Share

2. Musuh Terkuat Muncul

Tombol di meja kasir, Dinan memencetnya. Sebuah pintu terbuka dari balik tembok berlapis baja. Ternyata itu ruangan yang sempit, mungkin hanya cukup untuk dua orang. Dinan memasukkan Dion ke dalamnya.

Di ruangan kecil itu ada makanan yang dibungkus, cukup untuk beberapa waktu lamanya. Dinan merasa menjadi orang yang menyusahkan. Dia merasa lemah sekarang, dia teringat kedua orangtunya meninggal karena melindunginya dia dan adiknya.

Hal ini tak boleh terulang lagi.

Paman Agra selama ini selalu menolongnya, meskipun hidupnya sendirian dia sering berkunjung ke rumah Dinan, dan kadang membantu memberi uang untuk menambah biaya sekolah adiknya.

Tidak lagi! Dinan tak boleh terus menyusahkan orang lain. Dinan kini harus memutuskan, dia tak mau menjadi beban lagi.

Dinan melihat adiknya yang ketakutan, ”Tunggu disini, Kakak akan menjemput paman Agra. Kamu tak boleh keluar sama sekali. Apapun yang terjadi jangan keluar dan makan roti dan minum disini. ”

Dion ketakutan, namun Dinan memberikan dorongan dan agar Dion menjadi berani. Ada makanan di dalam ruangan bunker itu. Dinan menutup pintu besi itu dengan rapi. Di dalam bunker juga ada tombol untuk membuka bunker.

Dinan keluar dari minimarket, dilihatnya Paman Agra sedang menghadang para monster dari arah depan. Semakin dekat para monster itu, paman Agra tanpa di duga tiba-tiba muncul celah kecil di sisi kanannya. Paman Agra memasukkan tangannya ke lubang dimensi kecil itu.

Dan, sebuah kapak besar keluar dari portal kecil dan kini dipegang oleh Paman Agra, terlihat keren. Benar, paman Agra adalah seorang Hunter. Dia menyembunyikan itu semua dari Dinan.

Paman Agra juga tidak pernah memasuki Portal Dimensi, berarti memang dia menyembunyikan dirinya sebagai seorang Hunter. Beberapa orang lolos dan lari melewati Paman Agra, salah satu monster bercapit menerjang maju.

Brusshhh!

Paman Agra menghempaskan kapaknya, meski sudah terlihat berusia 40an kekuatannya besar, energi terlihat meluap. Satu monster itu terpental dan menabrak gedung, tubuh monster itu langsung terkulai jatuh.

Luar biasa! Dinan kagum dengan kekuatan Paman Agra.

Namun, itu baru satu makhluk kepiting, beberapa sudah merangsek ke depan lagi. Paman Agra menahan dengan shield yang muncul dari kapak besarnya. Satu, dua, tiga monster kepiting itu masih bisa ditahan. Namun, beberapa monster lagi datang merangsek.

Shield dari kapak Paman Agra mulai terlihat berat, Agra terdorong ke belakang. Beberapa monster kembali merangsek. Agra terlihat kewalahan menahan mereka semua. Dinan ikut panik.

Dor! Dor! Dor! Drrrtt! Drrrrtt! Drrrrrtt!

Suara rentetan tembakan memekakkan telinga. Satuan prajurit datang dan menembaki para monster. Mereka adalah pasukan khusus negara, mereka datang setelah mendapatkan laporan portal crash.

Dinan merasa lega, para prajurit juga merupakan Hunter meskipun dengan rank rendah mereka bisa mendapatkan pekerjaan sebagai pasukan pemerintah.

Para prajurit terus memuntahkan tembakan, para monster kepiting terluka dan darah terciprat. Paman Agra lebih mudah menghantam para monster itu dengan kapaknya. Pertarungan mulai bisa dikendalikan. Dinan menonton dari depan minimarket.

Para prajurit itu juga ada yang sigap mengatur dan mengevakuasi warga sipil. Setiap orang memang bisa membangkitkan kekuatan, namun ada juga yang masuk ke menara dan hanya di lantai satu dan itupun tidak lulus. Mereka log out dan kembali ke dunia kembali dengan skema portal dimensi. Entah, siapa yang merancang portal dimensi sehingga bisa menampung awakening manusia dan pembangkitan kekuatan mereka.

Para tentara sepertinya bisa mengatasi para monster dibantu paman Agra. Mayat para kepiting raksasa itu bergelimangan di sekitar mereka. Dinan mendekati paman Agra, para tentara juga mendekat.

