“Kolong tempat tidur bersih, Bos!”
“Siyalan! Cari dia sampai ketemu!”
Aku berteriak kala seseorang menendang pintu almari. Namun, aku berharap mereka tidak mendengar jeritanku.
“Sepertinya ada tikus di dalam almari.” Suara Pak Rozaq tertawa hingga menggema di ruangan ini.
“Tikus berbaju kuning, Bos?” tanya salah seorang di antara mereka.
Ketiganya semakin tertawa terbahak-bahak. Dalam hati kusebut nama suamiku berulang-ulang supaya dia lekas datang.
“Aaa!” Aku berteriak dan menggeleng kala dua orang lelaki membuka pintu almari.
Aku menepis tangan mereka saat hendak menyentuhku, tetapi aku mencoba melawan meski mereka terlalu kuat. Tanganku sakit ketika mereka menarik paksa tanganku. Aku diseret keluar dari almari kemudian dijatuhkan di lantai dengan kasar.
“Ikat dia di ranjang!” perintah Pak Rozaq.
“Sekarang, Bos?”
“Tahun depan! Ya sekarang, Dodol! Buruan sebelum suaminya kembali.”
Aku beringsut mundur dan hendak kabur, tetapi mereka lebih cepat dariku. Aku tidak mau mereka mel