Share

Turun Ranjang
Turun Ranjang
Penulis: Rifat Nabilah

Awal Takdirku

Air mata yang tidak bisa terbendung lagi, ketika ikrar pernikahan hampir selesai hari ini, terlihat Victoria terisak masih menggunakan gaun indahnya yang berwarna putih, akan tetapi tidak merubah gaya rambutnya yang sangat natural tergerai dengan curly seperti biasanya.

Dan suara pendeta telah berkata: "Kalian resmi menjadi pasangan Suami-Istri."

"Hari di mana seharusnya aku menikah dengan orang yang aku cintai, tetapi ini. Aku menikah dengan Kakak-Iparku yang mungkin sudah mengincarku saat dia telah masih menjadi suami Kak Marcella," batinnya.

Nasi sudah menjadi bubur, dia harus menerima kenyataan yang ada, karena sudah menerima pernikahan ini, dan menukarnya dengan sebuah impian besar.

"Cepat masuk ke dalam mobil!"

Suara itu terus terdengar keras memaksanya untuk masuk ke dalam mobil.

"Yah, aku akan masuk. Jangan kasar!"

Victoria melebarkan mata tidak terima karena mendapatkan perlakuan kurang baik dari suami barunya.

Dalam perjalanan menuju tempat tinggal mereka yang letaknya tidak jauh dari University paling besar di Australia bagian barat.

"Turun! Jangan sampai kamu merobek gaun pengantin itu! Karena itu milik Marcella!"

"Yah, aku akan berhati-hati! Tapi gaun ini bukan gaun impian aku. Melainkan bekas pakai Kak Marcella!"

Balasan Victoria seperti tamparan keras untuk Gana yang tidak mempersiapkan semuanya dengan sempurna, karena pernikahan itu serba terburu-buru.

"Jangan berisik! Kita harus cepat sampai di rumah, ada anakku yang sudah menunggu sendirian. Aku tidak mau telat hanya karena berdebat panjang denganmu!"

"Berlebihan! Ada banyak pelayan yang menjaganya, anak sekecil itu tidak mungkin dibiarkan sendirian, tapi caramu bicara kepadaku tidak mencerminkan diri kamu yang katanya terpandang!"

"Terserah apa kata kamu! Aku tidak mau berdebat atau semacamnya! Jangan sampai aku menutup mulutmu dengan plester hitam!" Ancamnya.

"Lakukan saja kalau berani! Yang pasti aku sudah mengerti akal bulus kamu itu! Kamu menikahi aku, karena kamu itu jahat 'kan! Kamu punya niat terselubung, berpura-pura saja peduli untuk mewujudkan mimpi besar yang aku impikan selama ini, tapi ternyata. Kamu mau menjadikan aku seperti cerita-cerita istri yang akan tersakiti dan tersiksa," katanya, tidak mau diam.

Victoria masih terus menuduh Gana yang macam-macam, sampai pandangan mata Gana berubah menjadi sangat tajam ke arah Victoria, tangannya mengambil plester besar berwarna hitam yang ada di samping tempat duduk.

"Eh. Jangan dong!"

Teriakan terakhir Victoria sebelum mulutnya ditutup dengan plester.

"Ini lebih membuat aku nyaman! Suara kamu itu berisik, gendang telingaku hampir pecah mendengarkan cerocosan kamu, nanti aku lepaskan lagi saat sampai di rumah," ucap Gana kembali ke posisi duduknya.

Lima belas menit sampai di rumah yang telah terlihat oleh Victoria, rumah mewah dengan bangunan tembok berwarna putih dengan luasnya seperti menggabungkan tiga rumah, dan terlihat juga kalau rumah itu semuanya kaca, di luar rumah ada lapangan basket yang sangat dekat dengan taman di rumah itu, ini membuat langkah Victoria terhenti memperhatikan lapangan tersebut.

"Jalan! Kamu mau main di sana dengan gaun pengantin itu? Sudah gila!"

Mata Victoria melebar, rasanya ingin memukul kepala suaminya ini karena sudah berkata seperti tadi.

"Huh! Kenapa takdir membawa aku kepadanya? Apa yang harus aku lakukan untuk bisa satu atap dengan orang itu? Bisa mati berdiri menghadapinya!" Batinnya.

Dia berjalan ke arah pintu rumah mengikuti Gana dengan semangat suaminya membuka pintu itu, dan terlihat jika Macho menyambutnya sangat bahagia. Sedangkan Victoria masih saja menggerutu sendiri karena masih belum bisa menerima kenyataan yang ada.

