"Papa,” Emily mengedipkan matanya yang bulat, “kami sudah melakukan tugas dari Papa. Kami mengantar Nenek Melanie masuk dan menyambutnya. Tapi—"
"Dia tidak sopan!" sambar Louis, membuat semua orang terbelalak. "Dia bersikap seolah-olah dialah ratu di istana kita. Padahal, Mama-lah ratu kita."
Kara terkesiap. Matanya bergetar mengamati perubahaan ekspresi suaminya. Sebelum Louis melapor lebih panjang, ia cepat-cepat mendesahkan tawa.
“Louis, kenapa kamu bicara begitu? Tidak ada ratu di sini. Rumah ini milik kita bersama.” Ia mengelus-elus kepala Louis, berharap emosi putranya itu dapat mereda.
“Apakah Mama lupa?” Louis menautkan alis. Binar matanya meredup. “Rumah ini adalah istana kita. Papa adalah raja dan Mama ratunya. Nenek adalah penasihat kerajaan, Emily tuan putri, sedangkan aku panglima perangnya. Aku bertanggung jawab menjaga istana kita dari serangan musuh.”
Lengkung bibir Kara terancam rusak. Ia melirik sekilas. Wajah Frank sudah kembali pucat.
“Malaikat Kecil, apakah k