“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”
Semua orang mendadak wajahnya memucat. Hal ini membuatku seakan berhenti bernapas. Aku teringat kecelakaan tiga tahun lalu yang merenggut nyawa kedua orang tuaku.
“Fia, Umi pergi dulu. Kalian di rumah saja. Doakan semoga mereka selamat.”
Umi beranjak pergi bersama Gus Anam dan Abah. Dapat kulihat mata Gus Anam memerah, tetapi dia tidak terlihat sedih melainkan sebuah amarah. Semoga mereka bisa terselamatkan.
“Assalamualaikum,” ucapnya sebelum keluar dari kamarku.
Aku dan Gus Azam menjawab salamnya sebelum adik iparku lenyap di balik pintu.
Selepas kepergian adiknya, Gus Azam memijat pelipisnya. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat.
“Ada apa, Mas?”
“Tidak ada apa-apa. Kamu tidak perlu khawatir. Mas hanya pusing, nanti juga sembuh kalau sudah minum obat.”
“Jangan minum obat terus, Mas. Apalagi tanpa resep dokter. Coba mas periksa aja kenapa akhir-akhir ini sering sakit kepala.”
Dua bulan terakhir, suamiku sering mengalami sakit ke