Karena sungguh ini adalah keputusan yang paling berat dalam hidupnya, akan tetapi sudah terjadi begitu cepat, hingga untuk menghentikan waktu pun sudah terlambat.

Saat Gana melirik Victoria tidak mau saling sapa dengan anaknya, dia begitu marah. Dia mendekati Victoria dengan melepaskan plester di mulut istrinya itu. Tidak peduli jika saat ini Victoria kesakitan karena pelepasan plester itu sangat cepat.

"Masuk ke dalam kamar! Aku mau bicara sama kamu! Jangan keluar sebelum aku masuk!" Perintahnya.

"Yah, aku akan masuk."

Victoria berjalan sendiri menuju kamar yang paling depan, dengan matanya yang tidak berhenti untuk menatap sekitar, banyak sekali foto Marcella dengan pakaian cantik dan anggun, terlihat juga jika Gana tersenyum bahagia.

"Gila, kenapa banyak sekali foto? Suka banget foto seperti itu, apa tidak bosan berfoto dengan gaya yang sama? Dengan gaun yang berbeda, atau jangan-jangan memang Kak Marcella dipaksa untuk berfoto seperti ini?"

Victoria semakin penasaran dengan sifat asli seorang Gana, karena tidak transparan di matanya saat masih menjadi Kakak-Iparnya.

"Duduk! Jangan banyak tanya dulu!"

Suara yang datang dengan bentakan itu terdengar sangat marah kepada Victoria. Dengan ini dia juga tidak akan berbicara sampai mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Gana.

"Kamu tidak bisa bersikap keibuan? Atau kamu tidak bisa menjadi seorang Ibu? Atau apa?"

Tangan Gana mendongakkan dagu Victoria sekeras mungkin, dengan demikian membuat Victoria kesulitan untuk menjawab, akan tetapi tangannya masih merespon untuk melepaskan tangan Gana dari dagunya.

"Kamu jangan lepaskan tangan ini! Aku hanya bertanya tanpa meminta kamu menjawabnya! Satu hal yang perlu kamu kerjakan! Jangan pernah macam-macam dengan Marcho atau membuatnya sedih! Sekali saja aku melihat kamu membuatnya menangis, maka aku akan talak kamu. Ingat itu!"

Tangan Gana terlepas sampai wajah Victoria jatuh di atas tempat tidur dengan tubuhnya yang sudah terbaring posisi miring.

"Tega! Kamu tidak normal! Tidak ada suami yang mengancam Istrinya! Kamu orang gila Gana!" Teriak Victoria saat Gana masih ada di ujung pintu kamar.

Gana hanya berjalan dengan wajahnya yang terlihat berwibawa di mata pelayannya yang baru saja datang untuk memberikan informasi penting tentang Marcho.

Salah satu dari pelayan itu berbisik kepada Gana, dan Gana mengangguk untuk memberikan kode kalau dirinya puas dengan pelayanan yang telah di berikan mereka semuanya.

"Syukurlah Marcho sudah tidur, rasanya aku ingin mandi sebelum tidur," ucapnya melangkah ke arah kamar mandi.

Victoria masih di dalam kamar, dia ingin melepaskan gaun pengantinnya, karena hatinya tidak nyaman memakainya.

"Gaun ini terlalu jadul untuk aku! Tidak mau aku pakai ini kalau pernikahan aku dilandasi oleh cinta, untuk apa juga berada di rumah mewah, tapi ternyata harus memiliki suami seperti itu," gerutunya memukul-mukul tempat tidur.

Kali ini Victoria sangat geram kapada suaminya yang telah menjebaknya dalam situasi seperti ini.

Saat Victoria ingin melepaskan gaun pengantin itu, resletingnya sedikit macet membuatnya kesulitan untuk menarik ke bawah.

"Ya, ampun. Robek!"

Mata Victoria melihat dengan jelas bagian yang robek, dia juga melihat kalau di depan pintu kamarnya yang terbuka, ada seseorang yang ingin masuk dan telah menguntitnya dari tadi.

"Siapa itu?"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Riri riyanti
nyesek🥲 gana jahat bgt, awas saja nanti jatuh cinta
goodnovel comment avatar
Ika Dw
astaga Victoria, kenapa kau robek gaunnya ... bisa kena marah kamu sama suamimu yang kejam itu...
goodnovel comment avatar
HANA PUSPARINI
kasian banget si ceweknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status