"Ibu dari anak-anakku sekarang lebih sibuk dariku, hmm?" Suara Frank terdengar serak.
Kara tersenyum simpul. "Aku harus membuat diriku layak untuk bersanding denganmu."
Sambil mengusap pundak Kara, Frank mendaratkan kecupan di pelipisnya. "Kamu sudah bekerja keras, Kara. Peluncuran aplikasimu pasti akan berlangsung lancar."
"Amin. Terima kasih, Frank. Aku beruntung sekali memiliki kekasih yang tidak pernah lelah mendukungku."
Frank mengerutkan bibir dan mengangkat alis. Setelah memberi perintah kepada sopir, ia meraih jemari Kara. Tatapannya menyiratkan sesuatu.
"Setelah ini, bukankah kesibukanmu sudah banyak berkurang? Bagaimana kalau kita ubah panggilanmu terhadapku dari kekasih menjadi suamiku?"
Kara berkedip-kedip di bawah kerut alisnya. "Tapi ..., bukankah kita masih dalam masa berkabung?"
"Tiga bulan kurasa sudah cukup. Kakek juga menyatakan di surat kalau dia tidak mau kita bersedih terlalu lama, kan?"
Perlahan-lahan, sudut bibir Kara kembali ringan. Ia pun mengangguk.