokus mencintai diriku sendiri. Karena bagiku, kalau aku sudah bisa fokus mencintai diriku sendiri, maka apa pun akan terasa mudah aku lalui.”Xena terdiam mendengar apa yang dikatakan Audrey. Memang, tiga tahun terakhir ini Xena d
Malam semakin larut. Kesunyian membentang kamar megah bernuansa merah muda dengan kombinasi silver. Lukisan-lukisan indah yang terpanjang di dinding kamar begitu memukau. Ditambah roma bunga lily bercampur dengan aroma vanilla lembut membuat ketenangan bagi orang yang mencium aroma itu.Audrey tertidur begitu pulas dan lelap di ranjang dengan selimut tebal membalut tubuhnya. Dia seakan sangat nyaman berada di kamar itu. Wajah cantik Audrey nampak tenang dan damai menunjukan wanita itu sangat nyenyak. Bahkan dikala pintu kamar terbuka, Audrey tak menyadari kalau ada yang masuk ke dalam kamarnya.Ya, Xander berdiri di ambang pintu kamar, menatap Audrey yang terlelap. Senyuman di wajah Xander terlukis. Tatapan pria itu menatap Audrey hangat. Sudah lama sekali Xander tak melihat Audrey tertidur pulas seperti ini. Jika dulu, Xander sama sekali tidak peduli kali ini berbeda. Xander benar-benar senang melihat Audrey terlelap persis seperti anak kecil. Xander menutup pintu kamar. Pria itu me
“Selamat pagi, Nyonya Audrey.” Seorang pelayan menyapa dengan penuh kesopanan pada Audrey yang baru saja keluar dari kamar. Tampak Audrey melukiskan senyuman ketika sang pelayan menyapa dirinya. Paras cantik Audrey begitu hangat. Penampilannya pagi ini sangat memesona dan segar. Dress berwarna putih serta rambut yang diikat model pony tail membuat Audrey tampil sangat memukau.Di mansion keluarga Foster memang Audrey memiliki kamar pribadi lengkap dengan barang-barang pribadi untuknya. Seperti tas, sepatu, dan juga dress. Jadi kalau menginap di sini, Audrey tak perlu membawa barang-barangnya lagi. Karena memang semua telah tersedia lengkap.“Pagi, apa Mommy Angela sudah bangun?” tanya Audrey seraya menatap sang pelayan.“Sudah, Nyonya. Nyonya Angela sekarang berada di dapur menyiapkan sarapan. Beliau bilang ingin menyiapkan sarapan khusus untuk Anda,” jawab sang pelayan memberitahu.Audrey menghela napas dalam mendengar apa yang dikatakan oleh sang pelayan. Audrey tak pernah ingin mer
“Xena, kenapa Audrey tidak bersama denganmu?” Angela menatap Xena dengan tatapan tegas, dan menuntut penjelasan pada putri bungsunya. Sejak tadi Angela curiga kenapa Xena hanya sendirian. Padahal sebelumnya, Audrey yang menghampiri Xena ke ruang kolam renang.Xena menekuk bibirnya tak berani menjawab. Kalau dia jujur, maka hanya akan mendapatkan omelan dari sang ibu. Tapi kalau dia tak jujur, maka dirinya pun akan mendapatkan masalah besar. Padahal tujuannya tadi karena ingin mengajak Audrey berenang saja.“Xena.” Marco menegur putrinya yang tak juga menjawab pertanyaan istrinya.“Aku tadi menarik kaki Kak Audrey, hingga tercebur ke kolam renang. Kalian jangan marah. Tujuanku hanya ingin mengajak Kak Audrey berenang saja.” Xena berucap jujur seraya mengerutkan bibirnya.Seketika raut wajah Angela dan Marco berubah mendengar apa yang dikatakan oleh Xena. Tampak Angela dan Marco menatap dingin dan tajam putri bungsu mereka. Pancaran mata pasangan suami istri itu menunjukan kemarahannya.
Audrey mondar-mandir gelisah seraya meremas-remas ponsel di tangannya. Kekhawatiran dan kecemasan melanda wanita itu. Berkali-kali Audrey berusaha untuk tak cemas tapi tetap saja Audrey tidak bisa. Sebagai seorang ibu, mendengar anak sakit pasti Audrey tidak bisa tenang. Bahkan sejak tadi pikiran Audrey kacau dan panik.Selama ini jika Rikkard sakit, maka Audrey akan selalu di sisi putranya. Ini pertama kalinya, Audrey jauh dari putranya yang dalam kondisi sakit. Sungguh, kalau saja jarak Roma dan Tokyo dekat, sudah pasti Audrey akan berangkat kembali ke Tokyo.Sekitar lima belas menit lalu, Audrey sudah menghubungi kembali pengasuh putranya tepat dikala dirinya tiba di apartemen miliknya. Audrey meminta pengasuh Rikkard untuk memanggilkan dokter memeriksa keadaan putranya itu. Dan sekarang, Audrey mondar-mandir tidak jelas di dalam apartemen karena menunggu telepon dari sang pengasuh—yang akan melaporkan padanya kondisi kesehatan Rikkard. Audrey memejamkan mata singkat. Dalam hati,