Paman Agra sedikit mendesah, kenapa di distrik yang miskin seperti ini, para Hunter jarang mau membersihkan portal dimensi hingga terjadi portal crash. Tentara pun kesulitan jika terjadi di distrik kecil, tentu saja itu juga karena bayaran para Hunter sangat kecil untuk daerah kecil dan juga celah dimensi dengan rank rendah.

Para Hunter itu, ternyata juga mencari keuangan dan juga popularitas. Dinan merasa para Hunter juga sering memanfaatkan situasi hanya untuk kepentingan mereka saja. Apalagi, mereka juga bekerja di bawah institusi bernama Guild. Ketidakadilan semakin terasa, para Hunter mengejar uang dan popularitas.

Namun, tidak seperti paman Agra, tentu saja tak semua Hunter seperti itu.

”Paman hebat!” Dinan mendekati Paman Agra.

Para Tentara mulai mengalungkan senapan mereka, senapan mereka juga canggih, peluru yang digunakan adalah berbahan mitril yang khusus digunakan untuk bisa melukai kulit yang keras seperti kulit monster yang tebal.

Kuukkkk! Kuukkkk! Kuukkk!

Sebuah suara menggelegar dari arah utara. Cukup membuat bulu kuduk merinding. Apa lagi itu?

Apakah?

Para tentara segera bersiap siaga kembali, mereka memegang senjata mereka dan mengarahkan ke depan, para tentara itu berjumlah sekitar 20 orang.

Dari gedung yang tinggi, muncul capit super besar dan menjepit pojok bangunan itu. Capit itu menjepit bangunan sekira tingginya 10 meter.

Lalu, muncul kepala monster kepiting yang besar di atas capit yang tinggi itu, kepalanya menyembul dari celah gedung. Matanya besar dan biru, menonjol keluar, menyeramkan. Dinan biasa melihat monster di televisi, kali ini dia melihat lagi di hadapannya, mirip saat kematian kedua orangtuanya dulu.

Monster itu mulai masuk ke jalan, separuh badannya mulai keluar dari celah gedung, gesekan tubuhnya membuat tembok bangunan yang dilewatinya retak dan roboh beberapa semennya.

Tentara segera sigap, mereka memberondong dengan tembakan bertubi-tubi kearah monster kepiting besar itu.

Itu Bos monster di portal dimensi. Dia keluar. Ya, untuk bisa menutup portal dimensi, para Hunter harus mengalahkan bos monster di dalam portal dimensi yang dimasuki.

Bos monster itu berteriak lagi, Kuukkkkk!

Semua monster kepiting yang kecil tiba-tiba berhamburan datang. Seolah mereka dipanggil oleh raja mereka. Mereka datang dari beberapa celah, bahkan dari atas gedung. Kini, Dinan dan para tentara terkepung.

Drrrttt! Drrrttt! Drrrrttt!

Rentetan tembakan memekakkan telinga. Para tentara bersusah payah menembaki para monster. Mereka terlatih dengan baik, para monster kecil berjatuhan dan tumbang terkena tembakan.

Dinan jongkok dan menutupi kepalanya, dia melihat paman Agra membelakanginya dan menatap bos monster kepiting yang berjalan mendekati mereka. Bos monster itu semakin dekat, hentakan kakinya seolah menimbulkan getaran yang menakutkan. Dinan hampir saja ketakutan dibuatnya, dia seperti merasa ini adalah akhir hidupnya. Bagaimana dengan adiknya? Dinan harus berani!

Dinan mencoba berdiri tegak meski gemetaran. Dia melihat para monster yang kecil sudah banyak yang tumbang oleh tembakan cepat dari para tentara. Mereka benar-benar terlatih, berkat mereka, Dinan bisa aman.

Saat Dinan melihat bos monster, Tangan besar bos monster itu menyambar kearahnya. Serangan tangan raksasa itu menuju kearah Dinan dan Paman Agra. Dinan melihat hantaman itu, capit yang besar dan tajam, mengarah padanya dan Paman Agra.

Para tentara melihat hal itu, mereka menembaki tubuh raksasa yang merupakan bos monster itu. Mereka mencoba menahan dan memberi waktu pada Agra dan Dinan untuk dapat melarikan diri. Namun, tembakan mereka seolah tak berarti. Monster itu terluka namun seolah tetap mengamuk

Ahhhhh! Dinan merasa dirinya akan mati. Tamatlah Aku, begitu pikir Dinan.

Duag!

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Afan Denta
panjangnya
goodnovel comment avatar
Ridwan Kani
waw makin menegakkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status