Frank menjatuhkan wajahnya di pundak Kara. Semangatnya yang tadi melambung kini menukik menuju angka nol.
“Kenapa harus malam-malam begini?” erangnya seperti anak kecil.
Kara menarik napas berat. Ia diam-diam cemas memikirkan apa yang ingin disampaikan Melanie. Meski begitu, ia tetap tersenyum dan menepuk lengan suaminya. “Bangunlah, Frank. Kita bisa melanjutkannya nanti. Sekarang, temui ibumu.”
Frank mencebik. Setelah mengecup pipi Kara berulang kali, ia bangkit. “Tunggu! Aku tidak akan lama.”
Setelah Kara mengangguk, Frank pergi membuka pintu dan menjulurkan kepala. "Ada apa, Ma?"
Melanie langsung memasang tampang memelas dan memukul-mukul pundaknya sendiri. "Kau tahu, Mama seharian mengurus Barbara. Sepertinya, Mama kelelahan. Badan Mama pegal semua."
Bibir Frank mengerucut. Ia mengira Melanie akan mengatakan sesuatu yang jauh lebih penting. Ternyata hanya itu?
"Lalu?"
Sembari tersenyum, Melanie menunjukkan ponselnya.
"Mama menemukan kursi pijat di situs belanja ini. Kual